“Bagaimana caramu tes DNA? Ayahmu sudah meninggal dan dikubur selama 22 tahun. Hasil tes DNA ini pasti palsu. Siapa yang memberikannya padamu? Kamu tidak boleh percaya berita bohong seperti ini, Xavion!” engah Nyonya Besar Young masih mencoba keberuntungan di detik-detik terakhir.
“What do you think I am, Mom? Stupid? Aku tidak bodoh, Mommy!” kekeh Xavion menatap kian tajam dan benci pada ibunya. “Aku menggali makam Daddy dan melakukan tes DNA sendiri. Hasilnya, sangat akurat dengan semua yang kuketahui akhir-akhir ini!”Gladys terengah. Jika ada pepatah mati kutu, itulah yang dia rasakan sekarang ini. Tidak bisa menjawab apa pun, tak mau mengakui apa pun.“Aku anak siapa, Mommy?” seringai Xavion, meski ia sudah tahu jawabannya.Sunyi, ibunya menunduk dan terdiam.Ejekan Xavion kembali terdengr, “Ironis sekali, bukan? Aku yang biasa disebut Tuan Muda Young ternyata bukanlah putra kandung Billy Young.”“Justru Hanae yang dari panTepat saat dia berkata begitu, munculah dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. “Selamat siang, saya adalah Letnan Jackman, dan ini Letnan Cruz. Kami yang menyelidiki pembunuhan Lilac Cheng.”“Atas dasar apa kepolisian menahan klien saya?” senyum Corry menghadapi polisi dengan tenang.Salah satu detektif berkata, “Kami berhasil menangkap pembunuh bayaran yan disewa oleh Gladys Young untuk membunuh Lilac Cheng. Dia sudah mengakui semuanya dan memberikan bukti-bukti berupa uang yang diserahkan oleh Nyonya Young di sini.”“Jadi, sepertinya Anda memilih pembunuh bayaran yang salah, Nyonya Young. Karena dia adalah pembunuh bayaran yang menyimpan semua bukti-bukti pembunuhan yang dia lakukan, serta siapa yang menyuruhnya.”Detektis satunya tertawa pelan, “Ya, dia sudah sedia payung sebelum hujan.”Xavion saling pandang dengan Corry sang pengacara. Di mana pembela tersebut merasa kasus ini akan menjadi kasus yang sulit.“Mom? Please, M
Mendengar ibunya ditangkap polisi atas kasus pembunuhan Lilac Cheng, betapa terkejut hati Xavion. Ia memang sudah menduga ibunya yang melakukan hal tersebut, hanya saja tidak menyangka akan sampai terungkap oleh polisi. Meninggalkan klinik tempatnya mengetes DNA dengan Hanae, mobil Bentley mewahnya segera meluncur ke kantor polisi tempat ibunya ditahan. Sempat berselisih paham dengan beberapa orang petugas polisi yang melarangnya menemui Gladys, tetapi akhirnya ia diijinkan. Mengingat yang datang adalah jaksa terbaik di Los Angeles, orang yang berjasa memenjarakan banyak tangkapan polisi, maka ia mendapatkan perlakukan khusus. “Jangan lama-lama. Maksimal 10 menit saja dan kamu sudah harus keluar. Dari apa yang aku dengar, ibumu sudah memanggil pengacara terbaik.” Mengangguk, Xavion kemudian bergegas menuju ruang interogasi di mana ibunya sedang disekap di sana. “Mommy!” engahnya saat melihat sang ibu duduk d
Ezra memandangi dengan gamang. Meski ada keraguan, tetapi dia juga tahu Xavion tidak segila itu merancang semua kebohongan ini hanya untuk bisa bersama Hanae. Tahu kalau sahabatnya tidak segila itu untuk meniduri adiknya sendiri.“Kita tes DNA siang ini saja. Aku ada sidang sebentar lagi, jadi sebaiknya kita bergegas,” ucap Ezra menghela pasrah. Baginya, kebahagiaan Hanae adalah yang terpenting. Kalau memang ternyata Xavion dan adik angkatnya tidak memiliki hubungan darah, apa haknya untuk melarang mereka bersatu?Bergandengan tangan, Hanae bergelayut mesra di lengan kekar mantan kekasih yang sebentar lagi akan kembali menjadi kekasih. “Xavion,” panggilnya manja.“Apa?” jawab jaksa tampan dengan gemas.“Selama tidak bersamaku, kamu tidak bersama wanita lain, ‘kan?” kikik Hanae berbisik.Tawa Xavion berderai. Tawa lepas pertama yang ia keluarkan dari bibir setelah hampir satu bulan terakhir didera berbagai rasa pilu menyayat.
Ezra merasa heran dengan permintaan Xavion. Apalagi, sahabatnya itu memintanya untuk mengajak Hanae dalam pertemuan mereka. Namun, karena terdengar sangat penting dan mengingat situasi saat ini tidak setenang serta seaman sebelumnya, tidak ada salahnya jika dia memenuhi keinginan tersebut, bukan?Duduk berdampingan dengan adik angkatnya di sebuah meja restoran, Ezra melihat bagaimana wajah Hanae nampak tegang. Tahu kalau sang wanita pasti gugup akan bertemu dengan lelaki yang dicintai.“Itu dia datang,” gumam Ezra menunjuk ke arah pintu masuk.Mata Hanae mengikuti gerakan telunjuk sang kakak. Dari pintu masuk restoran nampak seorang lelaki tinggi besar dan gagah sedang berjalan menggunakan longcoat ke arah meja mereka.‘Tuhan, kenapa dia terlihat semakin tampan?’ engah Hanae menahan rasa pedih dalam hati. Ia remas jemarinya yang ada di bawah meja. Kegugupan melanda, bingung harus bersikap apa.Xavion segera duduk di kursi yang b
“Bagaimana caramu tes DNA? Ayahmu sudah meninggal dan dikubur selama 22 tahun. Hasil tes DNA ini pasti palsu. Siapa yang memberikannya padamu? Kamu tidak boleh percaya berita bohong seperti ini, Xavion!” engah Nyonya Besar Young masih mencoba keberuntungan di detik-detik terakhir.“What do you think I am, Mom? Stupid? Aku tidak bodoh, Mommy!” kekeh Xavion menatap kian tajam dan benci pada ibunya. “Aku menggali makam Daddy dan melakukan tes DNA sendiri. Hasilnya, sangat akurat dengan semua yang kuketahui akhir-akhir ini!”Gladys terengah. Jika ada pepatah mati kutu, itulah yang dia rasakan sekarang ini. Tidak bisa menjawab apa pun, tak mau mengakui apa pun.“Aku anak siapa, Mommy?” seringai Xavion, meski ia sudah tahu jawabannya. Sunyi, ibunya menunduk dan terdiam.Ejekan Xavion kembali terdengr, “Ironis sekali, bukan? Aku yang biasa disebut Tuan Muda Young ternyata bukanlah putra kandung Billy Young.”“Justru Hanae yang dari pan
“Hemofilia adalah kelainan yang terjadi akibat keturunan. Orang dengan hemofilia tidak memiliki zat tertentu secara cukup untuk bisa membuat darah beku dan berhenti menetes saat luka,” terang dokter pada Xavion. “Ayah atau ibumu tidak pernah mengatakan ini padamu? Apa sejak kecil kamu tidak pernah terluka?”Xavion terengah mendengar hal itu. Batin sontak mengorek kenangan, mencari apakah ia pernah terluka dan mengalami kondisi hemofilia seperti sekarang.“Aku ... uhm, tergores pisau atau pinggiran kaleng tajam sepertinya pernah. Hanya luka kecil? Aku tidak tahu, aku tidak ingat,” gelengnya bingung. Dokter kemudian menunjuk keningnya. “Bagaimana dengan luka di pojok dahi Anda? Itu seperti bekas jahitan. Mungkin dulu saat kecil Anda pernah mengalami kepala bocor?”Secara reflek, Xavion mengusap kepalanya. Ia rasakan di pojok dahi bahwa memang ada seperti bekas jahitan di mana kulit terasa bergelombang. “Kalau tidak salah, saat usiaku 11 tahun ... a