Share

Bab 14: Unboxing 3

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 22:54:01

Sementara itu, Blue meraih kedua tangan Emely, membawanya ke atas kepala sang wanita. Gerakannya mantap, tetapi tidak kasar. Kedua pergelangan tangan itu dicekal dengan satu tangan besar Blue, digenggamnya dengan cukup kuat untuk menahannya di tempat tanpa menyakiti.

Ciumannya makin mendalam. Bibir Blue melumat, mengulum, dan mengisap bibir Emely dengan ritme yang perlahan tetapi penuh gairah. Sentuhannya seakan-akan menuntun Emely ke dalam perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Wanita itu tidak melawan, bahkan balasannya makin menunjukkan keinginannya untuk terus tenggelam dalam momen tersebut.

Dengan tangan bebasnya, Blue membiarkan dirinya menjelajahi sisi wajah Emely. Jari-jarinya menyentuh pipi halus sang wanita, bergerak pelan menuju rahangnya, dan berhenti di pangkal leher. Sentuhannya terasa hangat, menggoda, tetapi tetap penuh kendali. Membuat Emely merasa kecil dan rapuh di bawah kendali pria itu.

Ketika Blue akhirnya menarik diri sedikit untuk mengambil napas, ia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
lolayyy ah unboxing ny kbnykan cacicu nih Blue ny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 183: Diisengi Calon Mertua 3

    Di atas ranjang besar berukuran king-size, Emely berbaring sambil menyelimuti tubuhnya dan Amara dengan selimut tebal. Amara, yang terlihat sangat nyaman, memeluk erat tubuh Emely seolah tak ingin kehilangan kehangatan itu. Emely memegang ponsel di satu tangan. Layarnya menghadap ke arah wajahnya dan Amara, sementara di layar terlihat wajah Blue yang sedang tersenyum kecil dalam panggilan video. "Berarti besok Mom, Dad, dan Kak Talia berangkat ke bandara pagi?" tanya Emely, memecah keheningan. Suaranya terdengar lembut, berusaha tidak mengganggu ketenangan malam. Di layar ponsel, Blue mengangguk pelan. "Ya," jawabnya singkat, kemudian menambahkan, "Aku akan antar mereka dulu ke bandara. Setelah itu, aku ke tempat kalian. Semoga Erlan kasih izin besok." Emely terdiam sejenak. Ia melirik ke arah Amara yang fokus menatap layar, matanya berbinar melihat wajah sang ayah. Setelah menarik napas pelan, Emely kembali menatap Blue. "Besok aku usahakan sampai Dad kasih izin," ucapnya dengan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 182: Diisengi Calon Mertua 2

    Lucia dan Caroline hampir tak sanggup lagi menahan tawa. Gabriel, yang duduk di sudut ruangan, hanya bisa menggeleng kepala sambil menggigit bibir, berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Erlan, meski awalnya enggan, akhirnya berdiri dengan raut wajah dramatis, lalu melangkah mendekati ibunya. Ia bersimpuh di bawah kaki Megan, mengambil kedua tangan wanita itu dengan lembut, lalu mengecupnya penuh hormat. “Ibunda Ratu, mohon maafkan ananda yang durhaka ini,” katanya dengan nada suara serius, namun wajahnya sedikit tersenyum, menahan tawa. Semua yang ada di ruangan tetap diam. Gamal bahkan menggigit bibir bagian dalamnya agar tidak terbahak, sementara Gabriel dan Bella sama-sama memalingkan wajah untuk menyembunyikan senyum mereka. Erlan mendongak, menatap ibunya. “Tolong jangan kutuk ananda menjadi remote TV, Ibunda Ratu. Jika itu terjadi, kasihan sekali menantu Ibunda. Dia pasti akan kesepian tanpa ananda,” lanjutnya dengan wajah yang dibuat-buat serius. Kali ini, tawa

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 181: Diisengi Calon Mertua 1

    *** “Aku tidak menyangka kalau cucuku yang cantik itu memiliki naluri keibuan yang begitu luar biasa,” ujar Megan dengan senyum bangga menghiasi wajahnya. Matanya tampak menerawang seolah mengenang sesuatu. Ia menghela napas pelan sebelum menoleh ke arah Gamal yang duduk di sampingnya. “Padahal sebelumnya dia sama sekali tidak punya pengalaman, Sayang. Tapi lihatlah tadi, bagaimana Amara bisa begitu nyaman di sisinya,” lanjutnya dengan nada lembut namun penuh kekaguman. Gamal melirik istrinya, lalu tersenyum kecil sambil mengangguk pelan. “Memang dasarnya cucu kita punya hati yang lembut. Kupikir pengalaman bukan lagi alasan utamanya,” timpalnya dengan bangga. Erlan, Lucia, Gabriel, dan Caroline serta anak-anak mereka—Early dan Bella hanya mendengarkan obrolan ringan keduanya. Meskipun sesekali mereka saling bertukar pandang, tidak ada satupun yang menyela. Namun, tiba-tiba suara Bella yang ceria memecah keheningan. Gadis remaja itu, yang sejak tadi hanya menyimak, akhirnya ikut

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 180: Lamaran 2

    Mendengar percakapan itu, Megan ikut menimpali sambil tersenyum, “Nanti kamu harus belajar masak, Sayang. Karena sejatinya, suami itu lebih bahagia kalau istrinya masak sendiri. Ya, meskipun hanya sesekali.” Ucapan Megan membuat semua orang tersenyum, termasuk Emely. Ia menoleh pada Lucia, kemudian pada Zara, dan berkata, “Aku sudah mulai belajar, kok, Grandma. Kemarin aku diajari Mom Zara, dan masakanku berhasil. Blue bahkan bilang nilainya seratus.” Namun, sebelum percakapan itu bisa berlanjut, Erlan memotong dengan nada sarkastik. “Namanya juga lagi tergila-gila. Rasa asin pun bisa dinilai manis.” Semua orang terdiam sejenak mendengar komentar itu. Blue hanya terkekeh pelan, lalu melirik Gabriel yang sudah menggelengkan kepala, tampak tak habis pikir dengan sikap adiknya. Namun, baik Ronan maupun Zara tidak menunjukkan rasa tersinggung. Mereka memahami sepenuhnya bahwa sikap Erlan adalah bagian dari rasa kecewanya terhadap kesalahan masa lalu Blue. Setelah itu, suasana di meja

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 179: Lamaran 1

    *** Malam Harinya... Kediaman William’s… Malam ini menjadi malam yang sangat berarti bagi Blue dan keluarganya. Mereka datang ke kediaman keluarga Williams dengan tujuan yang jelas: membawa niat baik untuk melamar Emely. Kehadiran keluarga Sinclair disambut dengan penuh kehangatan oleh keluarga William’s, terutama oleh Erlan dan Lucia, orang tua Emely. Namun, bagi Erlan, sambutan hangat itu tampaknya hanya berlaku untuk Ronan dan Zara, serta Talia dan Amara. Ketika giliran Blue bersalaman dengan Erlan, suasana berubah sedikit canggung. Erlan menerima uluran tangan Blue, tetapi sikapnya dingin, nyaris tanpa ekspresi. Jabat tangan itu hanya dilakukan demi formalitas. Tidak ada senyum atau sapaan ramah seperti yang diberikan Erlan kepada tamu lainnya. Meski begitu, Blue tetap menunjukkan sikap hormat, memahami betul bahwa ia tidak berada dalam posisi untuk menuntut lebih. Namun, sebelumnya, Gamal, Megan dan Gabriel telah memberikan nasihat kepada Erlan. Mereka meminta pria paruh b

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 178: Akan Menjadi Kenangan Manis 2

    Blue yang berdiri di belakangnya langsung bergerak. Namun, bukannya mengambilkan buku seperti yang diminta, ia malah meraih pinggang Emely dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas dengan mudah. “Blue!” Emely memekik kecil, terkejut oleh tindakannya. “Turunkan aku!” protesnya sambil mencoba tetap meraih buku tersebut. “Ambil saja sendiri, Baby. Ini lebih seru, bukan?” goda Blue dengan senyum nakal. Emely mendesah frustrasi, tetapi akhirnya berhasil meraih buku yang dimaksud. Setelah itu, Blue perlahan menurunkannya kembali. Namun, ia tidak langsung melepaskan pinggang Emely. Sebaliknya, ia justru mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu dan berbisik, “Kalau soal imbalan, aku rasa ciuman terlalu biasa. Bagaimana kalau kita naik level? Making love, maybe?” “Blue!” Emely menoleh dengan cepat dan melotot, wajahnya memerah karena ucapan pria itu. “Kamu memang dasar pria mesum!” ujarnya dengan nada setengah kesal, setengah geli. Blue terkekeh pelan, tidak sedikitpun merasa bersalah. “Mes

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 177: Akan Menjadi Kenangan Manis 1

    *** Dalam keheningan yang nyaman, Blue dan Emely kini duduk di sebuah sofa empuk di sudut ruang VIP Exclusiva. Posisi mereka intim—Emely berada di pangkuan Blue, membiarkan pria itu melingkarkan kedua lengannya di pinggang rampingnya dengan erat. Wajah mereka begitu dekat. “Kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di sini?” tanya Emely dengan suara pelan, menatap lekat wajah tampan pria itu. Matanya menunjukkan rasa penasaran. “Kamu tahu dari mana kalau aku ada disini?” lanjutnya sambil mengerutkan kening. “Dari kamu,” jawab Blue singkat namun jelas. Emely tampak bingung. “Apa maksudmu?” tanyanya, semakin mengerutkan kening. “Tadi waktu kita telponan, kan kamu bilang mau ke toko buku ini,” jelas Blue santai, sambil mengedikkan bahu. “Makanya aku langsung menyusul. Dan ternyata aku sampai lebih dulu dari kamu.” Mata Emely membelalak seketika, menatap pria di depannya dengan ekspresi terkejut. “Kenapa kamu nekat sekali?!” serunya dengan nada sedikit keras. Blue hanya tersenyum, tetap tena

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 176: Ciuman Mesra 3

    Tanpa ragu, pria itu mengeluarkan kartu aksesnya dari saku, lalu menyerahkannya kepada petugas. Wanita itu dengan sigap memeriksa kartu tersebut di alat pemindai. Setelah beberapa detik, ia mengangguk sambil tersenyum ramah. “Baik, Mr. Blue Sinclair. Kartu Anda valid, dan Anda diperbolehkan masuk ke ruang VIP Exclusiva. Silakan,” katanya, lalu menunjuk ke pintu ruang VIP. “Terima kasih,” ucap pria itu singkat namun sopan. “Sama-sama, Sir. Selamat menikmati waktu Anda.” Blue Sinclair. Ya, pria itu ternyata Blue. Sosok pria tampan dan karismatik yang dikenal sebagai pewaris sekaligus CEO Sinclair Ocean Technologies. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah, bagaimana Blue bisa berada di toko buku ini? Jawabannya sederhana. Sekitar sejam yang lalu, Blue sempat berbicara dengan Emely melalui telepon. Saat itu, ia memberitahu Emely bahwa ia dan keluarganya telah tiba di hotel di Milan. Dalam percakapan yang sama, Emely dengan santai menyebutkan bahwa ia akan pergi ke toko buku seben

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 175: Ciuman Mesra 2

    Sementara itu, Emely melangkah ke ruang keluarga, tempat ayahnya, Erlan, duduk bersama kakek-neneknya serta pamannya, Gabriel. Suasana di ruangan itu tampak hangat dengan perbincangan ringan yang menyelingi pagi mereka. “Daddy, aku dan Bella pergi dulu ya. Tadi sudah pamit sama Mommy,” ujar Emely, berdiri di depan Erlan. Erlan menatap putrinya dengan tenang. “Pergi dengan sopir?” tanyanya, memastikan. Emely menggeleng pelan. “Aku bawa mobil sendiri saja, Dad. Soalnya hanya sebentar. Aku cuma mau beli buku untuk tugas kuliah.” Erlan mengangguk mengerti. “Ya sudah, tapi hati-hati di jalan. Jangan kebut-kebutan, Emely.” “Ya, Dad. Tenang saja, aku nggak akan ngebut,” sahutnya dengan senyum sebelum berpamitan. Tak lama kemudian, Emely keluar rumah bersama sepupunya, Bella, menuju toko buku untuk menyelesaikan keperluannya. Suasana rumah kembali tenang, dengan Lucia dan Caroline yang kembali sibuk di dapur, sementara Erlan dan keluarga lainnya menikmati waktu bersama di ruang keluarga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status