Saat pagi menjelang, aku terbangun dengan mendapati diriku yang sedang memeluk Alex. Aku terkejut melihatnya terbaring disisiku, terlebih aku memeluknya. Lalu ingatanku melayang pada kejadian semalam, saat badai turun.Lalu potongan memory bermain di kepalaku, akhirnya aku mengingat apa yang terjadi semalam. Wajahku memerah dan perlahan melepaskan tanganku yang sedang memeluk Alex. Akupun turun dari ranjang dan berjalan menuju jendela kamar, kulihat salju masih turun, dan pepohonan serta rumah-rumah sudah tertutup salju tebal. Udara begitu dingin, aku bermaksud menyalakan pemanas yang ada di kamarku. Saat itulah aku tersentak kaget, teringat sesuatu.“Semalam turun salu disertai badai, dan pemanas di kamarku dalam keadaan mati, jadi bagaimana mungkin tubuhku tidak membeku?”Aku bergumam sendiri merasa heran, lalu aku menoleh ke arah Alex yang masih tertidur pulas, kulihat dia masih bertelanjang dada. Karena terkejut dan juga penasaran, aku pun menghampirinya, dan sedikit menyibakan se
“Wow woa.. tunggu dulu! Aku belum menyatakan kesediaanku atas usulan kalian”Aku heran mengapa Alex terkesan ingin buru-buru membawaku pindah ke rumahnya? Apa yang dia rencanakan? Aku harus berhati-hati, dengan semua kejadian ini aku merasa semua perlu meningkatkan kewaspadaanku dan juga tida mau gampang percaya pada semua orang, walaupun itu Alex sekalipun.“Baiklah, jika kau tidak bersedia tinggal di rumahku, tapi kau harus mengijinkan kami untuk tinggal disini, agar kami bisa menjagamu”Akhirnya kamipun sepakat dengan usulan Alex yang terakhir. Kami berempat akan tinggal di rumahku sampai Paman Taylor ditemukan.Hari berganti minggu, Paman Taylor masih belum juga di temukan, beberapa kali aku datang ke kantor polisi ditemani Alex untuk menanyakan hasil pencarian mereka, namun belum juga aku mendapatkan kabar baik.Liam dan Susan sesekali pulang ke rumah mereka, hanya Alex yang selalu menemaniku setiap hari. Namun hari ini, aku tidak menemukan Alex dimanapun, aku sudah mencarinya k
“Bagaimana jika werewolf itu sebenarnya ada di dunia nyata?”Aku tertawa mendengar pertanyaan Susan. “Ayolah Susan, kau lahir dan dibesarkan di negara maju, bagaimana mungkin kau menganggap kalau werewolf itu ada?”“Well... sejujurnya, aku memang percaya” Susan tersenyum penuh arti, membuatku menggelengkan kepala.Sangat lucu jika aku yang hidup di negara kecil saja tidak tau bahwa itu hanyalah mitos, sedangkan Susan yang hidup di negara adikuasa yang serba modern itu malah percaya akan keberadaan werewolf.“Sudahlah, itu terserah saja jika kau ingin mempercayainya, tetapin aku tetap pada pendirianku. Aku tidak percaya!”“Bagaimana jika memang werewolf benar-benar ada?”“Susan please! Dewasalah, hanya anak kecil yang mempercayai hal seperti itu”“Oh ya? Bagaimana jika suatu hari nanti kau bertemu dengan seorang werewolf?”Aku memutar bolamataku mendengar pertanyaan konyol dari Susan. “Jika aku bertemu dengan werewolf aku akan menikahinya! Kau puas?”Kali ini gantian Susan yang tertaw
“Ppfffff...” Susan menyemburkan air yang baru saja diminumnya. “Apa?! kau mandi bersama Max? Apa kau serius Vaness?” tanyanya dengan mata melebar, seolah sedang menonton film horor.Saat ini Susan dan Liam sudah datang dan malam ini mereka akan menginap di rumahku. Mereka terkejut saat aku menceritakan keseruanku bersama Max tadi sore. Kini mereka menatapku bergantian dengan Max.“Apa itu benar Max?” Liam memicingkan matanya pada Max.“Sudah hentikan! Kalian berdua ini bersikap seolah-olah Max mengambil keuntungan dariku saja”Aku berdiri dan mengajak Max untuk beristirahat dalam kamar, karena Susan dan Liam selalu menolak untuk naik ke atas, dan mereka lebih sudah tidur di lantai bawah. Alasanya adalah biar sekalian berjaga kalau-kalau ada orang yang mau berniat jahat.Alasan yang dibuat-buat menurutku. Karena aku yakin mereka pasti lebih memilih tidur di kamar bawah, berdua.Baru saja aku menutup dan mengunci pintu kamarku saat aku mendengar kembali suara lolongan serigala."Kau de
Alex mendekatiku aku langsung menjadi waspada, "Kalian pergilah, awasi keadaan di luar, dan laporkan padaku jika ada yang mencurigakan"Alex berkata sambil tetap memandangku yang entah mengapa tatapan matanya membuatku merasa aman dan mampu mengusir ketakutanku, namun aku tetap berhati hati dan menjaga jarak denganya."Baik alpha" sahut Susan dan Liam bersamaan dan secepat kilat mereka pergi dari sana.Aku tercengang takjub menyaksikan hal tersebut yang tanpa kusadari mulutku terbuka lebar, sampai kurasakan ada tangan yang menyentuh daguku dan mendorongnya keatas hingga membuat mulutku tertutup rapat, mataku mengerjab kaget melihat Alex tiba tiba sudah berdiri di hadapanku sangat dekat, dan seperti biasa setiap kali menatap matanya tubuhku membeku seperti ada kekuatan sihir aku tak mampu menjauh bahkan hanya sekedar memutus kontak mata kami."Jangan takut kepadaku, aku tidak akan pernah menyakitimu, bahkan jika itu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan di dunia ini, aku tak kan pern
Aku tersentak kaget mendengar apa yang dikatakan Alex, yang benar saja, aku? Mate dari seorang werewolf? Dalam mimpipun tidak pernah terlintas olehku. Aku menepuk nepuk pipiku berharap ini adalah mimpi, bahkan aku mencubit lenganku, sakit, jadi ini bukan mimpi, ini semua nyata."Dengar Alex, bisa saja kau salah mengenali matemu kan? Mungkin saja terjadi kesalahan seperti itu kan?""Tidak sweety, aku mengetahui kau adalah mateku saat kita pertama kali melakukan kontak mata di kantin sekolah, kau ingat?"Aku kemudian mengangguk aku ingat bagaimana mataku hanya terpaku padanya dan sulit sekali untuk berpaling bahkan jantungku berdegup kencang kala itu."Seorang werewolf dapat mengenali matenya dari kontak mata, dari sentuhan, dan dari aroma yang menguar dari dalam tubuh matenya tersebut, aroma tubuh pasanganya akan terasa sangat memabukan bagi kaum werewolf" sambung Alex.Aku beranikan mengangkat kepalaku menatap matanya, Alex sedang menatapku juga. "Memangnya bau apa yang menguar dari t
Tinggal serumah dengan mereka membuatku mengetahui banyak hal tentang kehidupan kaum werewolf.Dan aku baru tau bahwa kedua orangtua Alex telah tiada karena penyerangan para rouge saat mereka sedang berada diluar dari istana, untunglah pamannya Alex bisa menyelamatkan Alex kala itu dan membawanya berlari kembali ke istananya.Paman Alex adalah ayahnya Liam, adik dari ayahnya Alex dan juga beta dari golden moon pack yang nantinya jabatan itu akan diturunkan kepada Liam. Alex diangkat menjadi alpha di usia masih sangat muda menggantikan ayahnya, dan didampingi oleh pamanya.Sore itu seperti biasa kami berempat bermain playstation di ruang tengah, lebih tepatnya Liam dan Alex yang bermain PS, aku dan Susan hanya menonton mereka. Saat itu ponselku berbunyi, ada nama kak Dimi terpampang disana, aku bingung harus terima atau kuabaikan, aku masih belum tega untuk mengabarkan berita tentang hilangnya paman, dan aku tidak mau mereka menjadi khawatir, apalagi aku takut mama akan jatuh sakit kar
Aku merasakan aura permusuhan disana, Alex dan Bryan saling menatap tajam dan tak ada yang mau mengalah."Ehm ehm, Kak Bryan ayo di minum dulu," ucapku berusaha mencairkan suasana."Ah iya, terimakasih Nes sudah mau repot repot menjamuku, tapi sebaiknya kamu tetap menjaga budaya ketimuranmu Nes, walaupun kamu sekarang sudah tinggal di Amerika"Kalimat sindiran Bryan barusan mampu menohok hatiku, tentu saja aku tersinggung mendengarnya."Maaf Kak Bryan, kalo boleh aku tau ada perlu apa menemuiku disini? Katakan saja," tanyaku."Tidak ada yang penting sebenarnya Nes, aku hanya ingin mengunjungimu untuk memastikan kamu baik baik saja disini""Seperti itu ya? Sekarang Kak Bryan lihat sendiri kan, aku sehat dan sangat baik disini, jadi Kak Bryan sekarang boleh meninggalkan rumahku, maaf aku mau istirahat dulu"aku langsung berdiri dan meninggalkan kedua laki laki itu disana, aku tak peduli lagi pada sinyal permusuhan antara keduanya, hatiku sakit di tuduh yang tidak tidak oleh Bryan, laki