Menjelang waktu acara tahunan untuk memperingati berpulangnya Billy Young, keluarga Mendoza selalu hadir turut mendoakan sahabat mereka yang terpaksa mengembuskan napas terkahir secara tragis.“Setiap har ini tiba, Xavion biasanya mabuk. Aku akan merawat dia saat mabuk. Sebagai calon istrinya, aku harus bisa merawat dia, bukan?” kekeh Jessica sedang berkendara bersama kedua orang tuanya. Di dalam mobil mewah itu keluarga Mendoza tengah menuju kediaman Gladys Young. Wanita berusia di atas setengah abad menanggapi ucapan putrinya. “Sejak dulu kamu hanya bisa jatuh cinta dengan satu pria, yaitu Xavion. Kamu menghabiskan seluruh usia dan masa mudamu untuk mengejarnya. Mommy harap kali ini kamu benar-benar bahagia.”“Tentu saja dia bahagia, Eve. Putri kecil kita akhirnya akan menikahi pangeran impian. Gladys sudah mengatakan pada kita kalau Xavion pasti akan mau menikahi Jessica. Lambat laun pasti dia akan jatuh cinta padanya. Hanya tinggal tunggu waktu.”“Aku yakin kamu benar, Jorge,” a
Hanae datang ke rumah Xavion menaiki taksi. Pengemudi membantunya menurunkan banyak tas belanjaan dari dalam mobil. Wanita itu baru saja bersenang-senang di departemen store. Diberikan black card, siapa yang tidak sumringah.Namun, gadis yatim piatu itu masih tahu diri. Dia tidak kemudian gila dan membeli barang branded. Meski kalau ia melakukannya sekalipun Xavion tidak akan keberatan. Yang dibeli hanyalah barang-barang diskon di atas 50%, tetapi cukup terlihat bagus dan menarik untuk dia pakai. Meletakkan semua belanjaan di dalam kamar, Hanae kemudian menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Mata menatap eternit dan bibir tersenyum lebar.“Jadi, begini rasanya memiliki uang dan berbelanja di mall seperti wanita lain pada umumnya?" Malang memang nasibnya karena berasal dari rumah panti asuhan hingga tak pernah merasakan seperti apa berbelanja di mall. Memiliki barang bekas dari para donatur untuk dipakai bergantian setiap hari saja sudah bersyukur. Melirik jam dinding, sudah pukul
Sepertinya, kita sekarang tahu dari mana Xavion mendapatkan senyum intimidasinya yang begitu terkenal. “Aku tidak mau! Pokoknya, aku tidak mau! Aku sedang berada di puncak karir! Aku tidak mau kerjaanku diganggu oleh wanita, apalagi seperti Jessica! Dia akan merengek dan bertanya kenapa aku tidak segera pulang! Dia akan bersikap manja dan minta ditemani ke salon, shopping, dan sebagainya!” hentak Tuan Muda Young mempertahankan penolakannya.Akan tetapi, sekali lagi Gladys bukan wanita yang mudah menyerah saat mendengar hentakan putranya. “Mommy sudah memberikan kebebasan padamu selama 30 tahun lebih. Mommy biarkan kamu berpesta dengan Chaiden di klub malam sampai mabuk, lalu meniduri wanita entah siapa saja!”“Kamu pikir Mommy tidak tahu sepak terjangmu di luar sana, hah? Mommy tahu segalanya! Reputasimu di gedung kejaksaan sudah sangat jelas! Kamu dianggap playboy, lelaki liar. Meski kamu adalah jaksa terbaik, tapi sebagai seorang lelaki sejati, kamu jauh dari kata itu!” Ia meletak
Pilihan harus dibuat malam ini. Xavion memutar otaknya untuk mencari jalan keluar terbaik. Tidak ingin menuruti perintah ibunya untuk menikah, tetapi juga tidak mau kehilangan keuangan yang sudah sangat stabil seumur hidupnya. “Baik, kalau memang Mommy ingin aku menikah dengan Jessica, maka aku akan menikahinya. Aku tidak bisa menjanjikan kebahagiaan sempurna, tapi aku akan mencobanya.” Uh, dia membuat keputusan untuk menikahi teman masa remaja yang hingga kini terus mengejarnya tanpa lelah. Berani sekali dia yang tidak pernah mau berkomitmen tiba-tiba mengiyakan pernikahan. ‘Akan kupikirkan cara untuk menyudahi kegilaan ini. Tapi, itu nanti saja sambil berjalan. Yang penting, biarkan Mommy berpikir aku mau menikahi wanita gila itu!’ gumamnya dalam hati. Oh, ternyata .... Gladys tersenyum lebar. Ia sontak bangkit dari kursi dan memeluk putra semata wayangnya dengan bahagia. “Kamu memang anak Mommy yang baik! Keluarga Mendoza sebentar lagi datang. Mereka akan senang mendengar kaba
Chaiden manggut-manggut, “Kamu harus bisa menemukan caranya atau Jessica akan membuatmu gila seumur hidup! Fucking bitch is crazy! Aku mendengar bagaimana dia melaporkan Hanae ke polisi hanya karena memiliki tas Gucci. Apa namanya kalau bukan gila?”“Hmm,” angguk Xavion, meminta rokok dari Chaiden. Ia menghisap, mengepulkan asap sambil berkata, “Aku akan mati muda kalau menjadi suami Jessica.” Lalu, ia berikan kembali rokoknya kepada sang sahabat. “Tragedi pelaporan polisi itu memang menjengkelkan sekali! Membuatku malu saja!”Tuan Muda Black menanggapi sekaligus bertanya, “Tapi, apa benar Hanae memiliki tas Gucci asli seperti yang dituduhkan oleh Jessica?”“Aku rasa begitu,” kekeh Xavion, kemudian meneguk lagi minuman keras dari gelasnya hingga habis. Setelah itu, ia tuang lagi hingga kini botol yang awalnya penuh hanya tersisa setengah saja. Kening Chaiden mengernyit, “Bukankah dia gadis miskin? Dari mana dia bisa membeli Gucci seharga ribuan Dollar?”Tak ada jawaban dari Xavion. I
“Aku adalah calon istrimu, Sayang. Biarkan aku merawatmu seperti yang sudah menjadi tugasku,” ucap Jessica dengan senyum paling manis yang bisa ia perlihatkan.Xavion mengernyitkan kening. Pengaruh alkohol membuatnya sulit untuk berpikir cepat. Akan tetapi, satu hal yang dia tahu adalah jangan sampai Jessica datang ke rumah saat ini. Masih ingat ada Hanae di rumah yang keberadaannya tidak boleh diketahui oleh siapa pun.“Aku bisa pulang sendiri,” dengkusnya menggeleng.“Out of the question!” seru Gladys menolak usul putranya. “Kamu mabuk, mana mungkin pulang sendiri?”“Fine, suruh sopir Mommy mengantarku kalau begitu!” seringai Xavion, lalu berjalan sempoyongan menuju sahabatnya. Gladys menggeleng sekaligus mendelik kesal. “Tidak bisa! Sopir sudah akan mengurusi hal lain! Ada tamu perusahaan yang harus dijemput!” tolaknya. Apa pun untuk membuat Jessica mengantar putranya akan dilakukan oleh janda cantik tersebut.Xavion berbisik pelan pada Chaiden, “Tolong aku, please? Dia tidak bole
“Ti-tidak!” geleng Hanae dengan wajah gugup merona merah. Berkata tidak, padahal memori langsung mendatangi momen di mana jari tengah sang lelaki bermain di tengah kewanitaanya.Chaiden tersenyum lirih, seakan tahu itu sebuah kebohongan. “Aku akan mengatakan sesuatu padamu, Hanae. Dengarkan baik-baik, ya?”“Xavion sudah pernah bersama banyak wanita. Tapi, dia tidak pernah menyuruh siapa pun tinggal di sini. Kalau dia membuatmu tinggal di sini, berarti dia melihat sesuatu padamu.”“Bersabarlah dengannya. Aku tahu dia terkadang sulit untuk dimengerti, membuatmu bingung akan apa yang sebenarnya dia mau. Tapi ... just hang in there, okay? Dia sahabatku, dan aku ingin dia bisa menemukan kedamaiannya, tidak lagi seperti ... well, seperti ini,” pungkas Tuan Muda Black menghela, menatap keadaan temannya yang sedang antara sadar dan tidak.Tiba-tiba terdengar suara Xavion meracau pelan, “Just get the fuck out of here, Man!”Chaiden tertawa, “Nah, itulah dia! Terkadang menyebalkan, terkadang me
Senyum Hanae terlihat lembut, menangkan, sebuah kedamaian yang merasuk tanpa pernah dirasakan sekian tahun ia hidup menjadi pria dewasa.Jemari lentik tanpa pewarna kuku menelisik turun dari helai rambut hitam, mengusap pundak, “Tutuplah matamu, semua akan baik-baik saja. Aku akan menjagamu dari mimpi buruk.”Dan lagi-lagi lelaki itu tidak bisa berkata apa pun. Akan tetapi, tatap matanya yang tertegun menunjukkan betapa ia terengah dengan momen langka ... ketenangan ini.“Saat aku kecil dulu di panti asuhan dan hujan deras datang tengah malam, aku sering ketakutan saat petir menyambar sampai jendela kaca bergetar,” bisik Hanae tersenyum.Ia lanjut berucap, “Ma’am Lilac akan datang ke kamarku, kemudian memelukku seperti ini.”Mempraktekkan apa yang ia katakan, lengan berkulit mulusnya memeluk punggung gagah Xavion. “Kemudian, Ma’am Lilac akan menepuknya perlahan hingga aku tertidur nyenyak.”Seperti seorang ibu sedang meninabobokkan bayinya. Itu yang dilakukan Hanae kepada Xavion. Ia t
Sebuah tamparan sangat keras mendarat di pipinya. Hanae masuk dalam kondisi syok hingga detak jantung menghentak sangat kuat. Mata terbelalak saat melihat Jessica ada di depan pintu bersama seorang wanita berusia lebih dari paruh baya.Ia merasa pernah melihat wanita itu, tetapi lupa di mana. Dia lupa kalau foto Gladys ada di ruang kerja Xavion. Dan sebelum ingatannya bisa mengarah ke sana, satu tamparan kencang kembali mendarat di pipinya.“Kamu pelacur kecil! Wanita murahan! Selalu jual kemaluan untuk mendapatkan lelaki kaya raya! Jauhi anakku atau aku bersumpah akan membuat hidupmu menyesal!” Gladys berteriak histeris, lalu menampar untuk yang kedua kalinya.Jessica mendorong Hanae hingga terjungkal ke belakang. Gadis itu tersungkur sambil memegangi dua pipinya sisi kanan-kiri yang terasa perih dan panas akibat ditampar sebanyak tiga kali.Terengah, air mata ketakutan dan sakit menetes begitu saja dari mata Hanae seiring langkah kaki dua wanita kejam itu memasuki rumah Xavion.Di b
Orang-orang di restoran cepat mengerumuni Gladys dan mencoba membuat wanita itu sadar kembali. Jessica sampai terisak ketakutan. Dia takut calon mertuanya sakit dan meninggal karena kalau begitu impiannya menikah dengan Xavion bisa dipastikan tinggal menjadi kenangan.Setelah beberapa menit dalam keadaan tidak sadarkan diri, akhirnya Gladys kembali membuka mata. Wajahnya yang pucat pasi menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya apa yang terjadi? Orang-orang membantunya kembali duduk ke atas kursi setelah tadi sempat merosot dan tersungkur ke atas lantai.Jessica perlahan memberi minum air mineral kepada Gladys. “Aunty, Aunty kenapa? Apa Aunty sakit? Aku antar ke rumah sakit, ya?” isaknya bingung.Namun, Nyonya Besar Young menggeleng. “Tidak, tidak usah ke rumah sakit. Aku baik-baik saja. Aku hanya syok karena mengetahui Xavion berhubungan dengan orang miskin bahkan sampai membawa ke rumahnya.”Ia terengah-engah, lalu berkata, “Antar aku pulang saja, Jessica. Aku akan beristirahat di
Fanty dan Deasy sudah berada di dalam mobil dan mengikuti taksi yang dinaiki Hanae. “Sekarang, kita lihat ke mana dia? Apa kembali ke panti asuhan, atau mungkin dia ke hotel dan menaiki tubuh lelaki hidung belang demi sebuah tas Gucci? Hahaha!” gelak Fanty mencibir.Deasy tentu saja tidak mau ketingalan mencemooh. “Pelacur seperti Hanae harus kita bongkar kedoknya! Dia selalu sok terlihat polos dan tidak bersalah. Dia berhasil menipu Ezra dan Xavion sehingga kita berdua terus yang disalahkan!”“Setelah kita mendapat bukti bahwa dia tidak lebih dari wanita yang suka menjual diri, maka seluruh lelaki di kantor akan memandang rendah padanya! Xavion dan Ezra tidak akan membelanya lagi sampai kapan pun!”Kendaraan terus berjalan. Hanae yang sedang membaca bagaimana cara menjadi nakal bagi pasangan di atas ranjang terus tersenyum berdebar. Meski selisih usia antara dia dan Xavion kurang lebih mendekati 15 tahun, tetapi tentu saja itu bukan masalah. Seandainya saja dia tahu kalau Fanty dan
“Kalau kamu masih memikirkan yang bernama Raze bangsat itu, lihat saja apa yang bisa kuperbuat padamu! Dan kalau sampai dia datang untuk membawamu pergi, lihat saja apa yang bisa kuperbuat padanya!”“Mulai sekarang, kamu tidak boleh ke mana-mana kecuali bersamaku, Little Rabbit! Dan kamu tidak boleh lagi kembali ke panti asuhan sialanmu itu! Di sana, kamu mengenang dia, ‘kan? Kamu mengingat semua hal indah yang dia lakukan untukmu, bukan? Fucking shit!”Kembali menyeringai lebih menyeramkan, ultimatum dibuat dengan sangat jelas. “Jangan bermain denganku! Berani melanggar perintahku, kamu akan kubuat sangat menyesal seumur hidup!”Cekikannya pada leher Hanae dilepas, lalu berdiri terengah-engah. Tatap melihat wanita cantik itu menangis sesenggukan sambil memegangi leher yang baru saja ia sakiti. Gemuruh di dada Xavion bak tornado melanda perkebunan, sangat bising. Tak berkata apa-apa lagi, ia keluar kamar sambil membanting pintu. Menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua, rasa cemb
Sepulang dari panti asuhan menjenguk Ma’am Lilac, Hanae memasuki kamar tidur pertamanya. Disebut kamar tidur pertama karena sejak ia menyatu dengan Xavion, mereka tidur bersama setiap hari, tidak terpisah seperti sebelumnya.Suara Ezra tadi siang terngiang di telinga, “Kalau kakak angkatmu itu yang meminta kamu pergi dari Xavion, apa kamu mau melakukannya?”Tersenyum pedih, ia keluarkan sebuah surat usang ditulis 15 tahun lalu. Ditulis sebelum seorang remaja lelaki tampan bermata sipit seperti dirinya bernama Raze dijemput oleh orang tua angkat menggunakan mobil mewah. Hanae membacanya kembali dengan mata berkaca-kaca. Kelebatan memori berjalan begitu saja. Saat Raze selalu melindunginya dari siapa pun yang berniat menyakiti. Remaja lelaki yang diaku sebagai kakak angkat Hanae begitu menyayanginya. Tak jarang pula Raze memberikan sebagian makanannya kepada Hanae jika ada donatur yang datang dan memberi sumbangan berupa kue atau makanan lezat lainnya bagi anak-anak panti asuhan.“Kam
Menaiki taksi online menuju rumah panti asuhannya, Hanae tidak tahu kalau ada satu mobil sedan berwarna merah tua mengikuti dari belakang. Sejak menjadi kesayangannya Xavion, ke mana-mana dia menaiki taksi dan bukan lagi bus seperti dulu. Uang bukan lagi masalah baginya setelah sebuah kartu hitam diberikan padanya. Ah, bagaimana tidak cinta kalau sudah begini? Tampan, gagah, mapan, posesif sekaligus perhatian. Di luar semua keangkuhan dan keras kepala serta kekasarannya, Xavion memang nampak sedemikian sempurna untuk dimiliki, bukan?Ia turun dari taksi dan berjalan masuk tanpa menoleh ke belakang. Tanpa tahu ada dua wanita di dalam mobil sedan merah tua mengambil beberapa foto dari jarak jauh menggunakan ponsel. “Panti Asuhan Blessed Mother Marry,” gumam Fanty mengetik nama dari panti asuhan tersebut di ponselnya. Ia kirim gambar yang sudah diambil berkali-kali ke seorang wanita.Jessica menerima laporan itu. Ponselnya berbunyi, segera ia buka, lalu mengerutkan kening. Dalam hati
“Mungkin saja!” kekeh Hanae sambil menghapus air mata yang ia tidak mau lagi teteskan. Tidak mau membuat Ezra lebih khawatir lagi padanya. “Aku selalu menurut pada kakak angkatku itu sejak kecil. Kalau dia yang memintaku pergi dari Xavion, mungkin aku akan menurut.”Ucapan Hanae sebenarnya hanyalah gurauan biasa, asal terlontar karena dia sama sekali tak berpikir kakak angkatnya akan datang untuk memintanya menjauhi Xavion. Akan tetapi, tidak demikian dengan Ezra yang terus menatap dengan napas terengah, bahkan tangan terkepal di bawah meja. Jelas ada emosi tertentu yang sedang dia tahan agar tidak meledak keluar. “Sudah waktunya kembali ke kantor. Sebentar lagi jam makan siang berakhir,” ucap Hanae, meneguk minumannya hingga habis, kemudian berdiri.Ezra pun berdiri, hendak menjejeri dan bersama kembali ke kantor. Ada beberapa karyawan kejaksaan lain menyapa mereka. Rupanya tempat makan itu sudah biasa didatangi oleh orang-orang dari kejaksaan.Namun, ponselnya berbunyi dengan sang
Hanae sedang makan siang sendirian di sebuah kedai kecil berjarak beberapa ratus meter dari kantor. Ia sengaja menghindari pertemuan dengan Jessica setelah apa yang terjadi terakhir kali. Ada perih di hati mengetahui Xavion akan bertemu dengan seorang wanita dan memilih gaun pengantin. Tahu dia hanyalah kekasih gelap yang diberi janji akan menjadi satu-satunya suatu hari nanti. Dan oleh karena itu dia tidak berhak untuk menuntut lebih. Namun, sebagai seorang wanita biasa, apalagi yang baru saja merasakan cinta ... pedihnya kenapa sangat mengiris kalbu?‘Bagaimana ini? Kenapa aku justru merasa seperti menjadi wanita perusak rumah tangga orang? Tapi, benar kata Xavion, aku tidak merusak siapa pun. Dia ditunangkan dengan Jessica juga bukan atas inisiatifnya sendiri, dia dipaksa.’Dengan bodohnya, Hanae jusrtu googling gaun pengantin dan berpikir kira-kira model apa yang akan dipilih oleh Jessica? Dan apakah wanita itu memilih sendiri atau Xavion akan turut memilihkan?Membayangkan kedu
Berat rasanya dada Tuan Muda Young mendengar ini, tetapi ia harus memainkan kartunya dengan baik. “Hmm, memilih gaun pengantin di mana?”Dengkus kasar meluncur begitu saja dari bibir Hanae. Wajahnya dilanda kecemburuan dan rasa sakit mendengar pertanyaan itu. Kekhawatiran pun muncul tentang apakah ia benar hanya akan menjadi kekasih rahasia entah hingga kapan.“Akan kukabari tempatnya besok. Aku masih merundingkan dengan ibuku dan ibumu,” jawab Jessica dengan senyum tercantik di wajahnya. “Fine, bye,” jawab Xavion, lalu mematikan sambungan. Ia menoleh pada Hanae, lanjut dengan merengkuh jemari lentik. “Jangan cemburu, kamu tahu aku tidak mencintainya.”“Hmm, whatever ....”“Kalau kamu terus cemberut seperti itu, aku terpaksa membuatmu menjerit nikmat saja supaya tidak cemberit lagi, deal?” rajuk sang lelaki, tertawa kecil dan menggoda kekasihnya.Hanae melirik, ingin tertawa, tetapi juga masih kesal sangat. Akan tetapi, ia kemudian berpikir apalah dirinya, siapalah dia jika ingin men