Home / Fantasi / The Sage / Meet You in Riverdel

Share

Meet You in Riverdel

Author: Miss_Sherly
last update Last Updated: 2025-09-28 15:16:09

17 tahun kemudian....

.

.

~The Sage~

Geramannya rendah hampir tak terdengar, bola mata sebiru lautan mengintai sosok tua yang sedang menumbuk sesuatu di dalam cawan. Ke empat kakinya melangkah penuh pertimbangan dan hati-hati, seolah jika berderik sedikit saja sang mangsa akan mengetahui. Bulu tebal seputih salju itu bergoyang terhembus angin kencang yang baru saja melewatinya, gigi-gigi runcingnya tampak tajam. Sedikit lagi serigala itu akan mencapai si Alchemist yang masih asik sendiri, bersiap menerkam dan-

"Taehyung."

Si serigala putih meringkik tak terima, sosok tadi berbalik dan mendengkus remeh. "Jangan bertingkah jahil dengan niat mengagetkanku seperti itu!" Gong Yoo melangkah ke teras rumah membawa cawan berisi ramuan. "Aku sudah terlalu tua untuk bermain menjadi buruanmu." Lalu dia terbatuk.

Serigala putih yang memiliki tinggi hampir 2 meter itu bertransformasi menjadi sosok rupawan, lelaki berambut perak dengan mata birunya yang mempesona, jubah berbulu putih bertengger pas pada bahunya yang gagah.

Ia mendecih. "Bagaimana bisa aku melindungi Ederland, jika membuat takut pak tua sepertimu saja aku tidak bisa." Dialah pangeran yang menghilang, keturunan naga, putra pertama raja Seokjin yang mahsyur. Taehyung menghampiri Gong Yoo, menepuki pundak si Alchemist itu. "Aku pun tidak bisa berubah menjadi seekor naga seperti ayah." ia bersuara lirih.

Gantian si Gong Yoo yang menepuk bahu sang pangeran ringan. "Jangan berkecil hati, kau akan memiliki wujud itu tak lama lagi. Bagaimana pun kau tetaplah keturunan Naga, ayahmu juga mengalami fase-fase ini di hidupnya."

Mereka berdua terduduk pada teras reyot di gubug sang Alchemist, Taehyung mendongkak, menatap langit yang mulai gelap begitu pun dengan Gong Yoo. "Di mana adikmu, Taehyung?"

"Hutan barat, dia mencari tumbuhan yang kau inginkan."

Gong Yoo mengangguk sambil membaui isi cawan yang ia pegang.

"Aku... tak yakin dapat melindunginya dengan wujud selemah ini." Taehyung kembali bergumam.

"Sabarlah sedikit lagi, apa Lalice sudah bisa mengendalikan kekuatannya?"

Taehyung mengangguk kecil. "Beberapa hari yang lalu dia membekukan beberapa troll jahat di hutan, mereka ingin memakan kami."

"Lalu?"

Sang pangeran menyeringai kecil. "Apalagi memangnya, aku mendorong tubuh berat yang membeku itu hingga terhempas menghantam batu dan pecah."

Gong Yoo terkekeh, dia menepuk belakang kepala Taehyung. "Dasar kau!" Tiba-tiba si Alchemist terdiam, pandangannya menerawang jauh. "Taehyung?"

"Hn?"

"Jemput adikmu."

~The Sage~

"Musuh mengejar, kita tidak bisa terus berlari membawa pangeran jauh lebih dari ini. Lukanya bertambah parah, kita harus menemukan tempat untuk bersembunyi!"

"Aku tidak sempat membawa bahan obat, kita harus mencarinya!"

"Apa yang kau butuhkan?"

"Anggrek emas, dia terkena racun Warlock. Hanya anggrek emas yang bisa menyembuhkannya!"

Dua orang berbeda warna rambut itu terus berdebat sambil memapah sosok yang terluka parah. Seorang prajurit perempuan, tabib bersifat konyol dan pangeran terbuang yang terluka parah akan menjadi mangsa empuk para Warlock di bawah kepemimpinan ibu tiri si Pangeran.

Jeon Jungkook, pangeran yang terbuang dari kerajaannya sendiri. Ayahnya yang haus kekuasaan tega membunuh sang ibu demi menikahi Warlock wanita yang keji bernama Hwasa. Mereka memiliki seorang putra bernama Yoongi, yang berambisi ingin menjadi Raja berikutnya merebut tahta yang seharusnya milik Jungkook.

Perpecahan terjadi di dalam kastil Jeon, pangeran Yoongi dibantu oleh ibunya ingin menyingkirkan pangeran Jungjook dari tahta. Beruntunglah Rose yang merupakan seorang prajurit menemukannya tepat waktu dan membawanya pergi bersama Jimin si tabib istana.

Jungkook sempat melawan, hanya saja seorang Warlock maupun setengah Warlock lebih kuat dari pada manusia biasa. Mantra kegelapan diucap saat menebas dada bagian depan pangeran Jungkook, racun Warlock langsung menyerap dan harus segera dikeluarkan.

Anggrek emas tidak pernah di temukan di wilayah manusia. Tanaman itu hanya berada di Ederland dan daerah magis lainnya, mendekati Ederland sangatlah tidak mungkin karena mereka akan segera mati terbakar sebelum sempat menginjakan kaki di sana. Pilihannya hanya satu yaitu hutan barat, tempat para makhluk kejam seperti troll, kurcaci, dan goblin tinggal. Pangeran harus segera diobati, bagaimana pun jalannya.

"Aku tidak sanggup lagi berlari!" keluh si tabib berambut pirang.

"Kita tidak bisa berhenti disini, terlalu berbahaya." Prajurit cantik itu masih memapah tubuh lemah si pangeran. "di mana bunga itu berada?"

Jimin menggeleng. "Entahlah, tapi pasti di suatu tempat dalam hutan ini."

"Kalau begitu, ayo!"

Mereka berdua kembali memapah sang pangeran yang mulai kehilangan kesadarannya. Hari mulai malam, racun Warlock dalam tubuh pangeran mulai menyebar. Wajahnya mulai membiru, di detik berikutnya sang pangeran benar-benar kehilangan kesadarannya.

.

.

.

Kepakan terang dari si peri cahaya belia mengurungkan niat si jubah putih menyulut lentera, sinar dari tubuh mereka cukup terang bagi penglihatannya untuk mengenali tanaman langka yang hanya tumbuh 1000 tahun sekali itu.

Anggrek emas tumbuh di sana, terang benderang di gelap gulita malam Hutan barat. Tangan putih berpelindung sarung tangan bermanik swaroski terulur memetik tangkai pertangkai, lalu memasukannya pada sebuah keranjang rotan.

"Permisi, bisakah anda sisakan sedikit untuk kami?"

Si jubah putih terdiam membelakangi seseorang yang sedang bertanya, suara beratnya menunjukan kalau dirinya seorang lelaki. Dari aura mereka, dia bisa segera tahu. Manusia fana, sedang apa mereka disini? Pergi sangat jauh dari tempat asal mereka. Si jubah putih berbalik, tudung pada kepalanya menghalangi tiga manusia itu melihat sosoknya.

Si pirang yang tak lain adalah si tabib istana bernama Jimin agak kikuk, dia mulai gelisah, entah mahkluk apa yang bersembunyi di balik jubah itu. "M-maaf, k-kalau b-begitu t-tidak j-jadi." Jimin hendak berbalik, namun ternyata prajurit wanita yang bersama mereka terlihat tidak terima.

"Apa yang kau lakukan, Jimin? Kita butuh anggrek itu!" picingnya tak terima.

Jimin mengarahkan telunjuk pada bibirnya. "Diam! Kita tidak tahu dia itu apa." ujarnya berbisik, matanya melirik ke arah si jubah putih. "Akan ku ambil saat dia pergi!"

Rose mendecih. "Dan saat itu mungkin Pangeran sudah mati!" Lalu ia serahkan tubuh berat Pangeran pada si tabib. "Jika kau tidak mampu, biar aku yang mengambilnya!" Pedang terhunus ke arah si jubah putih yang masih tampak tenang. "Aku tidak peduli mahkluk apapun dirimu, serahkan bunga itu pada kami!" ancam Rose.

Para peri cahaya belia bersembunyi di balik punggung si jubah putih, mereka takut melihat pedang panjang itu terhunus ke arah mereka, berbanding terbalik dengan si jubah putih yang masih nampak tenang bergeming. "Kalian manusia, apa yang kalian lakukan sampai berada sejauh ini?" si jubah putih bertanya.

"Bukan urusanmu, cepat serahkan bunganya!" Rose semakin mendekat pada si jubah putih yang masih diam di tempat, mengulurkan tangannya untuk merampas keranjang rotan itu.

GRR GRR GRR

"Aaauuuuuuuuuu!!!!!!!"

Rose tersentak hingga terjatuh, bahkan Jimin hampir lari dan kencing di celana. Di hadapan mereka seekor serigala besar berdiri menghadang, melindungi si jubah putih. Lolongan serigala itu memekakan telinga, geramannya membuat bumi berguncang, tatapannya seakan mencabut nyali yang ditatap.

"Manusia fana... aku mencium aroma busuk kalian... grrr... grrr. Aku benci bau ini!" Serigala perkasa itu mengawasi tiga manusia di hadapannya.

Rose bangkit kembali, meski gemetar ia tetap menghunuskan pedangnya.

Serigala itu tertawa dalam wujud mengerikannya. "Aku tidak akan mati karena tusuk gigi itu, dasar manusia-manusia bodoh! Mati lah kalian!"

"Kakak." Suara selembut sutra itu berasal dari si jubah putih, serigala yang baru saja siap melayangkan cakarnya terhenti lalu mendengkus. Masih dengan wujud serigala, ia menghampiri si jubah putih. "Hentikan kakak, mereka butuh pertolongan kita. Salah satu dari mereka terkena racun Warlock, Aku bisa merasakan aura jahat itu."

Si serigala berhenti di samping si jubah putih lalu bertransformasi, tiga pasang mata itu menatap mereka terkejut. "Pe-penyihir?" Jimin terbata. "Bagaimana bisa, kalian hanya ada di Ederland!"

Sorot si Shapesifter masih menajam. "Kalian pun tidak seharusnya menginjakan kaki di sini, manusia fana hina!" desis Taehyung.

Si jubah putih membuka tudungnya, memperlihatkan rambut panjang abu-abu yang terurai indah, bertahtakan tiara berlian putih muncul dibarengi sosok menawan yang sangat jauh dari kata mengerikan. Tiga manusia itu makin waspada, saat si jubah putih mendekat. "Aku bukan musuh, kalian ingin anggrek ini? Ambilah!" katanya, keranjang rotan itu tersodor ke arah mereka.

Tiga manusia itu terdiam.

Taehyung menggertakan giginya. "Apa yang kau lakukan, adik?"

"Mereka terluka kak, aku hanya iba."

"Iba pada musuh? Kaum merekalah yang membuat Ederland hancur! Mereka... manusia."

"Aku tahu itu, tapi tidak semua manusia berhati jahat."

"Kita tidak tahu siapa mereka sebenarnya!"

"Ku mohon kak, aku hanya ingin membantu."

"Terserah kau saja!"

Taehyung beranjak untuk menduduki salah satu akar besar yang menjuntai di tanah, manik shappirenya memicing tajam. Siap-siap berubah jika para manusia itu melakukan pergerakan tiba-tiba untuk menyerang saudarinya.

Sedangkan si jubah putih mendekat tanpa rasa ragu, membuat tiga manusia itu memberingsut mundur. Ia tersenyum. "Aku tidak akan menyakiti kalian, jangan takut."

"Bagaimana kami bisa mempercayaimu, kau penyihir!"

Si jubah putih mengangguk paham. "Jika aku berniat melukai kalian, tak mungkin kutahan kakakku dari keinginannya mencabik-cabik tubuh kalian."

Para manusia terdiam.

"Jadi, bisa kulihat lukanya?"

Rose dan Jimin memberi ruang bagi si jubah putih untuk melihat keadaan sang Pangeran. Jelaga pangeran terbuka lemah, sedikit mengintip di balik kelopak mata putih itu, mengamati siapa yang tengah membuka lilitan perban di tubuhnya. Si jubah putih tersenyum ke arah Jungkook yang setengah sadar, untuk sesaat ia merasa terpana sebelum merasakan perih di dadanya menjadi-jadi.

"ARGHHHH!!!!!" jerit si Pangeran membahana di tengah hutan.

Si jubah putih merapal mantra, cahaya biru berpendar di telapak tangannya yang meremas setangkai anggrek emas tadi ."Dengan campuran anggrek emas, aku menyabut kutukan Warlock dari tubuh ini, enyahlah kalian mantra hitam, kembali pada tuan kalian!" cahaya biru itu menyerap lendir hitam dari luka pangeran, melayang ke udara hingga pecah menjadi abu berwarna hitam, sang pangeran manusia kembali kehilangan kesadarannya.

Lalu si jubah putih itu kemudian bangkit, memberikan beberapa tangkai anggrek emas pada Jimin. "Buat minuman dari ini, lalu minumkan pada teman kalian."

"T-terima k-kasih." ujar Jimin terbata, lalu ia menyikut pinggang si wanita berbaju zirah. "Hei Rose, katakan sesuatu!"

"Hn, terimakasih."

Si jubah putih tersenyum. "Sedang apa kalian di sini? Manusia seharusnya tidak berada di hutan sihir, terlalu berbahaya!"

Jimin menggaruk pipinya, sedangkan Rose memeriksa keadaan Pangeran. "Sebenarnya kami... sedang mencari tempat persembunyian." ujarnya malu.

Si cantik terlihat bingung. "Persembunyian? Tapi, kenapa?"

"Kami diincar para Warlock."

Taehyung mulai tertarik saat mendengarnya, ia mendekati saudarinya. "Warlock? Kenapa kalian diincar para Warlock?"

"Kami tidak bisa menjelaskannya sekarang."

Alis Taehyung terangkat. "Sudah sejak lama aku ingin menghabisi Warlock." tangannya mengepal kuat.

"B-bisakah kami ikut kalian?"

.

.

.

"Ck, lagi-lagi kau dilemahkan rasa kasihanmu saudariku. Percayalah padaku, suatu saat kau akan terbunuh karena belas kasihmu itu Lalice!" keluh Taehyung.

Taehyung merasa kesal karena para manusia fana itu benar-benar merepotkan, tadi mereka minta pertolongan lalu sekarang minta tempat perlindungan. Salahkan saudarinya yang terlalu baik hati, mereka tidak tahu siapa sebenarnya para manusia fana yang ikut bersama mereka. Entah musuh, atau benar-benar membutuhkan bantuan, mereka tetap manusia, kaum yang sangat Taehyung benci sampai ke urat nadi.

"Kita hanya memberi tumpangan, sampai teman mereka pulih. Tidak kah kau merasa iba?"

"Tidak. Aku tidak memilikinya."

"Meskipun itu padaku?"

Langkah Taehyung terhenti, ia berbalik untuk melihat ke dalam mata saudarinya. "Kau berbeda, di dunia ini hanya kau dan Gong Yoo yang akan kulindungi sampai mati! Tapi tidak dengan manusia-manusia itu!" Tunjuknya pada tiga orang di belakang mereka. "Kali ini aku mengalah, kubiarkan mereka ikut dengan kita. Tapi jangan terlalu dekat dengan mereka, aku tidak ingin kau terpengaruh tipuan manusia fana, kau mengerti?" Taehyung kembali berbalik setelah mendapat anggukan dari Lalice, ia bertransformasi menjadi serigala lalu meninggalkan mereka duluan.

Lalice tersenyum. Kakaknya itu benar-benar tidak bisa bersikap wajar, Taehyung memang dingin dan ganas tapi sisi dirinya yang lainn sangat lembut dan bijak. Lalice tahu itu, Taehyung masih memiliki rasa kepedulian meski tingkat antisipasinya terlalu tinggi.

"Nona, sepertinya saudara serigalamu itu sangat tidak menyukai kami ya?" Jimin berkomentar, itu adalah hal wajar mengingat betapa mengerikan nya Taehyung dalam wujud serigala saat bicara pada mereka.

"Sebenarnya dia baik, dia hanya ingin melindungiku dan tidak terbiasa dengan kehadiran manusia fana seperti kalian." jawab Lalice, lalu jarinya terangkat menunjuk. "Itu pondok kami!"

Rose dan Jimin berhenti sesaat dengan masih membopong pangeran mereka, Gong Yoo dan Taehyung dalam wujud manusia telah menunggu di luar pondok." Siapa mereka, Lice?" tanya Gong Yoo.

"Mereka manusia fana, salah satunya kutemukan terluka saat di hutan. Warlock yang melakukannya."

"Kalian pergi sejauh ini?" Gong Yoo menggumamkan hal yang sama dengan Lalice tadi sambil memperhatikan para manusia itu. "Bawa mereka masuk!" titah Gong Yoo kemudian.

Mereka berdua segera membopong sang Pangeran masuk, Gong Yoo dan Lalice mengikutinya, tapi tidak dengan Taehyung. Taehyung masih terdiam di tempatnya berdiri, memperhatikan mereka dari jarak yang aman menurut insting serigalanya.

"Taehyung?"

Jelmaan serigala itu mendecih. "Aku akan pergi berburu. Aku tak tahan dengan bau busuk mereka!" kemudian ia kembali menjadi serigala dan masuk ke dalam hutan.

Lalice menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian menyusul yang lain memasuki pondok. Di dalam, Jimin terkapar di lantai karena terlalu lelah membopong sang Pangeran sejak tadi, sedangkan Rose masih setia di sebelah membopongnya. "Di mana pangeran bisa beristirahat?"

"Bawa dia ke kamarku." Lalice membimbing jalan sementara Rose mengikutinya. Mereka berdua merebahkan sang Pangeran di atas kasur kecil milik si jubah putih.

"Apa dia akan baik-baik saja?"

Lalice mengangguk. "Aku telah mengeluarkan racunnya."

Rose terlihat menghela nafas sebelum meninggalkan kamar, Lalice menoleh sesaat pada pria yang mereka sebut Pangeran itu. Wajah tampannya terlihat damai dalam tidur, membuat Lalice penasaran akan siapa sebenarnya pria ini. Lalice memutuskan berhenti memandang pangeran lebih lama lagi dan segera beranjak, namun sebelah tangannya tertahan.

Dia kembali menoleh, dalam tidurnya pangeran mengigau pelan.

"Jangan tinggalkan aku." ujarnya lemah.

Lalice berkedip dua kali, sebelum melepas pelan cekalan pangeran pada pergelangan tangannya. Dia lalu membenahi selimut pada tubuh pangeran yang tersingkap dan pergi dari sana. Sepeninggal Lalice, kelopak mata itu bergerak gelisah beberapa saat, sebelum kembali tenang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Sage    Stay Away!

    The one who gives you happiness that you can not explain will always be a reason of your sadness that you can not explain_~The Sage~Permaisuri hitam bermanik madu itu bergerak gelisah di singgasana, ia tak tenang setelah bertanya pada seorang Seer tadi. 'Sesuatu yang kuat sedang mengarah padamu, berhati-hatilah jika tidak ingin hancur!' sepotong kalimat yang membuatnya bahkan menolak anggur istimewa kerajaan Jeon untuk ia sesap. Apa? Apa sesuatu yang kuat itu? Jungkook 'kah? Dia hanya seorang manusia fana, bahkan seorang Warlock rendahan pun bisa menghabisinya dengan mudah. Lalu untuk apa dia harus berhati-hati? Pada siapa? Apa yang sedang mengarah padanya? Tak lama maniknya menangkap sang Putra berjalan penuh amarah ke arah singgasana, lalu dengan lancang duduk di tempat yang seharusnya hanya untuk sang Raja. "Aku akan pergi mencari Jungkook! Aku harus memastikan dia mati di kedua tanganku sendiri!" ujar si half-immortal penuh ambisi.Hwasa mendesah malas, belum selesai memecahka

  • The Sage    Who Are You?

    _Over river, under sand, mother earth gives a helping hand. Mountains crumble, storms arise. Yet she can't suffer from the truth of time_ ~The Sage~ TRANG TRANG Kedua pedang itu beradu, Pangeran mahkota mendecih mendapati adik tiri yang ia benci membentuk seringai di wajahnya. Sial, dia lengah hingga mahkluk half-immortal itu bisa masuk ke dalam kamar pribadinya. Begitulah Pangeran Jungkook menyebut Yoongi, half-immortal. Pada dasarnya kalangan penyihir murni memiliki hidup yang abadi, sebagai contoh adalah ibu tirinya yang kini menjabat sebagai permaisuri kastil Jeon. Dia seorang Warlock, Warlock adalah sebutan untuk penyihir yang menguasai ilmu perang, petarung dan ilmu hitam. Dia abadi, hanya mahkluk yang lebih tinggi derajatnya yang mampu menghabisi jelmaan iblis itu. Dia datang dan Menjanjikan sebuah ke abadian pada sang ayahanda Raja Min Ho, Hwasa si Warlock mampu menggeser Permaisuri sejati Hee Kyu, yang merupakan ibu dari Pangeran Jungkook. Dengan guna-guna ia menyeran

  • The Sage    Meet You in Riverdel

    17 tahun kemudian.... . . ~The Sage~ Geramannya rendah hampir tak terdengar, bola mata sebiru lautan mengintai sosok tua yang sedang menumbuk sesuatu di dalam cawan. Ke empat kakinya melangkah penuh pertimbangan dan hati-hati, seolah jika berderik sedikit saja sang mangsa akan mengetahui. Bulu tebal seputih salju itu bergoyang terhembus angin kencang yang baru saja melewatinya, gigi-gigi runcingnya tampak tajam. Sedikit lagi serigala itu akan mencapai si Alchemist yang masih asik sendiri, bersiap menerkam dan- "Taehyung." Si serigala putih meringkik tak terima, sosok tadi berbalik dan mendengkus remeh. "Jangan bertingkah jahil dengan niat mengagetkanku seperti itu!" Gong Yoo melangkah ke teras rumah membawa cawan berisi ramuan. "Aku sudah terlalu tua untuk bermain menjadi buruanmu." Lalu dia terbatuk. Serigala putih yang memiliki tinggi hampir 2 meter itu bertransformasi menjadi sosok rupawan, lelaki berambut perak dengan mata birunya yang mempesona, jubah berbulu putih berteng

  • The Sage    EDERLAND

    ~The Sage~Dunia begitu besar dengan berbagai makhluk yang menempati, semua hidup damai tanpa adanya tirani. Manusia, penyihir, elf, peri, memiliki garis batas membentang untuk kekuasaan mereka sendiri. Tidak ada yang paling kuat, dan tidak ada yang paling lemah. Mereka unggul dikemampuan masing-masing.Para petinggi suatu kaum selalu berdiskusi, bagaimana cara untuk membuat dunia ini terus damai tanpa lahirnya arogansi. Namun satu di antaranya memiliki keinginan tersendiri, berdiri lebih kuat di antara makhluk lain dan siap untuk menjajahi.Manusia fana.Raja kaum manusia, si bangsawan Jeon berontak ingin menjadi Kaisar dunia. Di mana penyihir, elf, peri, tunduk di bawah kakinya. Menolak berarti perang, para manusia fana siap berperang melawan kaum Ederland.Ederland, sebuah dunia yang memiliki kesahajaan dan keseimbangan dalam pembentukannya. Terbatasi oleh sebuah sungai dalam bernama Govil tempat diamnya monster raksasa untuk memperjelas wilayah para mahkluk magis dan manusia fana,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status