Beranda / Romansa / The Story Between Us / Sedikit Tentang Rayhan, Sekilas Arken

Share

Sedikit Tentang Rayhan, Sekilas Arken

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-06 22:45:10

Rayhan tidak menyangka bahwa niat papa dan mama nya ternyata serius. Ya, Rayhan akan dijodohkan oleh kedua orangtuanya, karena gagal membawa calon menantu ke hadapan mereka pada waktu yang telah mereka tentukan.

Otaknya terus berpikir bagaimana caranya ia bisa membawa calon mantu untuk kedua orang tuanya, sedang ia terlalu sibuk mengurusi perusahaannya dan ia sama sekali enggan berdekatan dengan makhluk yanga berjenre perempuan.

Yuda, asisten pribadinyapun angkat tangan. Rayhan menetapkan begitu banyak persyaratan yang sangat sulit dipenuhi. Tinggi badan tidak boleh melebihi dirinya dan tidak boleh membuat dirinya membungkukkan badan ketika harus berbicara dengan gadis itu,  tidak boleh terlalu cantik, tidak boleh jelek, harus pintar, dan harus bisa membuatnya tertawa lepas.

Yuda hampir gila memikirkan persyaratan yang Rayhan tetapkan. Bagaimana ia tidak pusing tujuh keliling jika Rayhan sendiri tidak ingin dipertemukan dengan gadis-gadis yang dibawa oleh Yuda untuk diperkenalkan padanya. Bersalamanpun ia tidak mau apalagi berdiri berdekatan dengan gadis asing yang tidak ia kenal sama sekali. Harus dimana ia menemukan gadis yang sesuai dengan kriteria Rayhan, yang bisa membuat Rayhan tergerak sendiri mendekati dirinya.

Dan, pagi ini, acara ramah tamah dengan teman, rekan bisnis papanya, secara tidak terduga, Rayhan menarik dan memeluk seorang gadis asing, dan mengakuinya sebagai calon istrinya. Yuda yang saat itu sedang berdiri tidak jauh dari Rayhan dan sedang membawa beberapa nampan berisikan makanan ringan yang baru saja diantar oleh Siti, merekam kejadian itu dari awal sampai akhir, dari mulai Rayhan yang secara tiba-tiba menarik gadis asing  kedalam pelukannya, dan berdiri begitu dekat sambil berbisik di telinga gadis itu.

Yuda pun mengernyitkan keningnya. Sungguh kebetulan sekali. Gadis itu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Rayhan. Rambut lurus sepanjang bahu, ekspresi wajah yang jelas memperlihatkan bahwa ia bukanlah gadis yang bisa dikadalin, tegas dan pantang menyerah.

Tiba-tiba ponsel di tas pinggang Siti berdering. Dilepaskannya tangannya dari lengan kokoh Rayhan. Membalikkan badan dan berjalan menjauh dari Rayhan.

Rayhan tertegun. Siapa gadis yang bersamanya tadi. Mengapa gadis itu bersikap biasa saja ketika bertemu dengannya? Tidak seperti gadis-gadis lain yang langsung salah tingkah ketika berada di dekatnya? Apa dia tidak pernah mengenali wajahku? Berbagai pertanyaan melintas di kepala Rayhan. Dirinya merasa tidak terima karena ada seorang gadis yang sama sekali tidak tertarik dengannya, bahkan berani membalas tatapan tajamnya.

Siti langsung mengangkat ponselnya.

"Ya halo, Bu.. Iya, minta tunai Bu..ini sekarang Siti sedang menunggu pembayarannya," jawab Siti sambil netranya mencari-cari wanita paruh baya yang menerima nota darinya tadi. Wajahnya seketika sumringah karena tampak tak jauh dari ia berdiri,  wanita yang ia maksud sedang bergegas mendatanginya.

"Sudah dulu ya Bu, ini mau menghitung jumlah uangnya.. Iya, terimakasih bu."

Siti mengakhiri panggilan tersebut dan berjalan mendekat ke arah wanita tadi."

"Kemana saja mba...saya cari kesana sini kok menghilang begitu saja," si Ibu itu bertanya sambil mengatur nafas  keliatannya beliau benar-benar mengitari rumah dan halamannya demi mencari dirinya.

"Diteras Bu, tadi kebetulan bertemu dengan langganan di toko roti Bu," jawab Siti berbohong. Tak apalah berbohong, toh bukan berbohong dengan emak dan bapaknya, batin Siti. Meski sebenarnya ia tadi sedang disandera oleh pria asing yang narsis, yang mengaku-akui Siti sebagai calon istri kepada orang-orang yang Siti tidak kenal sama sekali.

Andaikan Siti tahu, bahwa pria yang tadi menyanderanya adalah anak dari si ibu ini. Artinya Siti secara tidak langsung sudah bertemu dengan calon mertua palsu nya.

Siti menghitung uang yang diberikan kepadanya. Pas. Saatnya balik ke toko, ucapnya dalam hati. Setelah memasukkan uang tersebut ke dalam tas pinggangnya, Siti berpamitan dan berjalan ke arah mobil operasional toko rotinya. Dibukanya pintu mobil di samping kiri, ternyata rekan drivernya sudah standby, menunggunya daritadi.

"Ayok, tancap gas, kita balik ke toko. Keburu mister ganteng idolaku datang. Jangan sampai Asih yang melayani dia. ntar si mister ogah lagi beli kue dan roti ditempat kita," perintah Siti kepada rekannya driver yang bernama Maman itu. Maman tersenyum mendengar ocehan Siti. Siti dan Asih memang musuh bebuyutan, namun jika salah satu dari mereka  tertimpa masalah, maka mereka akan rukun, saling menghibur dan mendukung layaknya saudara kandung padahal bukan.

Lima belas menit kemudian, Siti tiba di toko. Secepat kilat ia masuk dan segera mencari bu Ida untuk menyetorkan uang pelunasan pesanan hari ini tadi. Ia tidak mau berlama-lama membawa uang toko. Takut kalau-kalau ada tuyul yang tahu jika ia membawa uang banyak, bisa-bisa berkuranglah jumlah uang dari yang seharusnya, dan Siti yang harus bertanggung jawab, mengganti uang yang hilang itu. Bila itu terjadi, habislah ia disidang emak bapaknya semalam suntuk, dan Siti tidak mau hal itu menimpa dirinya. Lebih baik segera ia setorkan uang itu, dan segera bergegas menjaga toko, menunggu mister idolanya. 

Siti melepas tas pinggangnya dan meletakkan dibawah meja kasir. Ponselnya ia pindahkan ke meja kasir. Siti mencatat transaksi yang terjadi hari ini, dari nota pembelian dicatat ke buku, yang nantinya akan di input ke komputer.

Ting ting.

Terdengar seseorang membunyikan bel order. Siti menengadahkan wajahnya mencari sosok yang membunyikan bel itu, dan ia menatap senang sosok idamannya telah datang. Tuan mister idolanya sudah datang. 

"Selamat Siang Tuan Arken?" sapa Siti beranjak berdiri dari duduknya di belakang meja kasir.

Yang disapa hanya menganggukkan kepalanya, lalu mulai konsentrasi memilih cake dan roti yang hendak di belinya.

"Untuk sendiri atau untuk oleh-oleh tuan?" tanya Siti mencoba memberi bantuan karena sedari si mister belum juga menentukan pilihannya.

"Nenek,"sahutnya datar.

"Oh untuk diberikan ke nenek.. Kalau begitu tuan bisa membawakan puding tiramisu ini tuan, rasa puding ini tidak terlalu manis tapi pas untuk orangtua karena mengandung kadar gula yang rendah.. Puding ini pun teksturnya lembut, jadi bisa langsung ditelan tanpa harus dikunyah terlebih dulu," Siti menerangkan panjang lebar.

"Oke, puding tiramisunya satu dan puding stroberinya satu, kemasannya tolong dipisah ya.."jawab Arken singkat, lalu ia berjalan ke meja kasir dan membayar puding pesanannya. Siti menerima pembayaran dari laki-laki itu, lalu berkata,"Silahkan tunggu sebentar ya tuan. Biar dikemas dulu orderannya,". Arken kembali mengangguk lalu berjalan menuju sofa di tengah ruang, menunggu orderannya dikemas. Siti mengantarkan pesanan yang telah selesai ia kemas. Ia berjalan menghampiri pria yang sedang bermain dengan benda pipih berwarna perak di tangannya.

"Silahkan, Tuan. Pesanannya sudah selesai dikemas. Terimakasih atas kedatangannya. Kami tunggu kedatangan selanjutnya," ucap Siti sambil menyerahkan paperbag berisi dua puding ke tangan Arken. 

"Oke, sama-sama. Terimakasih Sizuka," jawab Arken, beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar, lalu menghilang masuk ke dalam mobil merahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status