Share

Enam

last update Last Updated: 2021-09-18 14:14:40

   Xavier selesai mengganti pakaian dan bersiap menuju kampus kesayangannya.

"Nak Xavier udah makan?" tanya Bibi Moli, saat Xavier hendak keluar rumah.

"Belum bi" jawab Xavier.

"Ayo makan dulu di dapur" ujar Bibi Moli.

"Nanti aku makan di warung saja bi, simpankan saja makanan di dapur untuk ayah dan ibu" ujar Xavier tersenyum. "Aku pergi kampus dulu bi, Assalamualaikum.." Xavier keluar rumah.

"Waalaikumussalam.." jawab Bibi Moli.

   Xavier menuju kampus dan dalam perjalanan menjemput Fidyah.

***

"Lama bener!" ujar Fidyah saat Xavier baru saja datang.

"Biarin! Ayo naik!" perintah Xavier dan Fidyah menaiki kendaraan.

   Siang yang terik hari ini mereka akan pergi ke kampus bersamaan. Xavier melihat wajah Fidyah dari kaca spion dan ia tersenyum, tanpa sengaja Fidyah melihat balik.

"Apa liat-liat gue gak pake bedak!" ujar Fidyah.

"Hari ini gak pake, tapi kemarin pake!" ujar Xavier membalas.

"Itu kemarin, gak usah ingat masa lalu!"

"Kalau gak di ingat, gak akan jadi pelajaran untuk hari ini dan besok!"

"Itu salah!"

"Benar!"

"Salah!"

"Kalau aku bilang benar ya harus benar!"

"Tetap salah!"

"Benar! Kamu aja yang salah!"

"Kamu salah!"

"Benar!"

"Pokonya salah!"

"Dasar cewek!"

"Kamu salah!" ujar Fidyah terus menrus. "Pokoknya kamu salah. Titik!"

"Up to you Fid" ujar Xavier mengalah.

   Lagi-lagi dibawah terik matahari mereka masih saja berdebat tak jelas. Sampai pengendara yang menyalip mereka terheran melihatnya. Mereka hanya membalasnya dengan senyuman.

Xavier dan Fidyah sampai di kampus mereka. Xavier memasuki gerbang universitas tersebut dan pergi ke arah parikiran mahasiswa.

"Makasih" ujar Fidyah tersenyum setelah turun dari motor yang telah diparkir.

"Sama-sama" jawab Xavier.

"Pulang nanti boleh gak aku numpang?" tanya Fidyah.

"Boleh kok, pulang sore?" tanya Xavier.

"Iya"

"Aku juga pulang sore nanti"

"Ok, aku tungguin nanti di tempat ini!" ujar Fidyah. "Bye..." ia berjalan menuju kelasnya.

  Xavier pun berjalan menuju kelasnya, ia harus berhati-hati dengan para senior yang pernah memukulnya. Selama ia menelusuri koridor-koridor kelas, ia tak melihat senior yang kurang kerjaan itu. Xavier masuk di dalam kelasnya dan duduk di kursinya, Reza sudah berada sejak tadi di dalam kelas tersebut.

"Udah lama lo nyampe?" tanya Xavier.

"Barusan!" jawab Reza. "Vier laporan lo udah selesai belum?" tanya Reza.

"Udah dari kemarin!" jawab Xavier.

"Gue liat dong!"

"Udah gue kumpul" ujar Xavier. "Tumbenan lo gak buat laporan"

"Gue lupa!" ujar Reza.

"Pikir doi mulu sih!"

"Ya elah.." ujar Reza. "Jadi gimana nih?"

"Cari di internet aja lah.."

"Iya iya..." ujar Reza. "Eh Lo pacaran ama Fidyah?" tanya Reza seketika.

"Kami temenan sejak SMP. Kenapa emang?" tanya balik Xavier.

"Ya gak apa-apa, kalian dekat banget soalnya, kenapa lo gak tembak aja!" ujar Reza.

  Pertanyaan Reza barusan membuat Xaviet sedikit tertawa.

"Tembak? Mati dong akan orang!" ujar Xavier dan sedikit tertawa.

"Tembak dengan perasaan maksudnya.."

"Gak lah..."

"Kenapa lo gak mau nyatain perasaan sih, keburu dia diambil orang! Cepetan!"

"Biarin aja! Kalo emang dia jodoh gue ya pasti tuhan gak bakalan salah berikan ke orang lain selain gue!"

"Gue cuma mau ngingetin aja, jangan sampe lo nyakitin perasaan sendiri atau perasaan Fidyah!"

"Nyakitin perasaan?"

"Maksudnya jangan sampe di antara kalian ada yang nyimpan rasa!"

"Nyimpan rasa?"

"Ah lo gak ngerti!"

"Jelasin dulu lah. Maksudnya gimana nyimpan rasa?"

"Jadi gini. Kalo lo suka sama Fidyah lantas lo gak berani ngungkapin itu namanya nyimpan rasa!"

"Apa hubungannya dengan perasaan yang sakit? Gak ngerti gue!"

"Kalo misalnya lo suka Fidyah dan nyimpan rasa, lantas Fidyah suka sama orang lain, pasti hati lo sakit! Paham gak?"

"Paham! Tapi kalo dia yang nyimpan rasa ke gue, gimana?"

"Lo harus gentle men! Jangan buat dia sakit hati!"

"Emang  gitu ya di antara pertemanan cewek dan cowok pasti salah satunya ada yang nyimpan rasa?"

"Gak juga sih.. tergantung perasaan masing-masing!"

"Emang lo pernah ngerasin?"

"Pernah, bahkan friendzone!"

"Jadi hati lo gimana? Sakit? Nyesek?"

"Dikit sih" ujar Reza dan saat itu juga dosen memberi salam masuk dalam kelas, semua mahasiswa terdiam kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Assalamualaikum.." salam dosen tersebut dan memasuki kelas.

  Seluruh mahasiswa dan mahasiswi di dalam kelas tersebut mendengarkan materi yang di sampaikan oleh dosen.

"Beberapa semester lagi S1 kalian akan selesai, jadi persiapkan diri kalian masing-masing!" penyampaian dosen tersebut.

   Selama 1 jam lebih sang dosen menjelaskan dan menyampaikan materi dan di lanjutkan dengan diskusi tanya jawab hingga akhirnya mereka di beri tugas membuat makalah dan laporan.

"Makalah lagi.. laporan lagi..." keluh kesah Reza. "Gak ada yang lain gitu!"

"Apa yang barusan kamu katakan Reza?"  sang dosen mendengar keluhan Reza.

"Eh.. bercanda pak heheh" ujar Reza.

  Setelah beberapa jam, akhirnya mata kuliah tersebut berakhir dengan tugas makalah dan laporan yang diberikan.

"Makalah dan laporannya secepatnya diselesaikan!" ujar pak dosen tersebut.

"Iya pak.." jawab semua mahasiswa bersamaan.

  Mata kuliah siang ini telah selesai, sang dosen keluar dari kelas diikuti oleh semua penghuni kelas. Xavier dan Reza masih berada di dalam.

"Makan yuk!" ajak Xavier.

"Udah.." ujar Reza.

"Hah? Beneran?" tanya Xavier nampak heran.

"Iya beneran"

"Lo mau kemana?" tanya Xavier lagi melihat Reza menggandeng tas nya.

"Acara Festival Musik" jawab Reza.

"Sekarang?"

"Iya.. sekarang, ah banyak tanya lo! Mau ikut?" tanya balik Reza.

"Gak usah lah.. gue mau pergi makan dulu"

"Ok gue pergi ya!" Reza keluar dari kelas.

"Hati-hati..." teriak Xavier.

   Siang ini Reza akan pergi ke Acara Festival Musik, ia adalah penikmat musik, sedangkan Xavier adalah seorang kutu buku.

   Xavier memilih untuk pergi makan daripada pergi ke acara festival musik yang Reza maksud. Perutnya megalami amarah, pagi tadi ia sama sekali belum sarapan. Xavier berjalan keluar kampus, disana terlihat ada sebuah warung makan yang cukup besar. Ia menelusuri koridor-koridor hingga sampai keluar dari kampus, pikirannya masih tertancap oleh perkataan Reza tadi di dalam kelas 'apa benar Fidyah menyimpan rasa padaku? Atau lantas sebaliknya' pikirnya.

  Saat sampai di depan warung makan tersebut, ia melihat hampir semua tempat duduk telah di penuhi orang-orang yang menderita keleparan, kecuali salah satu kursi di pojok. Ia melihat seseorang disana, seperti ia pernah mengenalnya. Xavier memasuki warung makan tersebut dan berjalan ke salah satu kursi yang kosong,  disana juga ada seseorang yang ia kenal.

"Hai...." sapa Xavier kepada seseorang yang ia kenal tersebut di salah satu meja warung makan. Seseorang tersebut menoleh ke arah Xavier dan ia terlihat heran dengan kedatangan Xavier secara tiba-tiba.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Sky Of Asia   Dua Puluh

    Malam yang sangat dingin. Setelah menikmati sore, Xavier kembali pulang kerumahnya. Ia merasa lebih tenang dari sebelumnya."Xavier..." seseorang memanggil namanya. Saat Xavier membuka pintu untuk masuk kerumah, ia terkejut melihat ayah dan ibunya yang duduk bersama di ruang tamu. Dan memanggilnya."Ada apa?" batin Xavier. Xavier berjalan mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk bersama mereka di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Xavier setelah ia duduk."Kamu sibuk?" tanya ayahnya."Tidak" jawab Xavier seadanya."Rini, buatkan minuman!" perintah ayah Xavier. Rini dan Andi adalah nama orang tua Xavier. Ibu Xavier mengangguk setuju, kemudian berjalan ke arah dapur. Sedangkan Xavier masih terlihat heran, ada hal apa ayah dan ibunya memanggilnya dan duduk bersama di ruang tamu.

  • The Sky Of Asia   Sembilan Belas

    "Gimana? Film nya bagus kan?" tanya Fidyah pada Kevin, saat mereka selesai menonton film."Bagus sih, tapi konfilknya terlalu banyak!" jawab Kevin."Justru bagus, konflik di film itu penambah bumbu menarik!" ujar Fidyah semangat."Betul juga sih" Kevin tersenyum. Kevin dan Fidyah berjalan keluar studio film dan bioskop yang ada di mall tersebut, mereka kini berjalan ke play ground."Main yuk!" ajak Kevin."Ayo!" Fidyah menangguk setuju. "Kita mau main apa?" tanya Fidyah melihat sekelilingnya, banyak sekali orang-orang yang sedang sibuk dengan permainan."Itu!" Kevin menunujuk salah satu permainan yang tidak asing."Pencabit boneka itu?" Fidyah mengangkat alisnya sebelah."Iya, ayo!" Kevin menarik tangan Fidyah. "Gimana sih cara mainnya?" Kevin melihat seluruh bacaan petunjuk di permainan tersebut.

  • The Sky Of Asia   Delapan Belas

    Setelah mata kuliah selesai, Xavier ingin bertemu dengan Fidyah di bangku taman kampus. Xavier telah menghubungi Fidyah waktu ia berjalan keluar kelas. Saat ini ia sedang mencari es krim kesukaan Fidyah, Xavier membeli es krim tersebut di sebuah toko yang jaraknya dari kampus cukup jauh. Bahkan Xavier berjalan kaki untuk pergi membeli es krim tersebut.Saat ia telah sampai ke toko, langsung saja Xavier membeli es krim choclate caramel chese. Ia membeli dua buah es krim, untuknya dan Fidyah. Begitu es krim sudah ada ditangannya, ia berlari kecil dan mempercepat langkahnya kembali ke kampus untuk menemui Fidyah yang mungkin sudah bosan menunggunya."Semoga aja, Fidyah masih ada disana!" batin Xavier.Xavier semakin mempercepat langkahnya saat ia benar-benar telah berada di kampus dan menuju ke belakang taman kampus. Xavier telah berada di taman

  • The Sky Of Asia   Tujuh Belas

    "Hai Fid!" panggil Xavier dari belakang Fidyah yang sedang berjalan menelusuri koridor kampus."Eh Xavier... hufft... ngagetin aja!" Fidyah menghela nafas sedikit terkejut."Heheh maaf-maaf!" Xavier terkekeh pelan.Xavier dan Nadia berjalan di koridor kampus."Ada apa Vier?" tanya Fidyah saat mereka berjalan bersama."Gak ada apa-apa" jawab Xavier."Ooh.." Fidyah mengangguk pelan."Tadi pagi kamu gak ada di depan gerbang, ama siapa ke kampus?" tanya Xavier."Pagi tadi, aku ke kampus ama temen" jawab Fidyah."Temen? Disa?""Bukan!""Siapa?" tanya Xavier lagi."Dia senior, namanya Kevin. Pagi tadi dia jemput""Berarti kamu pergi ke kampus barengan ama dia?""Iya.. sebenernya aku udah bilang, kalo pagi ini kamu mau jemput, tapi dia bilang unt

  • The Sky Of Asia   Enam Belas

    Fidyah bersiap berangkat ke kampus hari ini, seperti biasa ia akan menumpang dengan sahabatnya Xavier. Setelah memakai pakian dan sarapan, Fidyah keluar rumah menunggu Xavier untuk menjemputnya."Aku pergi dulu bu!" Fidyah berpamitan kepada ibunya dan berjalan keluar rumah."Iya hati-hati nak..." ujar Ibu Fidyah yang sementara menyetrika pakaian. Fidyah telah berada di luar rumah, ia berdiri di depan gerbang rumahnya menunggu Xavier. Tiba-tiba sebuah mobil audi hitam berhenti di hadapannya. Fidyah terlihat heran, dan kaca mobil tersebut diturunkan, terlihat seorang lelaki yang Fidyah kenal."Masuk!" perintah lelaki tersebut dari dalam mobil sambil memegang stir."Kevin?" Fidyah melototkan matanya terkejut."Iya... ayo masuk!" ujar Kevin."Gue lagi nunggu

  • The Sky Of Asia   Lima Belas

    Xavier lagi-lagi mengajak Nadia ke suatu tempat, Nadia hanya mengikutinya dari belakang. Xavier mendongak ke langit, matahari sedikit demi sedikit mulai menampakan cahaya kemerahannya, Xavier mempercepat langkahnya. Xavier terus menggenggam dan menarik tangan Nadia, jarak tempat yang dituju Xavier dari lapangan sepak bola tadi tidaklah jauh. Hitungan beberapa menit akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sangat indah. Tempat yang pernah mereka berdua kunjungi sebelumnya."Ini kan.." Nadia terkejut."Gimana? Rindu tempat ini?" Xavier berhenti melangkah dan melepas tangan Nadia dari genggaman nya."Rindu banget" Nadia tersenyum. Xavier dan Nadia tepat berada di Pantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya, Xavier dan Nadia duduk di bawah pohon rindang sambil menunggu langit membakar dirinya."Xavier..." ujar Nadia."Mmm" gumam Xavier.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status