This Novel is owned by Ailana Misha
Please, don’t copy and remake!
Menunggu Jeanne punya jam kosong di pagi hari, akhirnya hari ini datang juga. Dania pagi itu memutuskan menculik Jeanne dari kelas Business in Design milik gadis itu. Beruntungnya saat ia sampai di kelasnya, dosen yang mengajar Jeanne sedang izin tidak masuk kelas. Dari kemarin, Dania memiliki rencana untuk melihat tempat magang yang direkomendasikan oleh Angela. Jika Dania cocok, dia akan mengirimkan proposal magang yang tentu harus direviu terlebih dahulu oleh Mrs. Rose Jolie.
Mengingat ibu dosen di fakultasnya satu itu, Dania sudah ingin pusing, mual, dan ingin muntah. Aduh, aduh.... Besar sekali dampak Mrs. Jolie di hidup masa muda seorang Dania Adelaine Sanders. Jadi tidak mengherankan jika sekarang baik Angela dan Jeanne sudah ada di tempat yang sama dengan Dania, untuk menemani gadis itu menginspeksi calon tempat magangnya.
Angela dan Jeanne sebenarnya sudah hafal watak Dania satu ini, gadis bernama belakang Sanders itu mana mau kecemplung sendiri jika dia tahu risikonya sudah segedhe gajah, dimarahi mrs. Jolie, apalagi?
“No, I am not at class. I have no class this morning.”
“Yes, I am with Dania now.”
“Don’t worry. I have had lunch this morning, have you had lunch too?
Dania yang awalnya sibuk dengan google mapnya menolehkan kepalanya saat namanya disebut. Jeanne Wu sedang menjawab pertanyaan seseorang di seberang sambungan telefon. Sepertinya tanpa bertanya siapa yang menelfon Jeanne, Dania tahu Jeanne ditelefon oleh siapa?
Tak lama kemudian, Jeanne lalu mengucapkan ucapan selamat tinggal untuk mengakhiri sambungan telfonnya. Jeanne terkejut saat kedua teman dekatnya sudah menguping dan mendengarkan pembicaraan dirinya tadi.
“Who is that, Jeanne?” tanya Angela dari balik kemudi mobil.
Gadis itu sedang menyetir mobil sedannya. Dari ketiga teman dekat Dania, Angela-lah yang paling kaya dan sangat berkecukupan keluarganya. Gadis yang suka dengan hal-hal berbau drama itu bahkan sudah punya mobil sejak dia masih Senior High School, mobil sebagai kado ulang tahun ke tujuh belas dari orang tua gadis itu.
Dania ingat saat Angela bisa menyetir untuk pertama kali dulu, Kevin dan dirinya langsung menagih Angela untuk diantar keliling kota Melbourne dengan mobil barunya. Mengingat itu, ya ampun, mereka kenapa kolot sekali, kayak orang primitif keluar dari gua! Dan salah satu orang itu malah dirinya, Dania!
Dania menghembuskan nafas saat membandingkan dirinya. Boro-boro mobil sebagai kado ulang tahunnya, motor saja baru dibelikan oleh orang tuanya tahun lalu. Saat ia baru di semester empat, Dania pernah mogok untuk tidak berangkat ke kampus. Alasannya adalah karena ia selalu terlambat berangkat jika naik bis kota jurusan utara Melbourne. Padahal yang ada, dia mogok ke kampus gara-gara Mrs. Jolie yang cantik jelita, ramah orangnya, dan rajin menolong, tetapi sayang itu bohong!
“Nathan. Dia mengira aku lagi di kampus sekarang,” ucap Jeanne sambil cengengesan. Nathan adalah pacar Jeanne, mereka berkencan sejak semester lalu.
“Wow manis dan perhatian sekali!” seru Angela.
Gadis itu baru saja menghentikan laju mobil sedannya saat lampu lalu lintas bewarna merah. Angela berbalik dan menatap kedua temannya yang duduk di tempat duduk di belakang. Kalau Dania melihat dari belakang seperti ini, malah Angela yang seperti sedang mengantarkan majikannya, sementara Gadis Brown itu jadi supirnya.
“Apa Nathan enggak marah kamu ngehabisin waktu sama kita, Jean?” tanya Angela to-do-point, di akhir dia melirik Dania lalu tertawa lebar.
“Nyindir aku nih? Ya enggak apa-apa kan Jean, besok kalau kamu mau pergi kemanapun, aku temenin deh.” Dania sudah langsung memeluk lengan Jean, dia merajuk di luar kendali, ada maunya soalnya.
“Ya pasti Jeanne minta antar Nathan lah. Kenapa jadi minta antar kamu, Dan?”
“It’s called as social human, dear Angela!”
“Ada maunya sih!” sahut Angela yang sudah berburuk sangka dengan sengaja.
“Mari jadi makhluk sosial yang saling tolong menolong.”
Dania langsung tertawa alike Troll sewaktu Angela yang berotak liquid itu cemberut dengan jawabannya. Dania pasti mengira ia sudah menskakmat si empu GPA dari barisan atas itu, padahal Angela merasa jawaban Dania tadi tidak ada korelasinya sama sekali dengan pertanyaan yang ia lontarkan barusan.
“Nathan sih enggak pernah keberatan, asal aku masih bisa fokus kuliah dan bertemu dengannya.” Jeanne meneruskan bercerita terkait pacarnya itu.
“Aduhh, manis sekali, Nathan. Aku jadi pingin punya pacar, biar ada yang merhatiin.” Angela berseru kocak. Melihat Jeanne, rasanya jiwa jomblo Angela yang sudah sejak dari jaman SMA ini sudah ingin berteriak.
Dania langsung tertawa mendengar celotehan Angela, ini anak kenapa mendadak mengoceh masalah cowok, pacar, dan minta perhatian segala!? Kepalanya yang pinter itu enggak habis ketimpuk DVD drama hingga benjut kan?
Dia yang tidak terlalu pinter itu merasa baik-baik saja jika dia tidak punya pacar, Dania tidak ingin punya pacar untuk saat ini. Yang lebih menyita perhatian Dania malah program magang kampusnya dengan dosen pembimbingnya justru adalah Mrs. Rose Jolie sendiri.
Apakah ia bisa melewati semester ini dengan nilai yang tidak hancur lebur? Dania bisa-bisa kurus kering duluan memikirkan ini.
“Drama mana lagi yang kamu tonton sih, Angela? Jadi linglung gini kan?” tanya Dania sambil lalu.
“Linglung apanya sih, Dan? Kamu sih kebanyakan ngelihatin boyband, jadi lupa kan kalau masih jomblo juga!”
“Bukan masih jomblo, memang dari orok Dania memilih Jomblo, Angela!”
“Apapun jokesnya, yang salah adalah Dania. Hahaha.”
Ini si Jeanne bukan melerai malah semakin memanas-manasi. Dania tidak terima ya, jika oppa-oppa boybandnya disalah-salahin begini. Bibir gadis berwajah imut itu mencabik kesal. Kedua cewek berbeda jurusan dan fakultas itupun tertawa, Jeanne malah mencubit pipi Dania yang menggembung lucu. Beruntungnya lampu lalu lintas di depan mereka sudah bewarna hijau hingga Angela harus melajukan mobilnya.
Di persimpangan jalan di depan Flinders Street Station, tempat yang menjadi jantung kota Melbourne ini terasa lengang, tidak seramai yang Dania bayangkan bila melewati area ini. Mungkin karena mereka lewat kesana saat jam berangkat kantor telah lewat. Jam berangkat dan pulang kantor adalah jam-jam sibuk para penduduk di negara bagian Victoria, Autralia.
Angela memberhentikan mobilnya di tepi jalan raya. Gadis itu mengatakan jika mereka sudah sampai di kantor tempat Dania bisa melamar magang. Itu adalah wilayah perumahan warga negara asing yang eksklusif. Banyak sekali rumah besar dengan pagar yang tinggi disana. Hanya saja sejak kemarin, si Angela belum mau memberi tahu Dania, dia dapat tempat rekomendasi magang dimana?
“Kita sampai nih,” seru Angela kencang.
Gadis itu sudah keluar dari mobilnya sambil membentangkan tangannya. Angela kentara sekali jika dirinya tengah begitu bangga atas kerja kerasnya. Jeanne menyusul di belakangnya, gadis itu keluar sambil membenarkan lipatan bawah blouse putihnya. Sementara Dania bagaimana? Gadis itu sudah hampir menjatuhkan rahangnya ke tanah melihat bangunan di depannya.
“Ange- Angela...” Dania tergagap seperti ikan mas.
“What’s up, Dan?” seru Angela tak mengerti.
“This is... This is-“ Pusing, pusing tujuh keliling sudah kepala Dania. Gadis itu merasa bumi seperti sedang gonjang-ganjing.
“Yes?”
“INI ‘KAN KEDUTAAN BESAR NEGARA ORANG ANGELAAAAA” teriak Dania sudah semirip toa di stasiun kereta api.
Jeanne yang tepat di depan Dania langsung menutup telinganya yang berdenging. Anak dari jurusan Design Mode itu langsung berbalik dan menaruh punggung tangannya ke kening Dania. Gadis itu terheran-heran dengan perubahan raut muka Dania. Ini anak habis kesambet apa sampai berteriak sekencang itu?
“Duh pinternya, Danianya kita!” Angela langsung berteriak, “Welcome to Oppa-oppa embassy!! Nanti kalau Cha Eun Woo datang, kabari aku, okay!”
“Jeanne! Please, jauhkan drama dari kehidupan ini anak!”
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Lois, perempuan berambut pirang itu menatap tajam sebuah LCD besar di ruangan meeting divisinya, Human Resources Department yang sedang ia naungi. Perempuan yang memakai blazer warna biru tua itu mendekapkan lengannya. Ia bersama tiga staffnya sedang mengawasi tayangan rekaman kamera yang berada di lobby perusahaan.Di rekaman tersebut terlihat beberapa orang, meskipun sekarang waktu sudah menunjukkan office hours, jam untuk kerja di kantor Lois, orang-orang itu masih saja duduk di sofa yang berada di lobby, seperti sedang menunggu sesuatu.“Aiden, apa yang ada di dalam kepalamu sekarang?” gumam Lois masih dengan suara yang rendah.“Are you speaking to me?”Lois terkejut saat rekannya menanyakan apakah ia sedang berbicara d
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Tahukah kalian terkait suatu cerita dan kisah dimana tuhan mengabulkan permintaan umatnya yang berdoa dengan bersungguh-sungguh? Yang kalau doa pagi, siang, malam? Lebih sering dari pada jadwal minum obat dari resep dokter?Jadi ini yang terjadi sekarang kepada Dania Adelaine Sanders. Gadis berambut cokelat panjang itu tak menyangka tuhan akan mengabulkan permintaannya dengan begitu cepat. Ia berharap dirinya segera dapat tempat magang untuk mata kuliah internship programnya segera, dan tuhan dengan baiknya mengabulkannya lewat Angela.Temannya yang berotak liquid itu bahkan mencarikannya tempat magang yang sesuai dengan kriteria kadar perfeksionis milik Mr. Rose Jolie. Dania Adelaine Sanders, gadis itu selama di perjalanan ke perusahaan Shark Weygandt Corporation merapalkan semua puja dan pu
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!FlashbackAda banyak deru suara mobil yang terdengar bising, ada suara bunyi air hujan yang jatuh. Suaranya memecah jalan setapak bersemen coklat pekat, dan jatuh lagi, satu hal lagi yang menambah basah sol sepatu dari kulit itu menjadi semakin basah. Pemilik sepatu coklat kulit itu mengeratkan gagang payungnya. Payung hijau itu menjeplak terbuka sedari satu jam lalu, menangkup kubangan air hujan yang diluluh lantakkan langit malam ini. Ia basah, begitu juga tepian kain yang digunakan oleh gadis dibawah payung hijau itu.Sekarang ia sudah berada di jalan yang lebih besar. Jalanan beraspal penuh air hujan yang pertama kali ia lihat. Yang membedakan, hanya mobil–mobil di depannya terus saja melaju tanpa hent
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Matahari belum naik ke ufuk timur, seorang gadis berambut panjang kecokelatan tengah membongkar tas ranselnya dengan kecepatan sangat brutal. Bagaimana enggak bisa disebut brutal, bila hampir separuh isi tasnya sudah diambil dan dilempar oleh gadis bernama belakang Sanders itu. Mulai dari tepak pensil, note book kecil, dompet koin, hingga barang-barang kecil milik gadis itu sudah berhamburan tersebar di atas ranjang berbed cover motif polkadot kecil-kecil itu.“Ya ampun, aku taruh mana semalam?” rutuknya sendiri.“Aduhhh, kemana sih?”“Oh my god, enggak ketemu,” teriak Dania langsung mengacak gemas rambutnya yang sudah megar, dan semakin megar.Gadis itu sudah membuka menutup resleting tasnya sampai kesekian kali, setelah resl
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Angela baru sampai di rumahnya cukup petang, gadis itu baru saja selesai membantu mengerjakan proposal Dania. Ternyata untuk membantu mengerjakan proposal magang seseorang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Saat dia dan Jeanne mengira proposal Dania telah selesai, Angela baru menyadari jika Dania belum membuat daftar pustaka. Halaman yang sama pentingnya dengan halaman daftar isi.Lucunya disini, Dania lupa dari mana saja dia mengutip kutipan-kutipan kalimat yang menjadi referensinya. Alhasil dalam membuat Bibliography itu Angela kesusahan apabila harus menggunakan aplikasi Mendeley. Jika seorang mahasiswa ingin menggunakan aplikasi Mendeley maka jurnal ilmiah dan buku harus dimasukkan ke dalam aplikasi Mendeley itu terlebih dahulu. Itulah mengapa selama dua jaman, Dania
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Pernah lihat ada banyak buku-buku di sebuah coffee cafe? Bisa saja sebenarnya, karena memang ada juga cafe yang menempatkan beberapa buku sebagai tambahan desain interiornya, atau bahkan sebagai salah satu ikon jika coffee cafe itu juga menyediakan bacaan gratis bagi pengunjung cafenya. Hal itu adalah salah satu dari cara branding untuk bisnis cafe tersebut, seperti yang sering dipraktikkan di cafe yang tersebar di sekitar kawasan universitas ataupun kampus di negara bagian Victoria, Australia ini.Masalahnya lain lagi jika coffee cafe itu tak menyediakan buku bacaan di beberapa sudut ruangannya, seperti di rak-rak buku ataupun beberapa spot meja dengan kursi berbentuk bubble untuk duduk santai. Pemandangan yang mencerminkan hal itu merujuk pada satu meja yang tepat