Share

13. Paparazzi

Author: Sky
last update Last Updated: 2021-09-23 22:56:29

[Dion Addison POV]

Aku terus melarikan pandangan dari anak gadis yang masih memakai pakaian yang sama sejak pagi. Tidak ingin ketahuan dengan tatapan menodong dari Quinza. Aku kembali melirik Quinza dengan ekor mata namun sedetik kemudian aku kembali kabur.

"But, it's okay. Siapa tahu kalau Leyna masih menguasai pelajaranku." Quinza bicara dan kemudian kembali duduk ke tempatnya, berbeda denganku yang merasakan jantungku memompa seperti dikejar oleh penjaga tahanan. Aku menghela napas lalu kembali memakan sereal yang telah melemas karena berenang di atas cairan putih.

"Leyna baru makan siang?" 

Aku berdengung dengan mulut yang berisi sereal. Setidaknya itu cukup menjadi jawaban kilas.

"Telan dulu, baru ngomong. Bisa dimarahi Daddy kalau ketahuan. Mau kubuat roti panggang dengan sosis keju di atasnya?" tawarnya lagi. Aku menelan makanan lalu menimbang penawaran tersebut.

Aku tidak begitu suka keju apalagi sosis, tetapi pemilik nama Leyna Olivia tidak pernah menolak sajian dengan dua bahan tersebut seumur hidup. Aku menatap lurus anak terakhir keluarga Grissham, "Boleh."

Quinza tanpa membalas langsung berjalan ke arah dapur. Walaupun keperawakan gadis itu cukup tinggi dan selalu bertampang jutek, aku bisa melihat kalau dia senang atas jawabanku. Tanpa sadar, aku mengikutinya dan berdiri di ambang pemisah dua ruangan tersebut.

Quinza sibuk membuka kabinet atas dan menarik satu kotak panjang berisi roti, mentega. Lalu, berjalan ke arah kulkas dan mengeluarkan dua lapisan berwarna kuning dan yang satunya agak keputihan lebih besar dan diletakkan di kotak dan dua buah sosis.

Dengan cekatan, dia membuka plastik bungkusan keju dan mengambil keju tersebut dan membalut sosis yang telah digoreng, mozzarella juga terikut dilapisi di atas roti yang telah terisi sosis tersebut dan dimasukkan ke dalam oven. Quinza menepuk tangannya setelah menyetel oven lalu melihat ke arahku dengan senyum sumringah.

“All done. Kita hanya tinggal menunggu. Omong-omong, Leyna, bagaimana harimu?” tanya Quinza padaku.

Aku terdiam sebentar memikirkan jawaban yang pas, “Baik. Quinza bagaimana?”

Kulihat Quinza mengangguk kepalanya, “Same. Hanya saja tinggal algoritma itu mengganggu hariku.” Quinza mencebikkan bibirnya, dia mengambil susu kotak vanilla dari kulkas dan meminumnya dengan semangat. Aku tahu anak itu lebih suka vanilla daripada coklat, kalau Leyna dia tidak pemilih. Tuan Grissham sendiri yang menyetok susu dua rasa tersebut untuk kedua putrinya yang masih di Burk’s Falls.

Anak bungsu keluarga itu terlihat sendu dan tertekan, dia menatapku berkali-kali seperti ingin menyampaikan sesuatu yang penting padaku. Tetapi, dia kemudian memutuskan kontak bak merasa ragu. Aku hanya membiarkannya seperti itu sampai dia bicara semenit kemudian.

“Belakangan ini aku didekati satu cowok, Leyna. Kau tahu cowok yang suka menungguku di depan gerbang sekolah itu sebulan yang lalu?” tanya Quinza yang menyangga badan pada tepi kabinet.

Aku membeku, tentu aku tidak tahu cowo yang mana mendekatinya satu bulan yang lalu. Aku juga tidak bisa mengirim pesan kepada Leyna karena jelas dia tidak diberi kebebasan untuk memegang ponsel sekarang.

“Ya … ada apa?” tanyaku berusaha menampik rasa gugup tersebut. Mataku berusaha melihatnya agar tidak menimbulkan kecurigaan.

“Itu sungguh mengganggu. Ntah apa yang dia lakukan setelah berhenti menungguku selama sebulan sampai mengintili di jam istirahat. Padahal sudah berhenti,” kata Quinza yang melihat ke arah ventilasi. Aku hanya bertumpu pada daun pintu mesin pendingin.

Quinza yang masih sama dengan posisi tersebut kembali bersuara dengan nada sumbang, “Apa yang harus kulakukan, Leyna?”

Aku memposisikan diriku berdiri dan menarik putri bungsu itu ke dalam dekapan, “Kita akan mendapatkan caranya. Dia belum berani menyentuhmu seujung kukupun kan?”

Quinza menggeleng. Gadis ini lebih tegar dari yang kupikir sebelumnya, sejak tadi pagi duduk bersama untuk sarapan, putri bungsu itu memang termasuk memiliki wajah datar yang alami nan tampak menakutkan. Dia bisa jadi terlihat rapuh di dalam seperti yang kupikir ternyata dia cukup mampu bertahan.

“Tenang lah, tidak akan ada yang terjadi.” Aku berkata dengan tenang tetapi berbeda dengan apa yang menghujam pikiranku bertubi-tubi seperti berada di lapangan perang. Aku akan membicarakan ini setelah makan malam di bawah tanah dengan Leyna berdua.

Karena, aku mendapatkan perasaan yang cukup buruk sekarang.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status