Share

Tiga

   Xavier menunggu Reza memesan makanan sekitar sepuluh menit, Xavier merasa perutnya sangat lapar di tambah lagi ia melihat Nadia yang menikmati makanannya sungguh itu membuat perutnya sudah sangat membutuhkan makanan.

    Begitu selesai memesan makanan Reza kembali ke meja makan dengan membawa dua porsi makanan. Ia sedikit heran karena di sana ada seorang wanita sedang menikmati makanan.

"Lama bener lo!" ujar Xavier saat Reza baru datang setelah memesan makanan.

"Lo tau sendiri lah, antrian kan panjang!" ujar Reza dan duduk. "Nih makanannya!" seru Reza, ia masih terlihat heran dengan keberadaan wanita di meja makan mereka. Sementara Xavier memakan lahap makanannya.

"Ekhemm" Reza membuat Xavier dan Nadia memalingkan pandangan ke arahnya. Nadia tersenyum melihatnya. "Mmm ini tempat duduk kamu ya?" tanya Reza pada Nadia. Nadia melepas sendok dan garpu memutar pandangan dari makanan ke arah Reza.

"Ooh maaf, namaku Nadia. Tadi semua meja makan udah penuh, terus aku liat di meja makan ini masih ada tempat duduk nya, jadi aku duduk disini. Maafkan aku jika lancang" ujar Nadia lembut.

"Ohh, gak apa-apa kok santai ajalah hehhe" tawa kecil Reza. Nadia membalasnya dengan senyuman yang manis.

"Kamu ngampus disini juga?" tanya Reza lagi.

"Iya. Aku prodi teknologi," jawab Nadia.

"Apa?" ujar Xavier dan Reza bersamaan dan sedikit kaget.

"Aku jurusan teknologi. Emang kenapa?" tanya balik Nadia.

"Ooh gak apa-apa, aku heran aja" ujar Reza.

"Heran? Kenapa?"

"Ya.. aku heran wanita secantik kamu, ternyata anak teknologi" ujar Reza tersenyum.

"Bisa aja, emang wanita gak boleh milih teknologi ya" tawa Nadia.

"Emang dia orang nya gini, gak jelas!" sambung Xavier menunjuk Reza. Mereka bertiga tertawa, membuat semua orang yang berada di kantin menatap mereka heran.

   Mereka bertiga terdiam kembali saat melihat semua orang yang menderita kelaparan di kantin tersebut menatap sinis mereka 'apakah kami mengganggu?' pikir mereka, percakapan tawa mereka membuat makanan mereka ludas tak terasa.

"Za, siang ini ada mata kuliah gak?" tanya Xavier menghapus sisa makanan di bibirnya dengan tissu.

"Mmm tungguin" ujar Reza mengambil handphone nya di saku dan melihat pesan seseorang. "Siang ini dosen nya gak masuk, tapi kita di suruh buatin laporan hasil penelitian kemarin!" ujar Reza setelah membaca pesan itu.

"Ooh, itu pesan dari dosen?" tanya Xavier lagi.

"Iya nih" Reza memperlihatkan pesan dalam handphone tersebut.

"Jadi habis ini lo mau ngapain?" tanya Xavier.

"Gue mau pulang, ada urusan penting di rumah!" ujar Reza. "Gue pergi dulu ya!" Reza tersenyum pada Xavier dan Nadia, ia meninggalkan meja makan.

"Mmm Nadia kamu mau pulang juga?" tanya Xavier.

"Sebenarnya sih gitu, tapi dirumah boring gak ada kerjaan!" jawab Nadia.

"Terus? Sekarang mau ngapain?"

"Gak tau!" ujar Nadia singkat.

"Ke toko buku yuk!" ajak Xavier.

"Mmm boleh, tapi aku gak ada kendaraan!"

"Naik kendaraanku aja lah, terus kalau gak ada kendaraan ke kampus naik apa?"

"Biasa sih di antar jemput paman, tapi kalau paman ada kesibukan, ya terpaksa naik angkot"

"Ayah dan ibu kamu?"

"Sibuk kerja!" ujar Nadia membuat Xavier merasakan kehidupan nya sama seperti Nadia yang memiliki orang tua dengan kesibukan mereka sendiri. Xavier terdiam mendengarnya.

"Kenapa diam? Ke toko bukunya jadi?" tanya Nadia membuyarkan lamunan Xavier.

"Oh iya jadi kok, maaf ya heheh" tawa kecil Xavier.

  Xavier dan Nadia meninggalkan kantin, dan berjalan ke tempat parkir yang cukup jauh dari kantin. Mereka berdua baru beberapa menit berkenalan, namun percakapan di antara mereka sangat hangat.

"Kamu suka baca buku juga?" tanya Xavier.

"Aku suka baca komik" jawab Nadia.

"Komik apa?"

"Komik My Stupid Boss, Nyinyik, 4G dan masih banyak lagi"

"Novel? Kamu suka?"

"Gak!"

"Hah Kenapa?"

"Gak ada gambarnya," tawa Nadia.

"Kamu lucu juga ternyata" tawa kecil Xavier.

"Sedikit sih,"

"Kita beberapa menit berkenalan kamu udah ngajak ngakak"

"Aku gak humoris kok,"

"Santai aja, kalau sama aku terserah kamu mau jadi humoris atau sekalian gila," tawa Xavier.

Nadia hanya tertawa mendengarnya.

   Mereka berdua sampai di tempat parkiran. Xavier menyalakan motornya dan Nadia naik di motor Xavier, mereka sedang berada dalam perjalanan menuju toko buku yang jaraknya cukup jauh dari kampus.

  Dalam perjalanan tak ada percakapan di antara mereka, sehingga tak terasa mereka telah sampai di toko buku yang di tuju.

"Toko buku ini yang kamu maksud?" tanya Nadia saat mereka turun dari kendaraan dan memasuki toko buku.

"Iya. Kenapa?" tanya balik Xavier.

"Gak kenapa-kenapa kok, aku baru tau di sini ada toko buku yang sebesar ini!"

"Bukan cuma disini, aku tau semua toko buku di daerah ini"

"Kamu candu baca atau jualan buku atau gimana?"

"Kata teman-teman aku candu baca, aku juga suka nulis"

"Beneran?"

"Iya. Kenapa? Kamu mau cerita kita aku bukukan," tawa Xavier.

"Aku jadi pameran antagonis nya"

"Boleh juga tuh"

   Mereka tepat berada di dalam toko buku yang luas, penuh dengan buku-buku, rapi dan bersih. Mata mereka tak hentinya memandang buku-buku yang tersedia. Xavier mencari novel yang akan ia beli, mereka berkeliling dalam toko tersebut dan akhirnya Xavier menemukan novel yang ia maksud.

"Nah ketemu!" ujar Xavier menemukan novel yang ia maksud.

"Itu novel tentang LDR. Bukan?"

"Ya bener"

"Kamu LDR an?"

"Gak lah aku cuma penasaran tentang kisahnya"

"Ohh," tawa kecil Nadia. "Emang kisahnya sedih?" tanya Nadia.

"Kata orang-orang sih gitu"

"Entah kenapa aku gak suka baca cerita yang sad ending"

"Semua penulis gitu, mereka membuat cerita atau fiksi dengan sad ending agar para pembacanya suka"

"Ya.. tapi aku gak suka"

"Aku suka. Karena setiap kehidupan seseorang tak lepas dari namanya kesedihan. Bahkan kesedihan itu bisa membuat seseorang belajar mengihklaskan dan bisa bangkit dari keterpurukannya"

"Gitu ya" ujar Nadia.

   Xavier dan Nadia pergi ke kasir untuk membayar novel yang ia beli. Novel yang berisikan cerita tentang Long Distance Relationship atau LDR. Entag bagaimana ia memilih membeli novel yang berakhir sedih tersebut. Saat sampai dikasir Xavier membayar novel tersebut dan langsung keluar dari toko buku itu.

"Kamu mau pulang?" tanya Xavier, mereka telah berada di luar toko.

"Ini masih pukul 14.00" jawab Nadia sembari melihat jam di tangannya. "Nanti aku pulang naik angkot saja, kalau kamu mau pulang sekarang"

"Aku belum mau pulang"

"Terus? Gimana?"

"Yuk.." ajak Xavier menarik tangan Nadia.

"Kita mau kemana?"

"Udah ikut aja, ayo naik!" seru Xavier, Nadia pun naik di motor Xavier.

"Tapi kamu gak bawa aku ketempat yang macam-macam kan" ujar Nadia.

"Gak lah, aku bukan gitu orangnya" ujar Xavier tersnyum. Nadia melihatnya dari kaca spion motor.

   Xavier membawa Nadia ke suatu tempat yang akan membuat Nadia bahagia. Nadia merasa was-was, ia bersiap-siap melompat dari motor jika Xavier membawanya ke tempat yang menurutnya berbahaya bagi dirinya. Nadia merasa ia sudah sangat jauh dengan kampus banyak perempatan yang dilewati bahkan ia tidak mengingat jalan menuju kampus.

"Kita udah jauh dari kampus nih!" ujar Nadia dalam perjalanan.

"Tenang, aku tau jalan pulang kok" ujar Xavier.

   Nadia masih terlihat cemas, karena baru pertama kali ini ia di ajak oleh seseorang yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu dan membawanya ke tempat yang belum pernah ia lihat. 'Apakah Xavier akan membawaku ke tempat para lelaki?' pikir Nadia semakin cemas.

   Setelah beberapa saat dalam perjalanan, mereka telah sampai ke tempat yang di tuju. Nadia merasa heran karena Xavier mengajaknya ke tempat ramai dan ia melihat ada laut di seberang sana, 'apakah ini pantai?' pikirnya. Dan ternyata benar, ia dan Xavier sekarang berada di pantai.

"Ini pantai apa?" tanya Nadia saat ia turun dari kendaraan.

"Aku lupa nama pantai ini" jawab Xavier memarkirkan kendaraannya. "Yuk!" ajak Xavier.

    Xavier dan Nadia sampai di bibir pantai yang indah walupun matahari siang ini sangatlah terik. Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati indahnya percikan kecil ombak, pasir putih yang menghiasi, orang-orang yang berenang, dan perahu-perahu sebagai penghias lautan itu.

"Kamu sering ke pantai ini ya?" tanya Nadia, tatapan nya masih tertuju pada lautan di depannya.

"Setiap hari!"

"Sama siapa?"

"Sendiri!"

"Kamu gak punya pacar atau gebetan?"

"Gak ada!"

"Hehe maaf pertanyaanku unfaedah banget" tawa kecil Nadia.

"Santai aja lah, kamu orang pertama bersamaku ke pantai ini!"

"Hah? Benaran?"

"Iya. Kenapa kaget ya?"

"Kok aku jadi gak enak sih heheh, maaf kalau aku repotin"

"Gak apa-apa kok, tapi aku senang berbincang denganmu, pikiranku sedikit tenang"

"Mmm gitu ya," gumam Nadia sedikit bingung dengan perkataan Xavier barusan.

"Eh kamu tunggu sini dulu" ujar Xavier dan langsung pergi tak mendengarkan jawaban Nadia.

   Nadia melihat Xavier seperti membeli sesuatu di sana. Xavier kembali dengan membawa dua buah kelapa muda.

"Nih" Xavier memberikan Nadia kelapa muda.

"Buat aku?" tanya Nadia.

"Iya"

"Wah makasih, nanti aku gantiin uang kamu, soalnya sekarang uangku habis di kantin tadi" ujar Nadia.

"Gak usah di ganti, aku ikhlas kok" ujar Xavier.

  Xavier dan Nadia menikmati siang terik dengan menatap laut yang jernih, padahal mereka baru berkenalan beberapa jam yang lalu namun percakapan di antara mereka saling menghangatkan satu sama lain.

   Tak terasa mereka menikmati pantai itu hingga sore hari, bahkan langit pun mulai membakar dirinya menunjukan senja akan tiba beberapa saat lagi. Lampu-lampu perahu satu per satu menampakan cahayanya dan orang-orang yang berenang telah selesai yang nampak segar dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Xavier dan Nadia masih duduk di bawah pohon rindang itu seperti menunggu sesuatu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status