Share

Enam

   Xavier selesai mengganti pakaian dan bersiap menuju kampus kesayangannya.

"Nak Xavier udah makan?" tanya Bibi Moli, saat Xavier hendak keluar rumah.

"Belum bi" jawab Xavier.

"Ayo makan dulu di dapur" ujar Bibi Moli.

"Nanti aku makan di warung saja bi, simpankan saja makanan di dapur untuk ayah dan ibu" ujar Xavier tersenyum. "Aku pergi kampus dulu bi, Assalamualaikum.." Xavier keluar rumah.

"Waalaikumussalam.." jawab Bibi Moli.

   Xavier menuju kampus dan dalam perjalanan menjemput Fidyah.

***

"Lama bener!" ujar Fidyah saat Xavier baru saja datang.

"Biarin! Ayo naik!" perintah Xavier dan Fidyah menaiki kendaraan.

   Siang yang terik hari ini mereka akan pergi ke kampus bersamaan. Xavier melihat wajah Fidyah dari kaca spion dan ia tersenyum, tanpa sengaja Fidyah melihat balik.

"Apa liat-liat gue gak pake bedak!" ujar Fidyah.

"Hari ini gak pake, tapi kemarin pake!" ujar Xavier membalas.

"Itu kemarin, gak usah ingat masa lalu!"

"Kalau gak di ingat, gak akan jadi pelajaran untuk hari ini dan besok!"

"Itu salah!"

"Benar!"

"Salah!"

"Kalau aku bilang benar ya harus benar!"

"Tetap salah!"

"Benar! Kamu aja yang salah!"

"Kamu salah!"

"Benar!"

"Pokonya salah!"

"Dasar cewek!"

"Kamu salah!" ujar Fidyah terus menrus. "Pokoknya kamu salah. Titik!"

"Up to you Fid" ujar Xavier mengalah.

   Lagi-lagi dibawah terik matahari mereka masih saja berdebat tak jelas. Sampai pengendara yang menyalip mereka terheran melihatnya. Mereka hanya membalasnya dengan senyuman.

Xavier dan Fidyah sampai di kampus mereka. Xavier memasuki gerbang universitas tersebut dan pergi ke arah parikiran mahasiswa.

"Makasih" ujar Fidyah tersenyum setelah turun dari motor yang telah diparkir.

"Sama-sama" jawab Xavier.

"Pulang nanti boleh gak aku numpang?" tanya Fidyah.

"Boleh kok, pulang sore?" tanya Xavier.

"Iya"

"Aku juga pulang sore nanti"

"Ok, aku tungguin nanti di tempat ini!" ujar Fidyah. "Bye..." ia berjalan menuju kelasnya.

  Xavier pun berjalan menuju kelasnya, ia harus berhati-hati dengan para senior yang pernah memukulnya. Selama ia menelusuri koridor-koridor kelas, ia tak melihat senior yang kurang kerjaan itu. Xavier masuk di dalam kelasnya dan duduk di kursinya, Reza sudah berada sejak tadi di dalam kelas tersebut.

"Udah lama lo nyampe?" tanya Xavier.

"Barusan!" jawab Reza. "Vier laporan lo udah selesai belum?" tanya Reza.

"Udah dari kemarin!" jawab Xavier.

"Gue liat dong!"

"Udah gue kumpul" ujar Xavier. "Tumbenan lo gak buat laporan"

"Gue lupa!" ujar Reza.

"Pikir doi mulu sih!"

"Ya elah.." ujar Reza. "Jadi gimana nih?"

"Cari di internet aja lah.."

"Iya iya..." ujar Reza. "Eh Lo pacaran ama Fidyah?" tanya Reza seketika.

"Kami temenan sejak SMP. Kenapa emang?" tanya balik Xavier.

"Ya gak apa-apa, kalian dekat banget soalnya, kenapa lo gak tembak aja!" ujar Reza.

  Pertanyaan Reza barusan membuat Xaviet sedikit tertawa.

"Tembak? Mati dong akan orang!" ujar Xavier dan sedikit tertawa.

"Tembak dengan perasaan maksudnya.."

"Gak lah..."

"Kenapa lo gak mau nyatain perasaan sih, keburu dia diambil orang! Cepetan!"

"Biarin aja! Kalo emang dia jodoh gue ya pasti tuhan gak bakalan salah berikan ke orang lain selain gue!"

"Gue cuma mau ngingetin aja, jangan sampe lo nyakitin perasaan sendiri atau perasaan Fidyah!"

"Nyakitin perasaan?"

"Maksudnya jangan sampe di antara kalian ada yang nyimpan rasa!"

"Nyimpan rasa?"

"Ah lo gak ngerti!"

"Jelasin dulu lah. Maksudnya gimana nyimpan rasa?"

"Jadi gini. Kalo lo suka sama Fidyah lantas lo gak berani ngungkapin itu namanya nyimpan rasa!"

"Apa hubungannya dengan perasaan yang sakit? Gak ngerti gue!"

"Kalo misalnya lo suka Fidyah dan nyimpan rasa, lantas Fidyah suka sama orang lain, pasti hati lo sakit! Paham gak?"

"Paham! Tapi kalo dia yang nyimpan rasa ke gue, gimana?"

"Lo harus gentle men! Jangan buat dia sakit hati!"

"Emang  gitu ya di antara pertemanan cewek dan cowok pasti salah satunya ada yang nyimpan rasa?"

"Gak juga sih.. tergantung perasaan masing-masing!"

"Emang lo pernah ngerasin?"

"Pernah, bahkan friendzone!"

"Jadi hati lo gimana? Sakit? Nyesek?"

"Dikit sih" ujar Reza dan saat itu juga dosen memberi salam masuk dalam kelas, semua mahasiswa terdiam kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Assalamualaikum.." salam dosen tersebut dan memasuki kelas.

  Seluruh mahasiswa dan mahasiswi di dalam kelas tersebut mendengarkan materi yang di sampaikan oleh dosen.

"Beberapa semester lagi S1 kalian akan selesai, jadi persiapkan diri kalian masing-masing!" penyampaian dosen tersebut.

   Selama 1 jam lebih sang dosen menjelaskan dan menyampaikan materi dan di lanjutkan dengan diskusi tanya jawab hingga akhirnya mereka di beri tugas membuat makalah dan laporan.

"Makalah lagi.. laporan lagi..." keluh kesah Reza. "Gak ada yang lain gitu!"

"Apa yang barusan kamu katakan Reza?"  sang dosen mendengar keluhan Reza.

"Eh.. bercanda pak heheh" ujar Reza.

  Setelah beberapa jam, akhirnya mata kuliah tersebut berakhir dengan tugas makalah dan laporan yang diberikan.

"Makalah dan laporannya secepatnya diselesaikan!" ujar pak dosen tersebut.

"Iya pak.." jawab semua mahasiswa bersamaan.

  Mata kuliah siang ini telah selesai, sang dosen keluar dari kelas diikuti oleh semua penghuni kelas. Xavier dan Reza masih berada di dalam.

"Makan yuk!" ajak Xavier.

"Udah.." ujar Reza.

"Hah? Beneran?" tanya Xavier nampak heran.

"Iya beneran"

"Lo mau kemana?" tanya Xavier lagi melihat Reza menggandeng tas nya.

"Acara Festival Musik" jawab Reza.

"Sekarang?"

"Iya.. sekarang, ah banyak tanya lo! Mau ikut?" tanya balik Reza.

"Gak usah lah.. gue mau pergi makan dulu"

"Ok gue pergi ya!" Reza keluar dari kelas.

"Hati-hati..." teriak Xavier.

   Siang ini Reza akan pergi ke Acara Festival Musik, ia adalah penikmat musik, sedangkan Xavier adalah seorang kutu buku.

   Xavier memilih untuk pergi makan daripada pergi ke acara festival musik yang Reza maksud. Perutnya megalami amarah, pagi tadi ia sama sekali belum sarapan. Xavier berjalan keluar kampus, disana terlihat ada sebuah warung makan yang cukup besar. Ia menelusuri koridor-koridor hingga sampai keluar dari kampus, pikirannya masih tertancap oleh perkataan Reza tadi di dalam kelas 'apa benar Fidyah menyimpan rasa padaku? Atau lantas sebaliknya' pikirnya.

  Saat sampai di depan warung makan tersebut, ia melihat hampir semua tempat duduk telah di penuhi orang-orang yang menderita keleparan, kecuali salah satu kursi di pojok. Ia melihat seseorang disana, seperti ia pernah mengenalnya. Xavier memasuki warung makan tersebut dan berjalan ke salah satu kursi yang kosong,  disana juga ada seseorang yang ia kenal.

"Hai...." sapa Xavier kepada seseorang yang ia kenal tersebut di salah satu meja warung makan. Seseorang tersebut menoleh ke arah Xavier dan ia terlihat heran dengan kedatangan Xavier secara tiba-tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status