Dalam perjalanan menuju Bogor, Athena dan Ares sama-sama bungkam. Ares yang awalnya mengajak Athena untuk segera pulang, kini sedang memijat pelipisnya yang mendadak pening. Athena tidak melihat gelagat Ares karena ia sibuk menatap ke luar jendela mobil, pemandangan petang di Ibukota terlalu memanjakan matanya.
“Jangan salah paham. Gue terpaksa nganterin lo balik karena nggak mau ngerepotin Fredi, yang harus bolak balik Jakarta Bogor padahal besok dia masih ngampus.”
“Iya.” jawab Athena singkat.
Ares melirik ke arah Athena beberapa kali. Namun Athena masih setia melihat pemandangan di luar, di mana langit semakin menghitam menyambut gelapnya malam. Kemudian keheningan kembali tercipta.
Dalam hati sebenarnya Ares merasa bingung dengan sikap Athena saat ini. Gadis itu lebih pendiam dari biasanya, ia juga tidak banyak bertanya lagi soal kasus itu. Meski Ares sadar dirinya lah yang menyuruh Athena untuk tidak mengajaknya berbicara, nam
Halo Readers! Akhir-akhir ini aku sering update nih. Semoga kalian selalu menantikan The Reason Why ya! Sampai jumpa di bab selanjutnya! <3
“Ariel… Ariel meninggal karena lo, Ana.”Jiwa Athena meninggalkan raganya seketika. Suara-suara yang masuk ke dalam telinganya mendadak hilang, hanya menyisakan bunyi lengkingan nyaring yang membuat kepalanya ikut pening. Kakinya melangkah gontai menjauh dari mobil Ares. Ia berjalan lurus menyusuri tepi jalan tol. Ares mengikuti langkah Athena, mencegahnya untuk jalan semakin jauh. Lelaki itu berusaha menarik tangan Athena, namun ditepis olehnya.“Ana,”Athena menepis lagi tangan Ares yang berusaha memegang bahunya.“Athena!” Ares akhirnya menegaskan suaranya.Athena berhenti melangkah, pandangan kosong ia arahkan pada Ares yang sudah berdiri di hadapannya. Bekas air mata masih membahasi pipinya. Ia menatap lama pada mata coklat milik Ares. Kesempatan itu Ares gunakan untuk memegang bahu Athena, balas menatap mata hitam pekat miliknya dalam.“Dengerin gue.”Athena menggeleng, &ldq
Athena masuk ke dalam rumahnya dengan langkah sempoyongan. Ia sama sekali tidak bisa mencerna apa yang seharian ini terjadi. Ditambah, ketika Ares dengan mudahnya mengecup bibirnya lalu mengatakan akan menjemputnya besok pagi. Athena kehilangan setengah kesadarannya, seakan ia baru saja menghadapi badai disertai kilat petir yang menyambar, lalu setelahnya ia berada di sebuah kebun bunga berwarna-warni.Kebetulan Elva ada di ruang keluarga, dan melihat Athena yang berjalan dengan pandangan kosong. Wanita paruh baya itu melihat jam yang ada di dinding, kemudian bersedekap sambil menghampiri Athena.“Nana, kamu tahu ini jam berapa?”Athena tidak menjawab, ia berniat melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama, namun dicegah oleh Elva.“Athena!”“Eh? Mama?”“Kenapa baru pulang? Ada kegiatan tambahan apa di sekolah? Sidney nggak ngejelasin secara detail, tapi dia bilang kamu sibuk sampai nggak bisa pegang
Pagi hari datang. Athena terbangun karena suara alarm di ponselnya. Ia memijat kepalanya yang terasa berat, dirinya kurang tidur semalem karena memikirkan semua masalah yang baru-baru ini ia hadapi.Athena beranjak dari kasur dan segera membersihkan tubuhnya untuk bersiap berangkat ke sekolah. Memikirkan sekolah, Athena teringat dengan Ares yang mengatakan akan menjemputnya pagi ini. Karena itu Athena mempercepat aktivitasnya.Beberapa menit kemudian, Athena sudah siap dengan seragamnya. Ia segera mengeringkan rambutnya dengan hair dryer dan melilit surai hitam itu dan mengikat cepol seperti biasa. Athena juga mengoleskan bedak tipis, dan menggunakan pelembab bibir tanpa warna. Setelah berkaca sekali lagi dan merapikan anak rambutnya, Athena segera turun ke bawah dengan tas sekolahnya.“Nana? Udah siap? Masih jam 6 pagi.” Elva melihat Athena menuruni tangga.“Iya, Ma. Aku mau bikin bekal dulu.”“Sarapan dulu,
Bel istirahat berbunyi. Banyak murid yang berhamburan keluar kelas dan cepat-cepat menuju kantin karena kalau tidak, akan mendapat antrean yang panjang dan padat. Sidney sudah hafal kalau Athena akan membawa bekal dan lebih memilih belajar sambil menyantap makan siang di kelas, mengingat ujian tryout sebentar lagi.“Na, gue kantin dulu. Lo mau nitip sesuatu?”Athena menggeleng. Kemudian Sidney mengangguk, dan segera menuju kantin agar bisa dengan cepat kembali ke kelas. Sahabat yang sudah menemani Athena 6 tahun itu mempunyai firasat kalau Ares akan mencari sensasi lagi di kantin atau di kelasnya.Dan benar saja, ketika Sidney pergi ke kantin, Ares masuk ke dalam kelas Athena dan mengejutkan gadis itu yang sedang fokus membaca modul pelajaran sambil mengunyah roti lapisnya.“Hai!”Athena sedikit terlonjak, ia menoleh ke samping dan mendapati Ares dengan senyuman yang menampilkan deretan gigi rapinya. Itu adalah pert
“Ng—nggak mungkin.” Ares menatap Athena bingung. Ia memegangi dadanya dan mundur beberapa langkah. Athena yang juga masih membatu tidak bisa melakukan apapun selain jatuh tersimpuh di lantai. Ia bahkan tidak berani menatap mata Ares. Lelaki bernama lengkap Ares Adiwangsa itu melihat Athena yang jatuh terduduk. Ia maju satu langkah, namun Athena dengan refleks menghindarinya. “Ana…” “Lo, maksud lo… apa?” Ares tampak berusaha mengatur napas dan juga detakan jantungnya. Matanya sulit fokus karena tidak bisa menerima apa yang baru saja ia sadari. “Gue cuma mau cari tahu—” Krieett… Pintu ruang sound system dibuka dari luar. Sidney berdiri di depan pintu dengan napas yang memburu seperti telah berlarian. Matanya langsung menangkap Athena yang sudah terduduk di lantai, ia mendekat dengan wajah khawatir. “Nana!” Sidney memegang kedua bahu Athena, “Na? Lo nggak apa-apa?” Sidney juga mengecek kondisi Ath
Kelas seminar berakhir. Para murid tidak langsung keluar dari aula. Banyak dari mereka yang meminta foto bersama dengan Adikara atau bahkan meminta tanda tangannya. Dari kursi paling belakang Athena hanya bisa memperhatikan. Dan ia menyadari bahwa kepopuleran keluarga Wangsa memang sebegini besarnya. Namun tidak sedikit juga yang menampilkan wajah masam dan saling berbisik selama Adikara memberikan materi seminarnya. Mungkin karena banyak juga yang mengenalnya sebagai ayah kandung dari Ares Adiwangsa.“Gue yakin. Ada maksud di balik ini semua.”Sidney tiba-tiba berucap ketika telah selesai merapikan alat tulisnya. Pandangannya lurus pada Adikara yang saat ini sedang berbincang dengan beberapa guru mereka, ada Pak Kepala Sekolah juga di sana. Banyak murid yang sudah keluar dari aula dan hanya menyisakan beberapa saja termasuk Athena dan Sidney.“Kenapa lo mikir gitu?”“Baru-baru ini kan gosip miring tentang Ares dan keluargany
Seakan langit tahu bahwa pertahanannya sudah runtuh, satu demi satu tetes hujan membasahi jalan. Athena yang memutuskan untuk turun dari mobil Ares dan berjalan di sepanjang trotoar kota hujan, sedikit merasa menyesal. Seragamnya basah seiring dengan rintik hujan yang semakin deras. Gadis itu menepi di salah satu halte untuk berteduh. Tubuhnya sedikit gemetar merasakan angin dingin di tengah hujan, juga karena air matanya yang sedari tadi tidak bisa dihentikan.Athena mendapat tatapan iba dari orang yang melewatinya. Jalanan kota Bogor tetap ramai meski hujan semakin deras. Athena mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sidney. Dering pertama dan kedua tidak mendapat respon, dan pada dering ketiga teleponnya diangkat.“Sid…”“Na? Kenapa? Lo di mana?”“Gue di halte.”“Halte? Halte mana? Terus Ares di mana?”“Sid… cepet ke sini… gue takut diculik.&rdquo
Keesokannya, Athena tetap berangkat sekolah bersama dengan Sidney. Meski awalnya Sidney menyuruh Athena untuk izin, tapi gadis itu memaksa tetap ingin sekolah karena tidak boleh tertinggal pelajaran ketika mendekati ujian. Karena itulah Sidney semalam menyuruh Alfred untuk mengantarkan seragam batik dan seragam olahraga Athena. “Tadi pagi abis sarapan lo langsung minum obat, kan?” Sidney bertanya begitu mereka memasuki gerbang sekolah. Athena mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan sampai ke kelas. Ketika mereka masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing, seorang murid yang mengenakan jas OSIS masuk ke kelas mereka. “Permisi, Sidney?” Athena dan Sidney menoleh serempak ke ambang pintu. “Iya?” Murid laki-laki itu melangkah lebih dalam. Ia melemparkan senyum manis pada Athena dan juga Sidney, lalu menyerahkan amplop putih ke arah Sidney. “Ini surat dispensasi buat, lo. Karena acara PENSI sebentar lagi, setelah pel