Ayu merasa Kian pasti sudah gila, dalam waktu semalam ia tiba-tiba mengajaknya menikah. Apalagi ia mengatakan itu seperti menyuruh Ayu belanja pisang ke pasar. Ayu panik, apa yang akan ia lakukan berikutnya? Hatinya gundah apa mungkin keluarga Kian yang kaya raya dan terpandang akan menerima dirinya? Apakah ia tidak akan menjadi buah bibir orang-orang, terlebih ia hanya seorang pelayan tiba-tiba menikah dengan majikannya? Mantan pacarnya saja sudah sangat menjelaskan posisinya dulu, sungguh Ayu dilema.
Kian
Bahu Ayu merosot lemah, sedikit kekecewaan merasuki hatinya. Ia yang ingin belajar mandiri di negeri orang masih juga terusik dengan kejadian tidak terduga seperti ini. Lelah pasti, rasanya otak dan batinnya sudah tidak mampu diajak bekerja sama.Karma apa yang sedangku tanggung Tuhan, banyak sekali orang jahat di sekelilingku.Ayu jelas tidak akan membantah ucapan seorang penegak hukum seperti Jonas. Jika sampai ia yang menghubungi Ayu, alih-alih Kian. Sudah pasti masalahnya tidak
Kian segera mencari keberadaan Ayu di dapur namun tidak menemukan gadis itu di sana. Ia segera menemui sang bunda yang sedang bersantai menikmati acara kesayangannya.“Bunda, Ayu mana?”“Di rumahnya.”“Kok gitu?”
Ayu mematikan mesin cuci dan segera menjemur di halaman belakang, tak di sengaja tatapan matanya tanpa sengaja bertemu dengan Guteres yang mengendarai seekor kuda gagah berwarna coklat terang. Ayu mengerutkan dahinya, ia keheranan dengan apa yang dilakukan Guteres di sana. Setahu dirinya penggembala ternak tidak pernah membawa kuda sampai wilayah tersebut.“Apa yang kamu lakukan di sana?” Ayu memberanikan diri bertanya.
Mereka berempat telah di sambut oleh Fransesco yang tersenyum lebar seraya merentangkan tangannya menyambut Budi ke dalam pelukannya.“Selamat Budi, pada akhirnya kita akan seutuhnya menjadi satu keluarga,” bisik Fransesco seraya mendekap Budi.
Ayu yang merasa terganggu tidurnya karena kecupan Kian akhirnya terbangun. "Engghh … aku bukan putri tidur,” protesnya seraya menggeliat. Ayu bangkit mengecup pipi Kian sekilas kemudian masuk ke kamar mandi disusul oleh Kian dengan menyeringai, suka dengan keberanian Ayu yang menciumnya terlebih dahulu.Kian menahan daun pintu kamar mandi yang akan ditutup oleh Ayu. Pandangan keduanya bertemu, tampak sinar kerinduan berc
Guteres melempar kapak yang dipegangnya dan mata kapak itu menancap dengan sukses pada batang pohon yang berjarak empat meter darinya berdiri. Saat ini dirinya sedang berada di sebuah pondok yang terletak di kaki bukit.Nafasnya tak beraturan namun ia harus melampiaskan rasa frustasinya saat teringat dengan perkataan Ayu tentang pernikahan dengan Kian kemudian antusias para rekan kerjanya
Kian kembali dari San Antonio dengan wajah yang murung, tatapannya datar tetapi semua orang yang melihat dan mengenalnya paham betul jika pria ini sedang menyimpan amarah.Stefany mendekati sang putra mencegatnya di ujung tangga saat putranya akan menemui sang ayah di ruang kerjanya.
Ayu menatap Guteres bingung, pasalnya arah ke San Antonio bukan lewat jalur ini setahunya."Guterres sepertinya kita salah jalan,” ujar Ayu gugup.