Ryuu menatap Elle yang masih terdiam dengan ekspresi sulit ditebak, mengira bahwa keheningan gadis itu adalah sebuah tanda persetujuan.
Jadi tanpa ragu, pria itu pun mengulurkan tangannya, bermaksud untuk menyentuh dagu Elle agar gadis itu bisa menatapnya langsung. Seketika Elle pun tersentak dari lamunannya. Dengan cepat dia pun segera melepaskan tangannya dari cengkeraman Ryuu, lalu bergerak mundur selangkah. Ya Tuhan. Ternyata ia tidak salah mendengar! Ryuu adalah pria yang sangat tampan, Elle harus akui hal itu. Wajahnya yang Asia dengan aura berwibawa serta tubuhnya yang tinggi penuh otot adalah perpaduan yang sempurna, dan Elle pun yakin jika tak kan ada wanita normal yang tidak akan terpikat oleh visualnya. Dan karena itulah semula ia mengira dirinya saja yang terlalu terbawa perasaan karena kedekatan tubuh mereka, dan Elle pun mengira bahwa ia mulai mengkhayal yang tidak-tidak. Dan sekarang jantungnya tak bisa berhenti berdebar, seolah ingin meloncat keluar dari rongga dadanya. Elle sungguh tak menyangka jika pria itu begitu gamblangnya menyatakan ingin menciumnya! Aargh, mereka bahkan baru bertemu kemarin untuk pertama kalinya! Tapi meskipun Ryuu Takahashi telah menjadi tamu penginapan pertama setelah sekian lama Lakeview Inn tak pernah lagi menerima tamu, itu bukan berarti dia bisa seenaknya saja berbuat yang tak senonoh kepadanya! Seharusnya Elle membela harga dirinya. Seharusnya ia melemparkan saja black card itu ke wajah Ryuu, dan berkata enyahlah dari hadapannya. Namun aura dominan penuh intimidasi yang menguar dari bola mata pekat serta dari setiap senti tubuh Ryuu, membuat Elle merasa seperti sebuah mangsa tak berdaya di hadapan predatornya. Elle kembali mundur, dan napasnya pun tercekat saat melihat Ryuu yang malah ikut maju selangkah. Elle mundur lagi, dan Ryuu pun kembali maju. Jarak di antara mereka terus menyempit, membuat Elle semakin gugup. Hingga akhirnya, dia membalikkan tubuh dan berlari menuju penginapan. Kali ini Ryuu hanya berdiri diam di tempatnya, menyaksikan setiap gerakan Elle yang terburu-buru, bahkan gadis itu hampir terpeleset saat menaiki tangga teras. Sontak, sebuah senyum geli pun muncul di wajahnya. “Dia sangat polos dan menggemaskan…” gumannya pelan, seperti sebuah bisikan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Dia bisa saja mengejar Elle sekarang, tapi tidak. Ryuu memutuskan untuk membiarkannya. "Kamu bisa melarikan diri sekarang, Elle Harper," gumannya lagi, seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan sedikit memiringkan kepalanya, melihat Elle yang telah menghilang dari balik pintu masuk yang dibanting menutup. "Tapi... tidak untuk lain kali." *** DEG DEG. Dengan napas yang masih putus-putus, Elle merapatkan punggungnya ke pintu yang baru saja ia banting tertutup. Bayangan mata pekat Ryuu yang menatapnya intens, senyum misterius yang tersungging di bibir pria itu, serta suara beratnya yang dengan gamblang menyatakan niatnya untuk menciumnya, terus terngiang di kepala Elle. Apa-apaan pria itu?! Elle mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Di satu sisi, ia ingin mengusir pria itu jauh-jauh. Tapi di sisi lain, ia sadar bahwa Ryuu adalah tamu pertama yang datang ke Lakeview Inn, setelah bertahun-tahun penginapannya ini sepi dari pengunjung. Jika bukan karena situasi finansial yang sulit, Elle pasti sudah menyuruh pria itu pergi sejak tadi. Namun ia butuh uang untuk membangun kembali penginapannya yang mulai rapuh. Dan sekarang, tamu pertamanya justru seorang pria yang… mesum dan kurang ajar! Elle mendesah panjang. Ia harus bersikap lebih tegas lain kali, jika Ryuu kembali menggodanya seperti tadi. Tidak boleh ada lagi kejadian memalukan seperti ini. Tidak boleh! Berusaha mengalihkan pikirannya, Elle memutuskan untuk membuat teh hangat dan mengeluarkan beberapa biskuit manis untuk Akio dan Ayaka. Kedua anak kembar itu pasti lelah dan lapar setelah berlarian di sekitar danau di belakang penginapan. Setidaknya, mengurus mereka bisa membuatnya melupakan kejadian barusan. Setelah menyiapkan nampan berisi teh dan biskuit, Elle membawanya ke luar. Ia terus berjalan ke belakang penginapan, untuk meletakkan nampan ini di atas salah meja kayu di dekat danau. Udara sore yang sejuk membuat suasana terasa lebih nyaman. Elle baru saja hendak meletakkan nampan di atas meja ketika tiba-tiba… “Elle! Pejamkan matamu!” seru sebuah suara anak-anak yang renyah dan ceria penuh semangat, yang ternyata adalah Ayaka. Elle tersentak kecil. Gadis kecil itu mendadak muncul di hadapannya dengan mata berbinar. “Hah? Kenapa?” “Pokoknya pejamkan mata!” Ayaka bersikeras. Elle menghela napas dan tersenyum kecil. “Baiklah, baiklah.” Ia menutup matanya, lalu telinganya mendengar suara langkah kecil Ayaka yang sepertinya menaiki bangku taman di depannya. Lalu, Elle pun merasakan sesuatu diletakkan di atas kepalanya. “Sekarang buka matamu, Elle!” Ketika Elle membuka matanya, ia melihat Ayaka yang telah berdiri di atas bangku di hadapannya dengan senyum yang lebar. Gadis kecil itu mengenakan mahkota yang terbuat dari bunga-bunga liar berwarna-warni yang indah di atas kepala bersurai panjangnya. “Tadaaa! Sekarang kita sama!” seru Ayaka sambil menunjuk ke kepala Elle. Elle terkejut dan segera meraba ubun-ubunnya. Benar saja, ada sesuatu yang melingkari kepalanya. “Aku membuat mahkota bunga yang lebih besar dan lebih bagus untukmu, Elle!” Ayaka menepuk dadanya dengan bangga. “Karena hari ini adalah hari yang sangat spesial.” Elle tersenyum lembut dengan hati yang terasa hangat. Ayaka telah bersusah-payah membuatkan mahkota dari bunga khusus untuknya. Ya ampun, ini manis sekali. “Terima kasih, Ayaka. Tapi… kenapa hari ini spesial?” Dengan wajah penuh kegembiraan, Ayaka menjawab tanpa ragu, “Karena hari ini kamu akan menikah dengan Daddy!” Dan Elle pun terpaku di tempatnya, dengan jantungnya yang kembali berdebar kencang. Pipinya terasa panas, dia bahkan bisa merasakan telinganya memerah. "A-Apa?" Suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya, mencerminkan perasaan terkejutnya. Ayaka mengangguk penuh keyakinan, kedua matanya yang besar berkilat penuh semangat. "Hari ini spesial, karena Daddy bilang dia akan segera membuat Elle jadi istrinya!" Sekarang Elle hampir saja tersedak udara. Dia lalu menoleh ke samping, dimana ada Akio yang baru saja tiba entah dari mana. Melihat tatapan penuh tanya dari Elle, anak lelaki itu pun hanya mengangkat bahu kecilnya, seolah berkata, 'Aku juga baru tahu tentang hal ini.' "A-Ayaka, sepertinya... kamu sudah salah paham, Sayang..." Elle berusaha mengendalikan napasnya yang gugup dan tidak beraturan. "Aku tidak akan menikah dengan Daddy-mu. Kami bahkan baru kenal semalam." "Tapi Daddy bilang kalau dia menyukai Elle," balas Ayaka dengan matanya yang polos. "Dan Daddy juga tidak pernah membiarkan wanita lain menyentuhnya, tapi kemarin saat makan malam, Daddy telah memelukmu, Elle! Juga tadi, Daddy memegang pinggangmu. Itu artinya Daddy telah memilih Elle!" Elle rasanya benar-benar ingin pingsan di tempat detik ini juga. Tunggu... Semalam itu kan sebenarnya dirinya yang hampir jatuh karena terpeleset, lalu Ryuu hanya bermaksud untuk menolongnya. Bukan dengan sengaja memeluknya! Tapi kalau pagi ini... Elle pun meringis dan mengutuk Ryuu dalam hati. Ayaka pasti melihat kejadian tadi, lalu otak mungilnya itu pun menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri! "Itu tidak seperti yang kamu pikirkan, Ayaka... Aku hanya~" "Aku akan memberi tahu Daddy kalau Elle masih tidak percaya!" Ayaka memotong dengan bibir cemberut namun wajah penuh tekad. Gadis kecil itu dengan cepat melompat turun dari bangku dan berlari ke arah penginapan. "Ayaka! Jangan!" Elle refleks berteriak, tapi anak itu sudah berlari terlalu jauh, meninggalkan angin yang menerbangkan helai-helai rambut Elle. Akio yang dari tadi hanya diam dan mengawasi semuanya, kini menghela napas pelan. "Ayaka memang seperti itu. Kalau dia sudah punya ide, tidak ada yang bisa mengubah pikirannya." Elle menatap anak laki-laki itu dengan ekspresi putus asa. "Apa yang harus aku lakukan?" Akio menatapnya dengan mimik serius, lalu berkata dengan nada tenang. "Mungkin memang sudah takdirmu untuk menjadi istrinya Daddy, Elle." Elle hampir saja menjatuhkan gelas teh yang ia pegang mendengarnya. "Akio! Jangan ikut-ikutan!" Anak laki-laki itu hanya tersenyum kecil, sebelum mengambil satu biskuit dari nampan dan mulai mengunyahnya dengan santai. Seolah ia baru saja tidak mengatakan sesuatu yang bisa membuat Elle seperti terkena serangan jantung. Ada apa dengan mereka semua sih, sebenarnya?? ***Sejak hari pernikahan mereka, kehidupan Ryuu dan Elle dipenuhi oleh kebahagiaan sederhana yang sulit dijelaskan oleh kata-kata. Rumah mereka tak pernah terasa kosong karena tawa anak-anak, obrolan hangat, serta… keluhan manja Elle yang tengah mengandung. Namun belakangan ini Ryuu mulai merasa ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Bukan soal kehamilan Elle, bukan soal pekerjaan yang menumpuk, dan tentu bukan soal anak-anak. Tapi soal tatapan para pria di sekeliling mereka yang semakin hari terasa semakin lekat. Terlalu banyak lirikan. Terlalu banyak senyuman basa-basi. Dan semuanya, ditujukan kepada istrinya. Padahal Elle hanya memakai dress hamil berwarna pastel dengan pita besar di pinggang dan cardigan ringan. Wajahnya minim riasan, tapi tetap penuh bersinar. Terutama dengan pipinya yang sedikit membulat, dan aura keibuan yang entah kenapa justru membuatnya tampak luar biasa menawan. Ryuu menghela napas untuk ketujuh kalinya pagi itu, saat mereka tengah berada di se
Tok. Tok. Suara ketukan lembut itu terdengar di pintu kamar Elle. Ia yang tengah duduk di ujung ranjang, memandangi layar ponselnya yang kosong dari pesan Ryuu, segera bangkit dan membuka pintu. Di balik pintu, tampak Akio berdiri dengan ekspresi tenang, namun bola matanya yang gelap menyiratkan sesuatu yang dalam. Elle pun tersenyum, meski di dalam hatinya masih bergemuruh. "Ada apa, Akio?" tanyanya lembut, mengelus kepala anak itu seperti biasa. Akio diam sejenak, lalu menunduk. Sebelum kemudian mengangkat wajahnya perlahan dan berkata, "Daddy sudah menemukan Ayaka." Elle tertegun. "Benarkah?" Akio mengangguk. "Ayaka ada bersama Mommy kami, Haruka." Elle terdiam. Kalimat terakhir itu menusuknya seperti jarum halus yang tak terlihat. Ayaka, ternyata berada bersama ibu kandungnya... Ada sesuatu di dalam dirinya yang seakan runtuh dengan perlahan, namun ia menahan diri dan masih tersenyum. "Syukurlah kalau Ayaka sudah ditemukan," ucapnya pelan. Tangan kecil Akio
"Renjin!" Pria yang dipanggil Renjin itu pun menoleh, dan matanya segera bertemu pandang dengan sosok pria yang melangkah dengan langkah tegas ke arahnya. Seketika Renjin pun membungkukkan tubuhnya dengan penuh hormat. "Ryuu-sama," ucap Renjin. "Syukurlah Anda sudah tiba." Ryuu dan Renjin bertemu di area parkir hotel dimana Haruka berada, sosok yang diduga membawa Ayaka. "Bagaimana dengan Haruka?" tanya Ryuu langsung tanpa tedeng aling-aling. "Dia masih ada di dalam kamar," sahut Renjin. "Dan kami sudah meretas CCTV hotel ini, Ryuu-sama. Ayaka-san ada bersama Haruka-san," lapor Renjin. Helaan napas penuh kelegaan pun menguar dari Ryuu. Setidaknya, Ayaka akan terjamin keselamatannya jika dibawa oleh Haruka dibanding jika Ayaka berada di tangan penjahat yang ingin menjatuhkan perusahaan Ryuu seperti waktu itu. "Kalau begitu, aku akan segera masuk ke dalam kamarnya," putus Ryuu, yang segera dibalas oleh anggukan persetujuan dari Renjin. "Haruka-san berada di kamar J
"Ryuu, tunggu!" Langkah panjang pria bersurai legam itu sontak terhenti begitu suara yang begitu dikenalnya menerobos keheningan lorong depan. Ia berbalik cepat, dan sepasang manik gelapnya langsung menangkap sosok wanita yang tengah berlari kecil ke arahnya. Nafasnya tersengal, bahunya naik-turun, dan wajah cantiknya terlihat begitu cemas. Elle. Rambut cokelat ikal wanita itu tampak sedikit kusut, seolah ia baru saja bangkit dari tempat tidur tanpa sempat merapikan diri. Namun yang paling mencuri perhatian Ryuu adalah sepasang mata hazel-nya yang mulai berkaca-kaca, digenangi rasa sesal dan kecemasan yang mendalam. "Aku ikut," ucap Elle dengan suara bergetar. Wajahnya dipenuhi kesungguhan yang menyayat hati. Suaranya lirih namun penuh tekad. "Ini... ini salahku," lanjutnya dengan suara parau dan tangannya yang mengepal di sisi tubuhnya. "Seharusnya akulah yang menjemput Ayaka di studio balet, Ryuu. Maaf. Dan sekarang tolong biarkan aku ikut denganmu untuk menemuka
"Natsumi?" Ayaka tampak heran ketika alih-alih Elle, ternyata malah salah satu pengasuhnya yang berdiri menunggunya. Hari ini adalah jadwal Ayaka les balet yang bertempat di sebuah studio tari di pusat kota, sepulangnya dari sekolah. Wanita muda itu tersenyum kepada Ayaka. "Elle-san kelelahan setelah membuat kue coklat yang enak untukmu, Ayaka-san. Jadi aku tak berani membangunkan saat tiba waktunya untuk menjemputmu," sahut Natsumi. Wajah bingung Ayaka pun seketika sumringah. "Jadi Elle membuatkanku kue coklat?" cetusnya gembira, membayangkan makanan kesukaannya. Akhir-akhir ini pipi Ayaka semakin tampak gembil karena Elle selalu memasak yang enak-enak untuknya dan Akio. Semenjak Elle tinggal bersama mereka, Ayaka dan Akio hanya mau memakan masakannya, padahal Ryuu telah memperkerjakan koki handal di Mansion. Tapi entah kenapa anak-anaknya justru lebih cocok dengan masakan Elle yang jauh lebih sederhana tapi tak kalah lezatnya. "Hm... Natsumi?" panggil Ayaka, setelah dir
"Elle, lihat! Aku jago kan berkuda?!" Gadis cantik bersurai ikal coklat kemerahan itu tersenyum sambil mengacungkan kedua ibu jarinya, kepada seorang anak perempuan yang sedang berada di atas kuda dan melambaikan tangan dengan penuh semangat ke arahnya. "Kamu hebat, Ayaka!" sahut Elle, yang diam-diam merasa sangat lega karena Ayaka yang kini kembali ceria seperti biasanya, setelah seharian kemarin anak itu tiba-tiba saja menjadi pendiam. Saat ini Elle sedang menemani Ayaka dan Akio yang sedang les berkuda di istal peternakan kuda milik Keluarga Takahashi. Ayaka masih memamerkan ketrampilannya di atas kuda, ketika Akio dan kudanya lewat dengan gesit di sampingnya. Gaya anak lelaki itu keren sekali, dan membuat Elle takjub dengan kemahirannya mengendalikan tali kekang kuda, serta gerakannya yang sangat luwes seolah ia terlahir untuk hal ini. Elle tersenyum, membayangkan Akio yang sebenarnya sangat mirip dengan Ryuu, meskipun sama sekali bukan darah dagingnya. "Kamu lambat s