"Pasvaati yang melukaiku, hitam pekat berbau anyir, busuk, beracun. Dingin menyiksa. Kesunyian sepanjang nafas. Kecantikan pedih."______________Sepasang kaki kadal. Taja mengamati peralatan aneh yang ditunjukkan Tajura."Tentara kadal yang mati, meninggalkan ini," Tajura membolak-balik sepasang kaki kadal bercakar tajam."Jubah itu juga?" Taja mengingat kejadian saat pertama kali melihat sosok Tajura. Jubah berbentuk kulit kadal hitam bersisik, menyebabkan penampilan si pemakai menyerupai makhluk kadal."Ya!" Tajura mengiyakan tegas."Jubah sisik kadal!" tambah Tajura. Taja termangu setelah mengetahui semuanya."Aku hendak membantumu setelah terbangun, tetapi sepertinya kamu ketakutan saat melihatku pertama kali dengan penampilan jubah kadal," kata Tajura."Apa boleh buat, aku belum kuat untuk banyak bergerak tanpa peralatan kadal. Aku sedang masa pengobatan," ujar Tajura. Sebentar kemudian ia menunjukkan sesuatu di kaki dan lengannya. Tampak banyak luka membekas, meninggalkan kisah
"Beberapa malam setiap menjelang purnama, aku merasakan sakit yang sangat menyengat!"__________"Taja, aku sekarat ...," ujar Tajura. Melihat kedua bola matanya tanpa harapan, Taja segera memapah Tajura. Mendadak kondisinya lemah.Taja menggeleng perlahan."Tidak ... kita baru saja bertemu. Aku akan mengobati lukamu. Aku tidak sengaja memukulmu berkali-kali," Taja memperhatikan sekujur tubuh Tajura. Teringat kembali sebelum Taja tahu bahwa makhluk kadal adalah saudaranya, terjadi pergulatan di antara mereka berdua. Rasa bersalah karena beradu kekuatan, akibatnya menambah beban sakit di tubuh Tajura."Luka ini tidak bisa sembuh dengan obat apapun," Tajura balas menggeleng ringan, "Hanya racun untuk melawan racun yang terlanjur menyebar di tubuhku, itu yang membuatku bertahan!" jawab Tajura.Taja mengamati luka di dada kiri Tajura."Aku yakin ada jalan," ujar Taja menguatkan."Jika benar perkiraanku malam ini bulan purnama, ini saatnya pengaruh racun bekas luka ini akan menyiksaku seper
Menyebut mantera pemanggil sukma dari kedalaman inti batin. Hawa lembut tipis mulai keluar dari mulut ke udara. Sukma Bunga Emas.__________"Sukma Bunga Emas."Sesuatu istimewa terbesit dari pikiran Taja. Sekaligus mengingatkan Taja ke masa lalu."Tajura ...."Suara lirih, Taja memanggil nama saudaranya berulang kali. Terpejam berlinang air mata."Tajura ..., jangan khawatir. Aku memiliki sesuatu, 'kuharap dapat menolongmu," parau suara Taja.Disentuhnya pipi pucat saudaranya itu. Hawa dingin menjalar ke pergelangan tangan Taja. Bersumber dari luka di dada Tajura. Namun Taja tidak ingin melepas pelukan. Mempererat kedua tangannya, memeluk tubuh Tajura dari belakang. Punggungnya pun tertular dingin, perlahan kulit mengeras dan beku."Luka ini pernah terjadi pada Ratu ...," Taja teringat suatu peristiwa masa lalu yang pernah terjadi.Beberapa tahun silam. Peristiwa tragis yang telah membantai Gunggali, hutan tempat tinggal Taja dan seluruh kaumnya. Air, tanah, udara, serangga, daun, poh
"Sukma Bunga Emas mengobati diriku dari racun Pasvaati yang mematikan!"__________"Apa yang terjadi?" Tajura tampak keheranan. Wajah Taja tampak sedikit letih menanggapi pertanyaan itu disertai senyuman tipis.Tajura meraba dada kiri."Luka di dadaku nyaris hilang sama sekali," belum usai Tajura meraba-raba dada kirinya. Terasa mulus dan sehat. Hanya sedikit saja bekas warna gelap di kulit, jejak goresan akibat luka tersayat."Apa yang telah 'kaulakukan padaku, Taja?" Tajura semakin heran. Berganti ia memperhatikan kedua tangan dan kaki sendiri. Sekujur tubuhnya semula banyak luka, sekarang berubah semua tanpa bekas pula."Apakah aku sedang bermimpi?!" Tajura makin heran. Sentuhan tangan Taja di pundaknya, meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tidak disangka luka begitu menganga di dada, telah raib dalam semalam."Bagaimana rasanya menghirup udara segar tanpa rasa sakit lagi?" Taja berbalik tanya."Apa kamu yang mengobati aku?" Tajura terbelalak. Senyum Taja menjawab penuh lega.
Tajura bertolak dari hamparan belukar, melompati bebatuan kemudian melayang tubuhnya seringan kapas di udara, serta merta menggendong adiknya. Mereka meninggalkan kawasan hutan belukar, lalu berpindah ke rongga-rongga raksasa Dunia Bawah."Kamu lupa teman yang bersamamu?" sedikit menyindir, Tajura menggendong erat Taja, berkeliling Dunia Bawah lebih dalam lagi."Teman? Siapa?" malah balik tanya, Taja benar-benar tak ingat siapa yang dimaksud."Ha ha ha!" Tajura tertawa lantang, "Kamu melupakannya!""Siapa?" Taja benar-benar tak merasa ada seorang teman yang hilang, semenjak menginjak Dunia Bawah dan bertemu Tajura."Gattorian yang tertangkap ularku!" Tajura tak henti tertawa."Gattorian? Siapa?" Taja tetap tak ingat juga."Ha ha ha!" makin panjang tawa Tajura mengisi kebersamaan mereka.Dua manusia melintasi rongga-rongga kedalaman bumi. Derai tawa membunuh kesunyian. Merasuki kegelapan demi kegelapan Dunia Bawah.Taja memeluk punggung Tajura erat-erat. Antara takut dan sukacita. Takut
"Kakilangit?"Taja tak asing dengan kawasan itu."Benar. Penguasa Kakilangit dan antek-anteknya dengan segala cara, berusaha merebut Dunia Bawah dari tanganku. Itu sebabnya, aku dan Kakek Guru dalam pelarian menghindari orang-orang Kakilangit," jelas Tajura. Ia melangkah Taja mengikuti di sebelahnya, menelusuri hutan jamur di lembah lembab yang luasnya tak bisa ditebak. Setapak kanan kiri, berjejer jamur-jamur raksasa setinggi ukuran tubuh manusia."Kami mengalami kekalahan dalam pertempuran Lembah Arwah setahun silam," Tajura berhenti tepat di sisi jamur hijau empuk. Aroma wangi semerbak di bawah kepala jamur merekah, memancarkan spora bercahaya hijau emas. Tajura memetik sesuatu di sela-sela lipatan jamur itu."Lembah Arwah?" Taja ingat betul kawasan angker itu."Minumlah ini," kata Tajura sambil menyodorkan segenggam bonggol putih barusan dipetiknya dari sela-sela batang jamur. Tanpa basa basi lagi, Taja menghisap buah aneh isinya cairan kental. Rasanya sangat mirip madu. Taja sanga
Dua pemuda. Kembar. Dalam diri mereka, mengalir darah bangsawan. Sama-sama mewarisi kekuasaan yang sewajarnya menjadi hak mereka.__________"Antek?" Taja penasaran.Tajura melanjutkan bicaranya, perihal paling penting."Benar. Dua abdi di kanan kiri Paduka Raghapati, adalah mata-mata. Mereka yang menaruh Teluh Petaka, mengendap sekian lama di tubuh Paduka!" tegasnya lagi."Tanapura dalam bahaya!" kata Tajura. Taja tercengang mendengarnya."Tajura, seandainya kamu berada di permukaan dan mengatakan semua itu pada mereka," Taja berharap saudaranya mampu melakukan sesuatu. Namun Tajura menggeleng saja."Aku diburu antek-antek Kakilangit, penciuman musuh-musuhku sangat tajam, mampu mengendus keberadaanku layaknya hidung serigala terhadap mangsa!"Taja kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanapura. Kedua abdi Paduka Raghapati, orang-orang yang sangat mempengaruhi Paduka dan jajaran petinggi. Kedua abdi Paduka tampaknya sangat mencurigai Taja. Bahkan raut muka kedua abdi
"Gattorian, Ksatria Sejuta Luka. Kekuatan mereka tumbuh seiring banyak luka dalam jiwa dan raga."__________"Dia Gattorian, 'kan?" Tajura menebak tepat."Dari mana 'kautahu?" Taja balik tanya, beralih pandang pada Tajura."Aku bisa melihat mata ketiga di dahinya," jawab Tajura. Sementara Taja tidak melihat ada tanda-tanda itu di dahi Raojhin."Aku pernah beberapa kali bertarung dengan Gattorian!" Tajura mulai mengisahkan pengalaman dirinya yang lain, "Mereka, petarung sampai mati!"Perhatian Taja kembali ke arah Raojhin tertidur pulas dalam posisi duduk bersila."Petarung bayaran?" gumam Taja penuh heran. Semakin tahu tentang bagaimana gambaran Gattorian."Kekuatan Gattorian tumbuh seiring banyak luka dalam jiwa dan raga," Tajura melangkah lebih dekat menuju Raojhin. Ia mengenal betul sosok Gattorian seperti apa."Apakah dia akan menjadi orang yang berbahaya kelak?" Taja mengkhawatirkan Raojhin."Tergantung pilihan hidupnya sendiri. Gattorian bisa menjadi petarung bayaran, atau ksatri