Share

Dua

Pagi yang cerah, matahari bangkit dari sanubari yang membuat senyum terukir pagi ini. Langit indah dihiasi oleh awan dan fajar, membuat kesegaran mata dan perasaan.

   Xavier bangun sangat pagi hari ini, ia  beranjak melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan yaitu joging pagi. Setelah selesai melakukan aktivitasnya ia kembali kerumah, mandi dan mengenakan pakaian untuk bersiap-siap menuju kampus.

"Bibi, ayah dan ibu dimana?" tanya Xavier kepada Bibi Moli, pembantu dalam rumahnya yang baik dan penyayang.

"Ayah kamu pagi tadi langsung pergi ke kantor, kalau ibu kamu pagi tadi juga langsung ke butik" jawab Bibi Moli.

"Kenapa ayah pergi ke kantor pagi sekali? Dan ibu ke butik ada hal apa?" tanya Xavier lagi.

"Kata ayahmu pagi ini ada tamu dari luar kota yang akan berkunjung ke perusahaan ayah kamu. Kalau ibu kamu ada pelatihan penting untuk para pelamar kerja di butik ibu kamu," ujar Bibi Moli dan menyiapkan roti dan susu untuk sarapan pagi kesukaan Xavier. Xavier sudah biasa sarapan sendiri karena kedua orang tuanya selalu sibuk.

   Xavier melahap habis roti yang berselai kan madu dan meminum habis susu di atas meja makan. Sejak dulu ia sangat suka roti dan susu buatan Bibi Moli.

"Bi aku pergi ke kampus dulu ya" pamit Xavier.

"Iya, hati-hati" ujar Bibi Moli. Xavier mencium tangan Bibi Moli dan mengeluarkan kendaraan roda dua nya dari garasi, kemudian bersiap menjemput Fidyah ke kampus.

    Xavier merasakan angin yang begitu sejuk pagi ini. Dalam perjalanan berkendara ia melihat banyak anak-anak yang bersepeda ke sekolah, ia sangat menikmati pemandangan itu. Xavier akhirnya sampai di depan gang rumah Fidyah, ia melihat seorang cewek yang berdiri disana, itu adalah Fidyah.

"Hai.." ujar Xavier tersenyum menyapa Fidyah. "Baru bangun ya?" tanya Xavier.

"Udah dari tadi" jawab Fidyah.

"Bagus dong, biasain tuh" ujar Xavier.

"Iya iya Xavier... gak usah basa basi deh" ujar Fidyah langsung naik dan duduk di kendaraan Xavier.

"Udah Siap?" tanya Xavier lagi.

"Siap" jawab Fidyah.

   Xavier menjalankan motornya, mereka berdua berada dalam perjalanan ke kampus. Xavier melihat wajah Fidyah dari kaca spion lalu tersenyum, tanpa ia sadari Fidyah melihat balik.

"Ih kenapa kamu senyum-senyum gitu, aku tau aku cantik kok," ujar Fidyah percaya diri.

"Itu bedak kamu tebal banget!" ujar Xavier.

"Ih benaran?" Fidyah membuka resleting tas nya dan mengambil cermin, saat ia lihat bedak di wajahnya sama sekali tidak tebal. "Bohong!" ujarnya memukul punggung Xavier.

"Hahah maaf-maaf gak usah panik, kalau pun bedak kamu tebal, kamu tetap cantik kok"

"Apaan sih, aku bukan ibu-ibu, kan kamu tau aku gak suka pakai bedak"

"Itu kamu pake bedak"

"Kan dikit doang"

"Yah sama aja pake bedak namanya"

"Kan dikit! Gak tebel juga kok"

"Kamu bilang kamu gak suka pake bedak, tapi itu kamu pake juga walau dikit"

"Ih inikan dikit, gak tebal!"

"Dasar cewek, gak mau ngalah!"

"Cewek selalu benar, ingat itu!"

"Terserah" ujar Xavier.

   Dalam perjalan pun mereka berdua masih saja berdebat yang unfaedah. Tidak terasa mereka sampai di depan gerbang kampus. Xavier memarkirkan kendaraannya di tempat parkir khusus mahasiswa.

"Makasih ya" ujar Fidyah.

"Iya sama-sama, pulang nanti aku anterin lagi?" tanya Xavier.

"Mmm kayaknya kelas hari ini sampai sore, nanti aku pulang dengan Disa saja"

"Ohh gitu, kalau Disa gak bisa anterin kamu, langsung hubungi aku!" ujar Xavier.

"Iya, aku pergi kelas dulu ya, soalnya dosen pagi ini gak mau nerima mahasiswi yang lambat!"

"Tunggu dulu!"

"Ada apa?"

"Ini!" Xavier mengambil sesuatu dari dalam tas nya yaitu sebuah novel karya Boy Candra, ia memberikan novel tersebut kepada Fidyah sesuai permintaan nya kemarin.

"Waah makasih ya!" Fidyah mengambil novel tersebut dan memasukannya ke dalam tas.

"Iya.. ya udah cepetan masuk sana!"

"Makasih Vier" teriak Fidyah berlari menuju kelasnya.

"Iya ibu-ibu bawel!" teriak Xavier kembali. Fidyah hanya tertawa mendengarnya.

   Xavier berjalan menuju kelasnya yang jauh dari tempat parkir. Ia berjalan di koridor-koridor kampus melihat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang membersihkan halaman dan membaca buku di bawah pohon rindang. Walaupun ini bukan SMA/SMP tetap saja mahasiswa di Universitas ini banyak di outdoor melakukan aktivitas lain.

   Saat menaiki tangga menuju kelas ia di berhentikan oleh para senior kampus yang berjumlah 5 orang.

"Eh berhenti! Bagi duit!" ujar senior itu kasar.

"Gak ada!" ujar Xavier dengan wajah serius seperti ingin menantang senior itu.

"Apa? Lo gak sopan ya ama senior!" kata senior tersbut.

"Udah Hajar aja!" ujar seorang senior lainnya seperti memprovokasi.

"Kerjaan kalian ngepajak terus, dasar banci!" ujar Xavier yang membuat para senior itu geram.

"Apa? Lo yang banci!" ujar senior itu dan langsung menghajar wajah Xavier.

  Xavier membalas menghajar para senior itu, seketika itu para mahasiswa dan mahasiswa yang berada di luar kelas mengerumuni perkelahian itu. Seseorang menarik tangan Xavier untuk berhenti dan berlari membawa Xavier pergi jauh dari tempat itu.

"Jangan lari lo!" teriak senior itu.

"Ngapain kalian semua disini, bubar sana!"ujar senior. Semua mahasiswa yang melihat dan mengerumuni perkelahian tadi akhirnya bubar dan kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Ngapain sih lo mau aja ngeladenin mereka?" tanya seseorang yang menarik Xavier agar berhenti melawan para senior tadi.

"Za, lo tau gue kan, kalo mereka dibiarin gitu terus pasti akan kebiasaan!" ujar Xavier pada sahabatnya yaitu Reza yang telah menariknya tadi.

"Iya gue tau Vier, lo malah buat mereka dendam ama lo!" ujar Reza.

"Biarin aja, gue gak ambil pusing!"

"Mereka tuh 5 dan lo sendiri, pasti lo bakal bonyok!"

"Biarin aja, yang bonyok juga gue"

"Lo mau bikin kasus pertama?" ujar Reza yang membuat Xavierberpikir bahwa yang dikatakan Reza itu benar, selama ini ia belum pernah bahkan tidak mau membuat kasus.

"Iya... gue gak mau ladenin mereka!"

"Gitu dong, masuk kelas yuk dikit lagi dosen nya mau masuk," ujar Reza sambil melihat jam di tangannya.

    Xavier dan Reza berjalan menuju kelas mereka. Xavier masih merasakan sedikit sakit diwajahnya akibat pukulan senior tadi, 'bagaimana jika ia sampai tak sadarkan diri akibat pukulan para senior itu', pikirnya.

   Xavier dan Reza masuk kedalam kelas dan duduk di kursi mereka masing-masing. 5 menit kemudian dosen membuka mata kuliah pagi ini. Seperti biasa, pagi ini mereka melakukan diskusi, tanya jawab, presentase, dan materi.

"Ke kantin yuk!" ajak Reza.

"20 menit lagi, sabar aja dulu!" ujar Xavier melihat jam di dinding kelas.

"Lama bener, gue laper nih"

"Tahan aja dulu, gue juga laper!"

"Reza Surya Pratama dan Mohammad Xavier Andiyunus!, kalau bapak lagi menjelaskan materi kalian berdua jangan ngobrol!" ujar dosen tersebut menegur mereka berdua.

"Siap pak!" jawab mereka bersamaan.

   Setelah beberapa menit di dalam kelas akhirnya mata kuliah mereka selesai juga. Walaupun dosen tersebut menyuruh mereka untuk membuat makalah secara pribadi. Dosen tersebut keluar kelas diikuti oleh para mahasiswa.

"Akhirnya, hufft" Reza merasa lega. "Kantin yuk, sebelum penuh!" ajak Reza.

"Ya udah cepetan!" ujar Xavier.

   Akhirnya mata kuliah pagi ini telah selesai, mereka berdua berjalan ke kantin. Seluruh kantin telah penuh, semua mahasiswa di kampus ini seperti menderita kelaparan secara bersamaan.

"Za, semua kantin udah penuh, gimana nih" ujar Xavier.

"Tungguin aja lah" ujar Reza.

"Ini orang-orang makin nambah Za, dan kita harus tunggu, gak mau! gue laper nih"

"Itu.. ada meja kosong, cepetan!" Reza berlari ke meja salah satu kantin tersebut.

"Woy tungguin!" teriak Xavier.

"Akhirnya.." Reza lega dan duduk di meja makan yang kosong tersebut.

"Ini beneran gak ada yang punya?" tanya Xavier.

"Udah, duduk aja! Gue mau pesan makanan" ujar Reza dan pergi untuk memesan makanan.

"Makanannya seperti biasa ya!" teriak Xavier. Dan Reza mengacungkan jempol.

   Saat Xavier menunggu Reza memesan makanan tiba-tiba seorang wanita datang kepada Xavier.

"Mmm aku boleh duduk disini gak?" pinta wanita tersebut.

"Ohh boleh kok, duduk aja" ujar Xavier. Meja makan itu memiliki 1 meja dan 3 kursi.

"Namaku Nadia" wanita tersebut memperkenalkan dirinya kemudian duduk di salah satu kursi.

"Aku Xavier" balas Xavier. Perkenalan yang singkat tak ada percakapan lebih dia antara Xavier dan Nadia, Nadia mulai memakan makananya yang sudah ia pesan sebelum mencari tempat duduk sementara Xavier masih menunggu Reza.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status