"APA LAGI?"
Bentak Vienza kesal. Lalu satu kalimat dari Akhtar yang membuat jantung Vienza berdetak tidak karuan."Sorry... But i miss you."Vienza memikirkan kalimat yang dikatakan Akhtar ditelpon tapi dia langsung mematikan sambungan telpon Akhtar itu.Dia tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu, yang pasti saat ini dia tidak ingin memikirkan Akhtar.Vienza mengembalikan ponsel adiknya yang sekarang sedang berkejar-kejaran dengan Aston.Vienza sangat mendukung seaindainya Aston lah pria yang dicintai Zia, tapi Zia sampai sekarang belum juga menerima cinta Aston yang setiap setahun sekali pasti dinyatakan pria itu."Apakah dia meminta mu kembali kak?"Zia dirangkul Aston sambil berjalan disebelah Vienza."Tidak, dia hanya mengatakan merindukanku."Aston tertawa dan cubitan Zia pun mendarat diperut six pack Aston."Lalu?"Tanya Zia serius. Jika ada makhluk paling kepo saat ini. Maka itu adalah Zia, karena dia sanSudah sebulan berlalu semenjak laporan dari Shahid Akhtar masih sibuk mengurusi teror dikeluarganya. Yang paling dia takutkan saat ini adalah keselamatan Vienza. Karena ayahnya dan Ghafur sudah kembali ke Istana dengan pengawalan ketat. Berita Vienza diikuti pun sudah disampaikan ke kerajaan Fortania, dan penjagaan didalam istana Fortania sudah diperketat. Sulit bagi siapapun masuk di Wieldburg ataupun Fortania. Paman Ayaz adik tiri dari ayahnya sudah ditahan karena terbukti memberontak kepemimpinan Akhtar dan juga sudah terbukti ingin mencelakakan Akhtar juga Vienza saat mereka pergi ke kota Yamun untuk berbulan madu tempo hari. Dan penyelidikan Shahid sama sekali tidak mendapatkan bukti kalau Ayaz adalah pelaku teror kepada keluarganya. Tania sempat ingin dicelakai saat dia sedang pergi ke masjid kota. Mobilnya dijegat dan pengawal Tania dilukai. Tania berhasil kabur dengan luka ditangannya, dan juga memar diwajahnya. Ghafur sekarang
Vienza dan keluarganya sedang dirumah sakit menunggui Zyan. Zyan tidak terluka parah karena dia memakai baju pelindung. Tapi peluru itu cukup sedikit mengoyak kulit bahunya. Alvian menatap serius Zyan yang sedang makan disuapi oleh Zira. Sedangkan Zia dan Vienza duduk manis didekat brankar Zyan. Vienza merasa bersalah karena ini. "Oh ya ayah apakah sudah mendapatkan kabar dari kerajaan Wieldburg?" Tanya Zyan mengingatkan Alvian. Tapi percakapan mereka terintruksi karena ponsel Vienza berbunyi. Vienza melihat nama Mahira disana dan dia langsung mengangkatnya. "Ya halo, APA !?" Vienza sedikit berteriak dan berdiri dari duduknya tadi. Lalu setelah sambungan telpon terputus dia duduk kembali bagai patung yang jatuh. Zia memegang bahu Vienza dan Alvian mendekati putri nya itu. "Ibunda Akhtar meninggal dunia siang ini." Vienza meneteskan airmatanya dan Zia memeluknya erat. Leo masuk kedalam ruangan itu membuat A
Zia dan Vienza bergegas masuk kedalam Istana. Dihalaman istana sudah ada kerenda ibu suri dan disebelah kerenda itu ada Akhtar dengan wajah sedihnya, ada Ghafur juga ayah mertuanya. Semua orang berdiri dan hormat saat peluru ditembakkan keudara.Saat itulah Vienza mendekati Akhtar, Akhtar yang awalnya tidak terlalu memperhatikan sekitarnya akhirnya melihat seseorang yang ikut berdiri disebelahnya dengan menggunkan cadar. Akhtar menatap wanita itu dan melihat bola matanya. "Vienza...... "Akhtar memastikan apa yang dia lihat benar, dan jawaban dari pertanyaan itu benar saat Vienza membuka cadarnya. Akhtar melihat ada bercak darah di cadar maupun pakaian Vienza. "Aku akan menceritakannya nanti, sebelum aku kembali ke Fortania."Vienza menatap kerenda ibu mertuanya dan mencium puncak kepala kerenda itu. "Maafkan semua kesalahan Vienza ibunda, dan terimakasih atas semuanya." Airmata Vienza mengalir mengingat kedekatan dan kemurahan hati
Suasana di Wieldburg sedang sangat tegang, semua akses masuk ataupun keluar Wieldburg ditutup, keluarga kerajaan tidak ada yang boleh keluar dari istana. Sudah dua minggu Akhtar mencari tahu semuanya, dan sudah dua harilah akses masuk dan keluar dari Wieldburg ditutup. Akhtar tidak ingin saat semua ini terbongkar para penjahat itu melarikan diri mereka harus bertanggung jawab atas semua ini. Thomas datang keruang kerja Akhtar dan memberikan semua kumpulan penyelidikan polisi tentang masalah ini dan hasilnya belum diketahui. Akhtar membuka lembar demi lembar apa yang tertulis dikertas dalam map itu. Dan Akhtar menutupnya. "Terimakasih Thomas, katakan juga kepada Shahid aku berterimakasih. Aku akan berbicara dengan pamanku sebentar lagi." "Baik baginda," Thomas menunduk memberi hormat. Tapi dia kembali bersuara, membuat Akhtar cemas. "Baginda, saya mendapatkan kabar kalau Ratu Vienza sedang sakit. Dan sudah dua hari beliau dirawat dirumah sakit di K
Ponselnya berdering dan dia melihat siapa yang menelponnya. Tertera nama Akhtar dilayar ponselnya, angkat tidak?? Angkat tidak..?? Dia bingung harus bagaimana, dia tidak ingin melunak dan kembali lagi. Tapi dia sangat merindukan pria yang menelponnya ini. Ponselnya kembali berdering. Angkat tidak?? Angkat tidak??? Vienza menghembuskan nafasnya dan mereject telpon Akhtar. Tidak dia tidak akan mau berbicara sekarang dengan Akhtar. Akhtar tidak menelponnya lagi ternyata dan Vienza memejamkan matanya, dia berniat tidur sebentar dan sebutir airmata keluar membasahi pipinya. Dia merindukan Akhtar, sekaligus membenci perlakuan Akhtar kepadanya. Pintu kamarnya terbuka dan Vienza melihat siapa yang masuk tanpa seijinnya itu. "Ini suami mu menelponmu ke ponselku kak, dia bilang kau mematikan telponnya." "Katakan saja aku tidak ingin berbicara, tidak untuk sekarang." Zia memutar bola matanya kesal dan menyampaikan pesan Vienza.
Vienza sudah siap dengan pakaian santainya saat ini. Dia dan Zia akan pergi ke Indonesia untuk jalan-jalan dan semua sudah disetujui oleh ayahnya juga ibundanya. Vienza juga sudah menyiapkan semua keperluannya selama satu bulan di Indonesia, nenek mereka sangat senang mendengar kalau Zia dan Vienza akan datang ke Indonesia.Saat Zia dan Vienza sudah siap dan berjalan kearah mobil, Zia dipanggil oleh pengawal untuk menghadap Ratu yang tak lain adalah ibundanya. Zia terpaksa harus kembali ke paviliun utama menemui ibundanya. Vienza melanjutkan langkahnya dan penjaga membukakan pintu mobil untuknya. Matanya terkesiap melihat isi didalam mobil itu. Seorang pelayan memberikan kertas dan Vienza membacanya. Happy birthday my love... Vienza tersenyum sedikit, dia tahu ini pasti Ghafur. Hanya Ghafur dan keluarganya yang mengetahui kalau dirinya menyukai bunga mawar putih. Vienza mengambil buket bunga yang beru
Vienza duduk bersama dengan Tania, sedangkan yang lainnya sibuk memancing di tepi pantai oaku Fortania. Liburan mereka ke Indonesia diundur karena Akhtar harus segera kembali ke Wieldburg, tidak memungkinkan untuk pergi ke Indonesia. Tapi Akhtar berjanji dia akan mengajak Vienza berlibur kesana. Pagi hari setelah moment romantis itu Vienza dan yang lainnya makan siang bersama di Fortania, setelah itu Alvian mengajak menantunya itu memancing di private pulau Oaku yang tak jauh dari istana. Dan disinilah mereka semua... Menikmati udara segar dari pulau Oaku, pulau oaku adalah satu-satunya pulau yang tidak dibuka untuk umum di Fortania, karena pulau Oaku hanya sebuah pulau kecil namun begitu indah. "Aku meminta maaf Vienza." Vienza melihat kearah Tania. "Aku yang meminta maaf, aku tahu kau mencintai Akhtar sudah sangat lama bukan." Tania tertawa dan membuat Vienza heran. "Cintaku tidak sedalam dirimu Vienza, aku itu em... Tidak terlalu mencintai Akht
Akhtar berjalan berdampingan dengan Vienza yang sangat cantik pagi ini. Hari ini Vienza, Akhtar, Mahira, Tania, dan juga Fasya akan kembali ke Wieldburg. Saat berpamitan dengan ibundanya Vienza menangis sambil memeluk Zira. "Do'a kan Vienza bisa sehebat dan sekuat ibunda ya..." Zira mencium kening Vienza dan tersenyum. "Kau harus menjadi dirimu sendiri sayang, dan kau harus selalu mendampingi Akhtar dalam keadaan apapun itu." Pesan Zira yang diingat baik-baik oleh Vienza. Rombongan Akhtar dan Vienza pergi dengan kawalan penuh menuju Bandara. Disana pesawat pribadi mereka sudah siap menunggu, Akhtar menggengam tangan Vienza selama mereka didalam pesawat membuat Fasya mengoloknya. Vienza menghabiskan waktu yang melelahkan itu dengan tidur. Empat jam perjalanan mereka berakhir dan di Wieldburg sudah sore. Para pengawal sudah siap mengawal mobil mereka hingga menuju istana. Akhtar mengantarkan Vienza ke kamarnya setelah b