Share

Bab 5. Pertemuan: Salah Paham.

Deon memperhatikan wajah wanita yang beberapa waktu lalu menabraknya itu. Dia masih tidak menyangka akan mengira wanita itu sebagai sosok yang ada di bayangan masa lalunya.

“Lupakan yang barusan terjadi,” ucap Deon setelah mempersiapkan dirinya beberapa menit untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan itu.

Wanita yang duduk dengan anggun di sofa yang tak jauh dari meja kerja Deon tersenyum miring mendengar Deon berkata seperti itu.

“Anda pikir saya akan melakukan apa? Saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan mempersulit pekerjaan saya,” jawab wanita itu dengan tegasnya.

“Baiklah kalau kamu berkata seperti itu,” jawab Deon dengan santainya sambil berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati wanita itu.

 “Tapi ngomong-ngomong.” Deon meletakan salah satu tangannya di punggung sofa yang berada di belakang pundak wanita itu. “Apa kamu benar-benar bukan dia? Aku melihat ada begitu banyak kemiripan diantara kalian,” sambung Deon sambil menatap mata wanita itu dengan tajam.

Wanita itu kembali menyunggingkan senyuman khasnya lalu menjawab,

“Apa dia wanita yang begitu berharga sampai seorang Ceo CA Entertainment menatap saya seperti sedang kerasukan? Berapa kali saya harus mengatakannya? Saya bukanlah wanita yang Anda maksudkan itu.”

Deon masih terdiam dan menatap wanita yang duduk di depannya itu dengan dalam. Deon berusaha mencari setitik keraguan dari apa yang diucapkan wanita itu tapi sayangnya Deon tidak menemukan apa yang dia inginkan. Wanita itu menyampaikan jawabannya tanpa ada keraguan sedikit pun.

“Baiklah. Sepertinya kali ini saya benar-benar sudah lancang, maafkan saya,” ucap Deon yang merubah cara bicaranya dengan menggunakan bahasa yang formal lalu beranjak dari posisi yang membuat jantungnya berdegub lumayan kencang itu.

Greb! Wanita itu menarik tangan Deon yang sudah mengeluarkan dirinya dari posisi yang terpaksa Deon tempati hanya untuk memastikan apa yang ada di dalam kepalanya.

Deon menoleh ke belakang dan melihat wanita itu menatapnya dengan dalam dengan senyuman yang licik.

“Sepertinya Anda tertarik pada saya. Bukankah begitu Pak Deon?” tanya wanita itu dengan beraninya.

Deon mendesah dengan cukup kencang lalu menarik garis tawa yang tak biasa di wajahnya.

“Benarkah?” sahut Deon menaikkan salah satu alisnya.

“Apa menurut Anda, saya akan tergoda dengan wanita yang berkecimuk di dunia yang tidak sehat seperti Anda? Saya lebih tahu dari pada siapa pun akan kehidupan macam apa yang Anda jalani untuk sampai di posisi Anda sekarang. Anda tidak lebih dari sekedar wanita penghibur di mata saya,” sambung Deon dengan jurus menjawabnya yang kasar.

Wanita itu melepaskan tangan Deon dengan senyuman di wajahnya lalu berdiri dan menjawab,

“Meski pun Anda tahu segala seluk beluk dunia yang saya tempati ini tapi bukan berarti Anda berhak untuk menghakimi kehidupan saya dan menilai saya semau Anda. Saya permisi dulu.”

Setelah berkata seperti itu wanita yang belum memperkenalkan dirinya itu pergi meninggalkan ruangan Deon.

Deon hanya berdiri di tempatnya mengucapkan kalimat yang sudah terbiasa dia ucapkan itu, tapi meski sudah terbiasa mengucapkan kalimat kasar seperti yang dia katakan pada wanita itu, entah mengapa dada Deon terasa sesak seperti sedang menyesali apa yang dia katakan.

Deon memegangi dadanya yang terasa sesak itu sambil berusaha mengatur napasnya untuk memulihkan perasaannya yang tiba-tiba kacau itu.

“Pak?” Calisa memanggil Deon yang tidak biasa berdiri di ruangan kerjanya seorang diri itu.

Deon membalikkan badannya setelah mengatur ekspresi wajahnya seperti biasa lalu mengulurkan tangannya meminta dokumen yang dia minta sebelumnya.

Calisa memberikan dokumen yang diminta Deon dengan segudang pertanyaan di kepalanya.

“Apa ini dokumen yang harus aku tangani secepatnya?” tanya Deon sambil berjalan menuju kursi kerjanya diikuti oleh Calisa di belakangnya.

“Iya Pak dan salah satu dokumen yang harus Bapak tangani berkaitan dengan kontrak baru dengan agensi ternama yaitu SA atau Shine Agensi. Sebelumnya perusahaan kita pernah bekerja sama dengan SA dan sekarang mereka ingin memperpanjang kontrak kerja sama dengan perusahaan kita,” jawab Calisa dengan menjelaskan dengan singkat salah satu dokumen penting yang harus segera Deon urus.

Deon hanya menganggukkan kepalanya dan mulai membaca dengan seksama setiap lembar dokumen yang sudah ada di meja kerjanya.

“Ini data-data yang harus Bapak lihat juga, mereka adalah aktris, aktor dan para model yang tahun ini akan debut di SA. Beberapa dari mereka adalah traini lama dari SA yang sudah debut sebagai model atau aktris dan aktor saja dan mereka sedang berusaha untuk menyeberang ke dunia yang berbeda, salah satunya model ternama Alexa. Di tahun ini, dia sedang berusaha mendapatkan kontrak dengan Sutradara Leon untuk sebuah drama,” sambung Calisa menjelaskan hal-hal yang perlu Deon ingat dan tangani dengan segera.

Deon melihat data yang diberikan Calisa padanya dan menemukan sosok yang tidak asing lagi untuknya.

“Jadi, namanya Vania Nadia Alexandra. Hm, nama yang menarik,” gumam Deon sambil tersenyum miring membaca biodata wanita yang dia temui sebelum Calisa datang.

“Bapak mengatakan sesuatu?” tanya Calisa yang mendengar gumaman Deon meski tidak begitu jelas.

“Bukan apa-apa. Saya akan selesaikan ini secepatnya jadi kamu bisa kembali ke ruanganmu,” jawab Deon sambil mulai mengerjakan dokumen itu satu persatu.

“Baiklah. Kalau begitu saya keluar dulu Pak,” ucap Calisa lalu pergi dari ruangan Deon.

***

Calisa berjalan menuju ruang kerjanya. Dia sudah melewati seperempat harinya dengan bekerja seperti biasa namun entah mengapa hari itu dia merasa kesal dengan senyuman Deon saat memeriksa data-data aktris dan model yang akan bekerja sama dengan perusahaan CA Entertaintemnt itu.

“Aku belum pernah melihat Pak Deon tersenyum dengan begitu ringan. Apa artinya ini?” gumam Calisa yang memikirkan senyuman Deon yang langka itu.

“Aku sudah bekerja untuk Pak Deon selama lima tahun dan selama itu juga aku tidak pernah melihat Pak Deon tersenyum seperti itu apa lagi hanya karena seorang Aktris atau model. Kira-kira data siapa yang Pak Deon lihat sambil menyunggingkan senyuman tadi?”

Calisa meletakkan kepalanya di atas meja sambil mendesah dengan kerasnya.

“Hah! Sadarlah Calisa! Kamu itu bukan siapa-siapa. Kenapa kamu harus merasa kesal?” ucap Calisa dengan sedih.

“Kamu kurang sehat?” tiba-tiba suara yang tak asing lagi di telinga Calisa terdengar menggema di ruang kerjanya.

Calisa pun mengangkat kepalanya dari atas meja dan melihat Deon sedang berdiri di depan mejanya. Sontak Calisa langsung membenarkan rambutnya yang berantakan kemudian berdiri dari kursinya.

“Sa-saya sehat Pak,” jawab Calisa dengan sedikit gelagapan.

Jantung Calisa berdebar dengan tidak normal saat melihat Deon sudah berdiri di depan mejanya tanpa dia sadari.

“Ooh ini,” sahut Deon singkat sambil memberikan sebuah kotak besar berwarna hitam.

“Apa ini Pak?” tanya Calisa yang bingung dengan maksud kotak besar yang diberikan Deon.

“Kamu lupa? Nanti malam ada jadwal khusus, jangan sampai mempermalukan aku. Aku pergi dulu,” jawab Deon tanpa menejelaskan dengan jelas apa maksudnya.

Calisa masih terdiam melihat sikap unexpacted Deon yang sering kali membuat Calisa mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin. Lalu setelah beberapa saat terdiam dan mencoba menempatkan dirinya supaya tidak terlalu berharap, Calisa pun membuka kotak besar yang hampir memenuhi meja kerjanya itu.

Sebuah Long Dress berwarna hitam lengkap dengan aksesoris yang lain memenuhi kotak besar yang Deon berikan pada Calisa. Calisa mengeluarkan satu persatu barang-barang yang berada di dalam kotak besar itu.

“Sikap Pak Deon terkadang memang mengejutkan. Kenapa Pak Deon sampai datang ke ruanganku hanya untuk memberikan pakaian dan semua ini? padahal dia bisa memintaku untuk membelinya sendiri. Hah! Kalau begini bagaimana bisa aku berhenti berharap?” ucap Calisa sambil mengeluarkan long dress itu dari kotaknya.

Dred! Dred! Hanphone Calisa berdering dan membuyarkan semua lamunannya.

‘Pakai Long Dress itu dan persiapkan dirimu layaknya wanita yang akan menemani kekasihnya di acara penghargaan. Kamu pulanglah lebih awal dan persiapkan dirimu. Jangan sampai membuatku kecewa, aku menunggu hasil persiapanmu.’

Deg! Deg! Jantung Calisa berdegub dengan kencang saat membaca pesan yang dikirim oleh Deon itu.

“Pak Deon, Anda memang sangat pintar membuat orang bingung,” gumam Calisa sambil meletakan Handphonenya lalu kembali memeriksa long dress yang Deon siapkan khusus untuknya.

“Long dress macam apa ini?” tanya Calisa yang terkejut dengan model long dress yang Deon pilihkan untuknya.

Dred! Dred! Handphone Calisa kembali berdering.

‘Aku akan memecatmu kalau kamu tidak memakai apa yang sudah aku berikan meski hanya satu helai benang.’

Pesan singkat dari Deon itu membuat tangan Calisa gemetaran.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Note:

Terima kasih banyak untuk para Reader yang masih stay di The Secret of Ceo. Author merasa sangat senang karena Reader sekalian tetap stay di sini. Ke depannya, Author akan berusaha menyajikan cerita yang lebih menarik dan menegangkan. Untuk mendapatkan info lebih dalam mengenai TSOC silahkan kunjungi I* Author ‘Ainunchochopie’.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status