Share

Chapter 3 - Kolam Ikan

This Novel is owned by Ailana Misha

Please, don’t copy and remake!

Melbourne, Australia

Selama sisa liburan semesterannya, Dania gunakan untuk berkeliling perusahaan berskala menengah ke bawah yang sekiranya bersedia menampung dirinya sebagai anak magang, namun semua menolaknya padahal dia hanya baru bertanya apa mereka butuh anak magang.

Padahal ini dia menawari tenaga tanpa upah, apalagi jika minta gaji? Pasti enggak mau sama sekali!

Gadis bernama belakang Sanders itu sering mendapati dirinya membuat berbagai rencana untuk menghadapi ibu dosen pembimbing tersayangnya nanti saat kelas semesteran dimulai.

Jujur saja, seorang dosen bernama lengkap Rose Amanda Jolie itu berulang kali membuat dirinya berpikir untuk mendrop SKS Internship di KRS-nya, dan membayangkan Mrs. Jolie mencoret-coreti proposal magang nya dengan boardmarker membuat dia meringis sakit membayangkannya.

Dania selalu mendapat nilai dengan boardmarker hitam lebar-lebar jika Mrs. Jolie yang menilai portofolio tugas milik dirinya, sementara anak yang lain nilainya normal-normal saja dengan bolpoin yang cantik warna hitam tipis. Hei! Mrs. Jolie memang sangat berestetika.

           

Apa Mrs. Jolie masih suka bawa boardmarker kemana-mana?

Harus diakui, Dania bukan termasuk mahasiswa yang menganggap nilai adalah nomor satu, tetapi mengambil program magang di semester ini membuat dia jadi tipe baperan. Dania benar-benar gundah lahir batin dibuatnya.

Kevin menyebutnya, shock therapy. Kata Kevin, Sekali-kali Dania memang seharusnya dibuat galau. Menurut cowok menyebalkan satu itu pula, sekaranglah waktunya, membuat Dania Adelaine Sanders ingin menoyor kepala sahabatnya itu. Seingin-inginnya dia untuk bergalau ria, dia enggak mau juga dihadapkan dengan wanita bernama Rose Jolie itu. Dia akan pilih-pilih saingan yang akan menjamin ketentraman waktu tidurnya.

Sibuk mencari cara mengusir phobia nya pada Mrs. Jolie. Akhirnya di suatu hari di hari Selasa pagi, Dania mau juga untuk diajak oleh Angela ketemuan di taman kota dekat rumahnya Dania. Taman kota itu agak lengang, maklum saja anak sekolah sudah mulai masuk semua, yang tersisa adalah wajah pengangguran macam dirinya. Gadis berambut cokelat itu terlihat baru saja tiba di taman itu, dan ia melihat Angela duduk di dekat kolam ikan di sebelah barat taman. Dania mendekatinya, dan gadis itu masih belum menyadari kedatangannya.

“Dari tadi?” sapa Dania pada Angela, gadis yang ia sapa sibuk memberi makan ikan-ikan di kolam dengan rotinya.

“Iya, sampai tua tahu.” Angela agak cemberut dari raut mukanya, Dania dalam hati meringis, gadis di depannya itu pasti menunggunya lebih dari setengah jaman. Angela memang bukan tipe gadis yang suka menunggu.

“Jadi enggak ada yang harus diceritakan padaku?”

Mendengar pertanyaan Dania, Angela langsung ingat alasan mengapa dia mengajak gadis es di depannya itu keluar, untuk mendengarkan masalahnya.

“Ahh iya.”

Angela menepok jidatnya yang enggak selebar miliknya, tetapi yang selalu dipuji cantik oleh Dania. Gadis itu terdiam sebentar, seperti sedang merangkai kalimat miliknya.

“Dania kamu tahu, aku sudah seminggu ini tinggal dengan sepupu jauhku kan. Ahh kamu pasti tahu. Ternyata sepupuku itu seorang staff khusus kementerian, dia masih muda dan juga tampan.” Setelah itu Angela cekikikan lagi. Dania menghela nafas mengerti, satu hal lagi yang harus dikenali lagi dari Angela adalah kecenderungan gadis ini pada namja ganteng plus rupawan.

“Dan kamu mulai menyukainya?” tebak Dania asal-asalan.

“Memuji, itu kata yang tepat. Dia sepupuku, bagaimana sih kamu?” Gadis itu langsung mengelak.

“Dia sepupumu dan kamu tak pernah tahu dia ada hingga saat ini? Sosial sekali ya Angela Brown itu.” Sindir Dania, gadis itu pura-pura tak mendengar sindiran sahabatnya.

“Yang penting kan bisa cuci mata tiap hari, dia. Aku kerasan disana. Bisa melihat cowok tampan tiap hari serasa lihat drama saja. Bagus kan?”

Angela berbalik melihat Dania dengan dua mata bulatnya, kayak puppy yang lucu dari sisi sudut pandang gadis Sanders itu. Mengingatkan Dania pada puppy milik tetangganya, sayang anjing kecil tersebut terlalu galak dan suka menggigit.

“Dah, menikah sana! Biar sifat fan girl dramamu sembuh Angela!”

“Kamu mau jadi mak comblangku? Aku pasti nurut sekali sama pilihanmu.” goda Angela, gadis itu menyenggol-nyenggolkan bahunya pada Dania. Angela lagi-lagi cekikikan menertawakan dirinya dan ucapannya.

“Lihatlah orangnya sebelum minta pada orangnya, okay!” Dania yang kini berseru padanya. Dia sendiri saja masih jomblo sampai sekarang!

Setelah mengatakan hal itu, Dania menyenggol balik bahu Angela, hanya bedanya kini dia mulai menyibukkan diri memberi makan ikan yang berada di kolam. Remah-remah roti yang dibawa Angela itu tenggelam pelan-pelan ke dasar kolam, yang kemudian disambut oleh ikan bewarna-warni yang menjadi penghuninya. Dania mengamati mereka dengan baik. Mengamati mereka yang berenang kesana-kemari mematuk remah-remah roti.

***

Hampir dua bulan liburan semesterannya di rumah, membuatnya serasa jadi pengangguran. Dania sangat tidak menyukai menjadi orang yang tidak melakukan apa-apa. Waktu berlalu dengan sangat cepat untuknya, minggu pertama kuliah terasa bagai mimpi olehnya, bahkan Dania merasa apa tuhan mengabulkan gerutuan Kevin yang selalu berharap supaya mereka segera masuk kuliah saja. Tahu-tahu dia sudah harus mengikuti rutinitas mingguan di kuliahnya.

“Es krim kamu meleleh Dan!” Kevin mengedikkan kepalanya pada es krim milik Dania, cowok itu masih menatapnya dengan pandangan yang dapat diartikan ‘Cepat makan es krim-mu!’.

“Malas.” gumam Dania, dan kembali meletakkan kepalanya di atas meja cafetaria.

Kevin yang melihat tingkah Dania hanya membuang nafas dan menutup laptopnya, dan memasukkannya ke tas ranselnya.

“Gadis aneh. Kalau enggak mau makan, seharusnya jangan memesannya.” Kata Kevin sambil menarik es krim rasa Strawberry milik Dania untuk mendekat ke arahnya.

Cowok itu mencebikkan bibirnya saat melihat kepala Dania yang terkulai kembali. “Lain kali ya nona Sanders, pesan yang rasa chocolate.” Kevin berucap enggak jelas sambil memakan wafer strawberry sebagai topping es krim Dania.

“Itu namanya kamu yang minta dipesankan!” tegur teman mereka yang lain, Jeanne.

Jeanne datang dari belakang kursi Dania. Kevin yang mendengarnya hanya tertawa sambil terus memakan es krim milik gadis itu. Sementara Dania semakin menutup kepalanya dengan jumper biru muda miliknya. Jeanne hanya bisa menyikutinya, memastikan agar Dania tidak jatuh tertidur.

Gadis itu baru keluar dari kelas Asian Mode-nya. Enggak lucu juga melihat wajah tomboy Jeanne berada di kelas yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan design mode yang feminis, namun memang itu jurusan kuliahnya Jeanne, Design Mode atau tata busana. Tanpa diminta sebuah ungkapan ‘Don’t judge book by it’s cover’ muncul untuk situasi Jeanne.

Are you being ill, dear?” Tanya Jeanne dengan pengertian. Dania semakin menelungkupkan kepalanya.

“Dia baru saja ketemu Mrs. Jolie, masalahnya. You know what I mean, right?” Kevin menimpali Jeanne diseberang, cowok itu melihat Dania dengan pandangan prihatin dan juga ingin tertawa.

“Ckk, Just ignore her, okay!” Jeanne berbisik pelan di telinga Dania.

“Beliau pasti akan memakanku nanti Jeanne, beliau pasti akan memakanku setelah sedetik tahu aku mahasiswa bimbingannya! Arghh, bagaimana ini!?” Tiba-tiba Dania sudah duduk lurus sambil merecoki pendengaran milik Jeanne. Kalau gadis keturunan China itu tak siap sedia sejak tadi, jantungnya pasti sudah melorot dari tempatnya. Kevin juga nampak menghentikan sendokan es krimnya.

“Apa aku drop saja SKS ku, masih ada waktu kan?” Kata Dania, meminta pendapat Jeanne, tetapi dilarang oleh Jeanne.

Gadis itu memberikan tatapan tidak setuju sejak pertama kali Dania mengutarakan keinginannya di grup Line pertemanan mereka. Dania ingat, saat itu Angela dan Jeanne yang paling bersikeras agar Dania tetap ambil program internship. Sementara Kevin lebih kepada ikut semantapnya hati Dania saja. Kevin memang tidak cocok untuk dijadikan tempat curhatnya masalah perempuan.

“Dengerin ak-“

“Jean, kamu disini rupanya. Dari tadi kamu lagi dicariin, tahu!”

Jeanne yang akan bicara menjadi terhenti karena Angela yang tergopoh-gopoh datang dari arah Gedung B. Gadis itu baru berangkat dari rumah sepertinya. Angela sekarang berada tepat di samping Kevin, melihati Dania dan Jeanne yang menurutnya sedang asyik mendiskusikan sesuatu.

“Apa Angela?” Jeanne melirik sahabat satunya yang masih melihatinya.

“Dicari tuh, penghuni Gedung A.” Angela menunjuk Jeanne lantas mengalihkan telunjuknya ke arah taman kampus besar gedung B. Jeanne terdiam sebentar sambil berfikir. Nona satu itu menatap Dania pada akhirnya. Tanpa harus mengatakan siapa yang mencari Jeanne, Dania juga sudah tahu siapa yang mencari sahabatnya itu.

“Sudah, kesanalah saja,” Dania mengeluarkan suaranya yang malas. “Go.... Pergilah.” Dania sekali lagi mengusir gadis berambut pendek itu.

Are you alright?” tanya Jeanne sekali lagi.

I’m fine.” gumam Dania, dan Jeanne-pun hilang dari pandangan mereka menuju taman yang memisahkan Gedung A dengan Gedung B. Taman Gedung B, terkenal banyak ditumbuhi oleh bunga Lily putih yang cantik, awal musim semi seperti sekarang bunga-bunga itu sudah berbunga dengan cantiknya. Disanalah pikiran Dania menerawang entah kemana.

“Enggak nyangka ya, Jeanne bisa jinak juga.” ucap Angela terpesona menatap punggung Jeanne dari jauh.

“Terus kamu kapan Dan?”

Kevin mulai mengacaukan ketentraman jiwa Dania. Dari awal pertemanan mereka, pemuda itu hampir tak pernah melihat Dania dekat dengan cowok, entah dia yang tak pernah tahu, atau Dania yang memang terlalu pandai menyembunyikan kisah percintaannya.

Meskipun opsi kedua adalah hal yang paling tidak mungkin untuk terjadi. Menghayalkan seorang Dania Adelaine Sanders yang memiliki pacar, Kevin jamin jika itu pasti enggak bakal berjalan mulus kayak jalan tol. Ya iyalah, Dania aja judesnya minta ampun gitu, bisa-bisa cowok itu sakit kepala duluan mikirin tingkah jutek Dania terkait cowok.

“Enggak terus-terus.” Dania menjawab dengan ketus.

“Aishh, gadis ini. Terus aja judes nona. Para adam disana bakal takut melihatmu.” Kevin memberikan khutbah hari jum’atnya.

“Kamu enggak makhluk Adam ya?” Dania bertanya pada cowok itu seakan setelah menanyainya gender seorang Kevin akan berubah jadi wanita.

“Aku? Kevin!” Kata si Kevin itu santai.

Arghh, pingin kutimpuk dia

“Dania, kelas kita habis ini Introduction of Internship kan?” Angela tiba-tiba menanyainya, matanya mengikuti screen ponsel putih metaliknya.

“Ya, ada apa? Mrs. Johnson kan dosennya?”

Dania sudah melihat daftar dosen pengajar kelas Introduction of Internship-nya semalam sebelum siap-siap tidur. Dia cukup senang, Mrs. Johnson yang cantik itu yang akan menjadi dosen mata kuliah pengantar pembuatan proposal dan laporan magang. Itu berarti dia masih punya waktu 4 kali pertemuan, atau 4 minggu sebelum menyerahkan nasibnya ke Mrs. Rose Jolie.

“Bukan.”

“Lha terus, siapa?” Dania tentu sangat kaget, kalau bukan Mrs. Johnson, nah terus siapa penggantinya?

“Mrs. Jolie.”

Angela menjawab dengan intonasi seakan dia sedang menahan sendawa, disampingnya Kevin sudah siap-siap memasang earphone miliknya rapat-rapat, tetap menjaga suasana kondusif saat dia makan es krim warna merah muda.

“Mrs. Rose Jolie” ulang Angela sekali lagi yang kali ini menatap mata Dania langsung.

“WHATTT!!”

“Dan berita buruknya, beliau sudah ada di kelas dari setengah jam yang lalu. Jadwalnya dimajukan.”

Angela menatap Dania dengan tatapan seakan dirinya yang membuat Mrs. Rose Jolie yang menawarkan diri untuk mengajar Dania, dan dia bertanggung jawab untuk meminta maaf karena itu. Padahal gadis itu nyatanya hanya membaca jadwal saja tugasnya sedari tadi, tetapi kenapa dia jadi merasa ikut guilty?

“WHATT, WHATT, WHATT!!” Dania menutup air mukanya dengan gregetan, dia speechless mau bilang apa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status