LOGIN_Over river, under sand,
mother earth gives a helping hand. Mountains crumble, storms arise. Yet she can't suffer from the truth of time_ ~The Sage~ TRANG TRANG Kedua pedang itu beradu, Pangeran mahkota mendecih mendapati adik tiri yang ia benci membentuk seringai di wajahnya. Sial, dia lengah hingga mahkluk half-immortal itu bisa masuk ke dalam kamar pribadinya. Begitulah Pangeran Jungkook menyebut Yoongi, half-immortal. Pada dasarnya kalangan penyihir murni memiliki hidup yang abadi, sebagai contoh adalah ibu tirinya yang kini menjabat sebagai permaisuri kastil Jeon. Dia seorang Warlock, Warlock adalah sebutan untuk penyihir yang menguasai ilmu perang, petarung dan ilmu hitam. Dia abadi, hanya mahkluk yang lebih tinggi derajatnya yang mampu menghabisi jelmaan iblis itu. Dia datang dan Menjanjikan sebuah ke abadian pada sang ayahanda Raja Min Ho, Hwasa si Warlock mampu menggeser Permaisuri sejati Hee Kyu, yang merupakan ibu dari Pangeran Jungkook. Dengan guna-guna ia menyerang Permaisuri Hee Kyu hingga jatuh sakit dan meninggal. Dalam hidupnya si Warlock itu telah melanggar peraturan keras dengan menikahi seorang manusia, yang mana setelah ia berhubungan dengan manusia, keabadian miliknya hilang dan membuatnya lebih mudah terbunuh oleh siapapun, rahasia itu ia simpan rapat-rapat. Di sisi lain Pangeran Jungkook tak bodoh, ibunya wanita yang sehat, ada hal lain yang membuatnya bisa sakit dan meninggal dengan cara yang menyedihkan. Ia berusia 10 tahun kala itu, mengintip dan mendengar pembicaraan Raja dan Permaisuri baru. Jungkook kecil mendengar jika mereka hendak menyerang sebuah wilayah yang di kenal sebagai Ederland, Jungkook tahu tentang wilayah magis itu. Gurunya suka menceritakan tentang bagaimana kemahsyuran Ederland, ayahnya yang penyayang telah tiada yang tersisa hanyalah seorang Raja yang keji. Jungkook memiliki sifat penyayang dan wibawa yang diturunkan oleh sang ibu, ia bersedih mendengar berita kehancuran Ederland akibat ulah kaumnya di bawah perintah sang ayah. Namun saat itu ia hanyalah seorang bocah yang tak akan di dengarkan siapapun. Hingga Warlock wanita itu melahirkan seorang putra half-immortal, setengah abadi yang di beri nama Yoongi. Tepat setelah kelahirannya, Jungkook yang sejatinya adalah seorang putra mahkota memiliki gelar baru yaitu, Pangeran yang terbuang. Beruntunglah ia memiliki guru sebaik Bang Shi Hyuk, dan sahabat yang baik seperti Rose lalu Jimin, ia tidak lagi merasa kesepian di istana yang sebesar ini. Menginjak usia 27 tahun, Pangeran Jungkook tumbuh menjadi panutan. Rakyat kerajaan sayang padanya, tunduk dan segan dengan penuh hormat. Sehingga Yoongi yang notabene menginginkan posisi Jungkook merasa terancam dan meminta sang ibu memantrainya, namun semua mantra itu tak berhasil mengenai sang Pangeran. Seorang Seer berkata, Pangeran Jungkook dilindungi oleh arwah mendiang Permaisuri dan doa dari rakyat yang menyayanginya. Hal itu membuat Yoongi semakin panas, hingga malam itu ia nekat menerobos masuk kamar Pangeran untuk membunuhnya. Tak ada yang mengira, Pangeran Jungkook akan terluka parah akibat tebasan pedang Yoongi dan juga mantra jahat yang datang dari kutukan Yoongi padanya. Rose dan Jimin datang tepat waktu, sedangkan Guru Bang tak dapat melarikan diri karena para prajurit terlebih dulu menahannya. Mereka bertiga berhasil melarikan diri, dengan pangeran Jungkook yang tak lagi bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Yoongi geram karena mereka lolos, hingga memikirkan rencana lain untuk membuat Pangeran Jungkook makin terpojok. Ia melukai dirinya sendiri dan menuduh Pangeran Jungkook telah melakukan pengkhianatan karena ingin membunuhnya, lalu mengadu pada Raja. Raja termakan ucapan anak kesayangannya itu mentah-mentah, dan memerintahkan beberapa prajurit membawa kembali Pangeran Jungkook untuk dieksekusi. Namun yang di kirimkan bukanlah para prajurit biasa, mereka adalah Warlock half-immortal. Keturunan yang di hasilkan lewat hubungan terlarang Warlock murni dan manusia. . . . ~The Sage~ Kelopak mata putih itu bergerak gelisah, dirasakannya seseorang menyentuh bagian dadanya yang terluka, membuat Pangeran yang sudah tertidur cukup lama itu tersentak bangun. Lalice yang memperhatikannya hendak tersenyum, namun gerakan tiba-tiba sang Pangeran dengan membantingnya ke lantai lalu mencekiknya membuat senyuman Lalice menghilang. "SIAPA KAU?!!" Jangankan menjawab, bernafas pun Lalice tidak bisa karena kerongkongannya terasa terjepit. Dia memegangi cekikan kuat di lehernya, hingga terdengar suara pintu kamar didobrak paksa. Si rambut kuning dan si rambut merah muda berdiri di sana, melotot ke arah sang Pangeran yang terlihat siap menghabisi saudara dari sang serigala. "Pabo~ Jungkook!!!! Lepaskan dia! Apa yang kau lakukan?" Jimin berusaha melepaskan cekikan Jungkook pada Lalice, pasalnya gadis ini memiliki kakak yang agak menyeramkan dan tidak menyukai manusia. Bagaimana nantinya jika Taehyung tahu bahwa adik yang paling ia sayangi dicekik oleh seorang manusia fana? Oh.. tentu nyawa mereka taruhannya. Jungkook menurut ketika Jimin menariknya menjauhi Lalice, dia melepaskan cekikannya pelan dari leher gadis itu. Rose ikut membantu Jungkook untuk kembali duduk di tepi ranjang, sedangkan Jimin membantu Lalice berdiri. "Kau tidak apa-apa, Lice?" Senyum cantiknya muncul di sela anggukannya, kemudian ia menatap Jungkook. "Maaf jika aku membuatmu terkejut, aku hanya berniat mengganti perban yang sudah kotor." ujar Lalice. "Lain kali kau bisa menungguku, biar aku saja yang mengganti perban Pangeran. Dia tidak menyukai orang asing mendekatinya!" "Rose!!" Jimin memperingati, membuat Rose memalingkan wajahnya. Lalice kembali tersenyum maklum. "Aku mengerti, kalau begitu aku permisi untuk menyiapkan makan malam." Jimin terkekeh canggung, "Maafkan mereka ya Lice, kuharap kau tidak tersinggung dengan kelakuan dua manusia barbar ini." Sekali lagi Lalice tersenyum sebelum keluar dari kamarnya. Sepeninggal Lalice, Jimin mendesah lega, beruntung Taehyung belum kembali dari perburuannya dan kalau dia sampai melihat kejadian barusan, maka habislah mereka bertiga. "Kau ini apa-apaan sih! bersikap seperti idiot pada gadis yang sudah memberi kita perlindungan? Yang benar saja! Dia yang sudah mengobatimu tahu! Dan ini kamarnya, yang kau duduki itu juga ranjangnya!" Jimin mencak-mencak pada Jungkook yang masih terdiam memegangi dadanya, lalu si tabib handal itu menunjuk-nunjuk wajah Rose tidak sopan. "Dan kau, hentikan ke sombonganmu itu! Kita berada di wilayah mereka, beruntung mereka masih mau menampung kita!" Sebagai respon, Rose malah mendecih, membuat Jimin mengelus dadanya. "Astaga, kenapa aku bisa terjebak dengan dua orang idiot ini!" Dia beranjak keluar kamar. Jungkook tidak bersalah, dia hanya terkejut. Pernah dengar jika seekor Singa yang terluka lebih berbahaya? Itulah kondisi Jungkook sekarang. Dia terluka dan gadis yang tidak di kenalnya itu mengejutkannya dengan mendekatinya tanpa mengatakan apapun, tapi Jungkook akan meminta maaf nanti. Bagaimana pun gadis itu sudah menyelamatkan nyawanya. Dan jangan tanya alasan Rose kenapa dia selalu bersikap kasar seperti itu pada semua gadis yang berusaha mendekati Jungkook, sejak mereka kecil dia sudah mendambakan Jungkook, dan menginginkan pria itu menjadi miliknya. Dia cemburu, dia tidak rela ada wanita yang menyentuh sang pangeran selain dirinya. ~The Sage~ Senja tiba. Jungkook berusaha keluar kamar yang ia tempati dengan langkah tertatih, luka di dadanya masih terasa amat sakit meski tak membuatnya panas-dingin seperti sebelumnya. Dia tak mendapati siapapun di dalam rumah, namun suara bising yang di ciptakan Jimin terdengar dari luar. Ia melangkah menuju pintu utama, seharian berada di dalam kamar membuatnya cukup jenuh. Namun aroma lezat makanan, menarik minat juga langkahnya untuk pergi ke dapur yang ada di samping kanan pondok. Pangeran Jungkook terdiam ketika sampai di ambang dapur, gadis itu berada di sana, orang yang tadi hampir dibunuhnya tengah berkutat dengan sebuah jamur besar untuk dipotong. Pangeran merubah arahnya dengan canggung, kemudian dia melirik kesana kemari. Tak ada siapapun selain dia dan gadis itu, otaknya berpikir bagaimana untuk memulai sebuah pembicaraan yang baik pada orang yang hampir dia bunuh. Dan merutuk kenapa untuk memulai obrolan sangatlah sulit. Sang pangeran berdeham, membuat gadis itu berjengit lalu berbalik. "Aku minta maaf." Lalice berkedip dua kali. "Hah?" Agak pelan Jungkook berjalan mendekatinya, dan berdiri sejajar dengan gadis itu. "Maaf... Soal yang tadi, aku mencekikmu, aku.. sangat terkejut tadi." "Aaaa.." Lalice mengangguk, lalu tersenyum paham sebelum kembali pada posisinya semula. "Tidak apa Pangeran, itu adalah kesalahanku." Lalice kembali berkutat dengan jamur di tangannya. "Aku sudah menganggumu, ku dengar dari teman wanitamu kalau kau memang tidak suka didekati orang asing, harusnya aku yang meminta maaf." Pangeran Jungkook terdiam, dia kehilangan kata-katanya dan malah memperhatikan tangan gadis itu yang dengan lincah memotong beberapa jamur dan memasukannya ke dalam panci yang berisi kuah kaldu berbau sangat lezat. Lalu si gadis menoleh ke arahnya lagi. "Apa kau ingin makan sekarang?" Yang ditanyai mengangguk, mencium aroma lezat itu membuat perutnya bergemuruh minta di isi. Lalice kembali tersenyum, "Tunggulah di meja makan, aku akan panggil yang lain." kemudian Lalice pergi keluar, meninggalkannya sendirian. ~The Sage~ Istana Kerajaan Jeon. Yoongi tengah bercermin, mengamati seluruh wajah dan tubuhnya sebelum seekor gagak masuk, terbang penuh dengan ketidakseimbangan dan berakhir mati saat menabrak cermin. Kedua mata Yoongi menelisik, mayat gagak itu berubah menjadi cairan pekat berwarna hitam lalu mengeluarkan asap. Lelaki tampan yang mengenakan jubah hitam bertahtakan intan hitam di kepalanya itu menggertakan giginya, dia tentu tahu apa maksudnya. "IBU!!!! IBU!!!!" panggilnya kencang juga tak sabaran. Tak lama sosok wanita bergaun hitam dengan mahkota khas permaisuri memasuki kamar pribadi Yoongi. "Ada apa anakku?" "Lihat itu, lihat!" tunjuk Yoongi pada cairan pekat yang masih berasap. Dia adalah Hwasa, si pengkhianat Warlock. Dia mengikuti arah pandang Yoongi, berekspresi sama dan sedikit mengerenyit melihat itu. "Ada yang lancang! Dia mencabut kutukanku pada Jungkook!" Hwasa terlihat berpikir, meski wajahnya masih tampak tenang. "Ibu akan tanyakan pada Seer kerajaan tentang hal ini." kemudian dia berjalan keluar kamar anaknya itu tanpa mengatakan apapun lagi, maupun menenangkan Yoongi. Pria tempramental itu mengamuk, melempar apapun yang dapat di jangkaunya. Selalu saja usahanya gagal untuk menghabisi Putra Mahkota, racunnya berpulang padanya, itu berarti bahwa Jungkook tertolong di luar sana oleh seseorang. "SIAL!!!" ~The Sage~ Gong Yoo, Taehyung, Jimin, Rose, dan Jungkook tengah duduk di ruang makan sambil menyantap kudapan yang Lalice buat untuk mereka setelah menyelesaikan makan malam. Sebuah kue kering yang terbuat dari kacang almond dan madu, rasanya sangat enak membuat Jimin hampir menghabiskan semuanya sebelum mendapat pelototan dari Taehyung yang duduk di seberang. Pria periang itu mencoba mencairkan keheningan tak mengenakan ini dengan membuka sebuah obrolan. "Emmm, aku agak bingung setelah bertemu kalian. Sebenarnya ada berapa jenis penyihir di dunia ini? Karena kulihat kalian memiliki kemampuan berbeda." tanya Jimin pada Taehyung dan Gong Yoo. "Ban-yak." jawab Taehyung tanpa minat malah terkesan malas, pasalnya dia sangat tidak ingin berada di sini bersama para manusia jika bukan adiknya yang meminta. Gong Yoo tersenyum singkat, dia menepuk pelan kepala Taehyung hingga si Shapesifter itu mengaduh. "Kalau ditanya, jawab yang benar!" "Malas." Si Alchemist menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian melihat tiga manusia itu yang sekarang menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Kami para penyihir, merupakan kaum terbanyak di Ederland. Kemampuan kami pun bermacam-macam sesuai kasta turun-temurun, yang terbanyak dari kaum kami adalah seorang Witch." Mereka bertiga, minus Taehyung yang asik mengamati Lalice di dapur, mendengarkan penuh minat. "Witch, kalangan penyihir yang biasa melakukan aksinya dengan melayangkan kutukan pada seseorang dan membutuhkan tumbal untuk itu. Bisa dibilang mereka seperti seorang dukun." Ketiganya mengangguk kompak, membuat Taehyung yang menyadari itu memutar mata bosan. "Lalu Wizard, kasta pada mereka membuat mereka dilahirkan sebagai seorang prajurit. Kebanyakan prajurit Ederland adalah seorang Wizard, selain mampu menggunakan teknik sihir mereka adalah petarung yang tangguh!" Gong Yoo meminum teh bunga melatinya pelan. Dia melanjutkan. "Kemudian Warlock, Warlock si ahli perang. Mereka ganas dan tanpa ampun dalam menyerang siapapun, entah menggunakan sihir atau dengan pertarungan. Salah satu Warlock yanh berkhianatlah yang membuat Ederland hancur, juga luka pada dadamu adalah salah satu kutukan mereka." Gong Yoo menunjuk Jungkook. Hening. "Apa mereka sangat kuat?" tanya Jungkook, Gong Yoo mengangguk. "Mereka sangat kuat, tapi seperti kata pepatah yang mengatakan jika di atas langit masih ada langit, begitu pula dengan dunia kami, Warlock memang kuat tapi masih ada yang lebih kuat dari mereka." Gong Yoo tersenyum, "Selanjutnya adalah Enchanter, sama seperti Witch jangan pernah mencari masalah dengan mereka. Mereka seorang pengendali pikiran, meski jarang bermain tumbal, tapi mereka bisa dengan mudah menguasai dirimu untuk menyakiti dirimu sendiri." Jimin meneguk ludahnya. "Lalu ada Shaman, mereka penyihir lokal yang agak primitif. Hanya ada di pinggiran Ederland, mereka suka menari-nari mengelilingi api unggun lalu menumbalkan seseorang untuk meminta apapun pada yang mereka yakini adalah Dewa." Gong Yoo tertawa saat menceritakannya. "Necromancer, seorang penyihir yang memiliki kemampuan khusus. Mereka bisa membangkitkan orang yang sudah mati asalkan anggota tubuh orang itu masih lengkap." "..." "Summoner, penyihir yang bisa memanggil iblis yang bekerja sama dengan mereka. Namun para Summoner telah musnah, Raja Seokjin sendiri yang mengeluarkan perintah eksekusi untuk mereka, karena mereka sangat meresahkan warga Ederland." "..." "Seer, bisa kita sebut juga sebagai seorang peramal. Dia memiliki kemampuan untuk melihat masa depan hanya dengan menyentuh tangan kita." "..." "Alchemist, aku adalah seorang Alchemist. Penyihir berkemampuan khusus untuk membuat ramuan yang mustahil dibuat oleh mahkluk berilmu tinggi sekalipun." "..." Gong Yoo melirik ke arah Taehyung yang menaruh kepalanya di atas meja. "Lalu Shapesifter, kalian sudah bertemu dengan salah satunya yang tersisa. Taehyung adalah seorang Shapesifter murni, Shapesifter memiliki kemampuan untuk berubah jadi hewan apapun dan bentuk apapun yang diinginkannya, wujud tertingginya adalah seekor Naga yang hanya dimiliki keturunan khusus seperti Raja Seokjin dan Taehyung. Seorang Shapesifter menurunkan kutukannya lewat gigitan ketika mereka menjelma menjadi serigala, pernah dengar monster werewolf? Mereka adalah orang yang dikutuk oleh seorang Shapesifter." jelas Gong Yoo. Mereka bertiga menatap was-was pada Taehyung yang sudah mengangkat kepalanya saat Lalice menghidangkan makanan kesukaan pria itu dan tengah memainkan garpu di tangannya dengan wajah cemberut. Mereka, terutama Jimin mulai sekarang akan lebih berhati-hati pada Taehyung. "Yang terakhir adalah Sage, penyihir akan yang terlahir setiap 800 purnama bulan biru sekali. Jenis penyihir yang sangat langka sama seperti Shapesifter, penyihir terkuat yang bahkan tanpa mengucapkan mantra atau kutukan dia dapat membunuh musuhnya. Salah satunya adalah ibunda Taehyung, Ratu Jisoo adalah seorang Sage. Dia tiada demi menciptakan sebuah barrier tanpa batas untuk melindungi Ederland dari kehancuran kala invasi manusia fana terjadi bertahun-tahun lalu ketika bulan merah terjadi." "..." "Pantangan besar bagi seorang penyihir, adalah saat menggunakan sihirnya ketika bulan merah sedang berlangsung. Menggunakan sihir pada waktu itu adalah maut bagi kami." Jungkook kembali merasa bersalah, karena keluarganya lah tanah impian itu hancur. Mereka cukup puas dengan penjelasan Gong Yoo. Wajah mereka tampak berpikir dalam diam, lalu Jimin yang seperti biasa tidak bisa menahan dirinya, mengutarakan rasa penasarannya. "Lalu, kalau Lalice itu termasuk penyihir yang mana?" Gong Yoo tersenyum, sedangkan Taehyung menoleh ke arahnya sambil menyeringai. "Sama seperti ibuku, dia terlahir sebagai Sage." Taehyung menjawabnya santai sambil mengunyah makanannya. "WHHOAPA?!"The one who gives you happiness that you can not explain will always be a reason of your sadness that you can not explain_~The Sage~Permaisuri hitam bermanik madu itu bergerak gelisah di singgasana, ia tak tenang setelah bertanya pada seorang Seer tadi. 'Sesuatu yang kuat sedang mengarah padamu, berhati-hatilah jika tidak ingin hancur!' sepotong kalimat yang membuatnya bahkan menolak anggur istimewa kerajaan Jeon untuk ia sesap. Apa? Apa sesuatu yang kuat itu? Jungkook 'kah? Dia hanya seorang manusia fana, bahkan seorang Warlock rendahan pun bisa menghabisinya dengan mudah. Lalu untuk apa dia harus berhati-hati? Pada siapa? Apa yang sedang mengarah padanya? Tak lama maniknya menangkap sang Putra berjalan penuh amarah ke arah singgasana, lalu dengan lancang duduk di tempat yang seharusnya hanya untuk sang Raja. "Aku akan pergi mencari Jungkook! Aku harus memastikan dia mati di kedua tanganku sendiri!" ujar si half-immortal penuh ambisi.Hwasa mendesah malas, belum selesai memecahka
_Over river, under sand, mother earth gives a helping hand. Mountains crumble, storms arise. Yet she can't suffer from the truth of time_ ~The Sage~ TRANG TRANG Kedua pedang itu beradu, Pangeran mahkota mendecih mendapati adik tiri yang ia benci membentuk seringai di wajahnya. Sial, dia lengah hingga mahkluk half-immortal itu bisa masuk ke dalam kamar pribadinya. Begitulah Pangeran Jungkook menyebut Yoongi, half-immortal. Pada dasarnya kalangan penyihir murni memiliki hidup yang abadi, sebagai contoh adalah ibu tirinya yang kini menjabat sebagai permaisuri kastil Jeon. Dia seorang Warlock, Warlock adalah sebutan untuk penyihir yang menguasai ilmu perang, petarung dan ilmu hitam. Dia abadi, hanya mahkluk yang lebih tinggi derajatnya yang mampu menghabisi jelmaan iblis itu. Dia datang dan Menjanjikan sebuah ke abadian pada sang ayahanda Raja Min Ho, Hwasa si Warlock mampu menggeser Permaisuri sejati Hee Kyu, yang merupakan ibu dari Pangeran Jungkook. Dengan guna-guna ia menyeran
17 tahun kemudian.... . . ~The Sage~ Geramannya rendah hampir tak terdengar, bola mata sebiru lautan mengintai sosok tua yang sedang menumbuk sesuatu di dalam cawan. Ke empat kakinya melangkah penuh pertimbangan dan hati-hati, seolah jika berderik sedikit saja sang mangsa akan mengetahui. Bulu tebal seputih salju itu bergoyang terhembus angin kencang yang baru saja melewatinya, gigi-gigi runcingnya tampak tajam. Sedikit lagi serigala itu akan mencapai si Alchemist yang masih asik sendiri, bersiap menerkam dan- "Taehyung." Si serigala putih meringkik tak terima, sosok tadi berbalik dan mendengkus remeh. "Jangan bertingkah jahil dengan niat mengagetkanku seperti itu!" Gong Yoo melangkah ke teras rumah membawa cawan berisi ramuan. "Aku sudah terlalu tua untuk bermain menjadi buruanmu." Lalu dia terbatuk. Serigala putih yang memiliki tinggi hampir 2 meter itu bertransformasi menjadi sosok rupawan, lelaki berambut perak dengan mata birunya yang mempesona, jubah berbulu putih berteng
~The Sage~Dunia begitu besar dengan berbagai makhluk yang menempati, semua hidup damai tanpa adanya tirani. Manusia, penyihir, elf, peri, memiliki garis batas membentang untuk kekuasaan mereka sendiri. Tidak ada yang paling kuat, dan tidak ada yang paling lemah. Mereka unggul dikemampuan masing-masing.Para petinggi suatu kaum selalu berdiskusi, bagaimana cara untuk membuat dunia ini terus damai tanpa lahirnya arogansi. Namun satu di antaranya memiliki keinginan tersendiri, berdiri lebih kuat di antara makhluk lain dan siap untuk menjajahi.Manusia fana.Raja kaum manusia, si bangsawan Jeon berontak ingin menjadi Kaisar dunia. Di mana penyihir, elf, peri, tunduk di bawah kakinya. Menolak berarti perang, para manusia fana siap berperang melawan kaum Ederland.Ederland, sebuah dunia yang memiliki kesahajaan dan keseimbangan dalam pembentukannya. Terbatasi oleh sebuah sungai dalam bernama Govil tempat diamnya monster raksasa untuk memperjelas wilayah para mahkluk magis dan manusia fana,







