Share

Chapter 4(kekecewaan)

Sebulan kemudian

Dewa sedang bergembira ria di sebuah club malam elite bersama ketiga teman akrabnya Rendra, Bima dan Bayu. Dewa sedang merayakan kemenangan tender besar hari ini. Kerja kerasnya bersama team nya selama seminggu penuh ini, rasanya telah terbayar lunas, setelah kemenangan besar ini. Dia menyesap pelan whisky mahal yang terasa sedikit panas tapi nikmat yang melewati tenggorokannya.

Dia ingin menikmati kebebasannya malam ini. Bebas dari penatnya masalah kantor yang seakan tidak ada habisnya, juga penatnya karena terus diburu ibunya untuk mencari istri ciliknya yang kabur. Dua gadis cantik dan seksi sudah mulai meraba-raba tubuh kekarnya. Bahkan Lia atau Dita, Dewa lupa namanya, sudah mulai melumat ganas bibirnya. Dengan senang hati Dewa membalas tak kalah panasnya. Dewi, wanita yang sedari tadi terus mengelus-elus dada bidangnya, mulai membuka jas dan kancing-kancing kemejanya. Dia mulai menciumi dan memagut-magut di sana. Dewa langsung merasa turn on.

Dewa, si Iblis tampan  yang selalu suka ONS untuk meredakan stress akibat tekanan dikantor, mulai beraksi membuka blus kedua wanita itu dengan cepat. Ketiga temannya cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka sambil masing-masing bercumbu dengan pasangannya. Dewa yang paling serakah, karena dia bercumbu dengan dua wanita sekaligus.

Ddrrtt...drttt...drtt..

Ponsel Dewa berbunyi, nama ibunya nampak dilayar ponselnya. Dewa menghela nafas panjang. Pasti urusan istri ciliknya lagi ini yang dibahas. Dengan ogah-ogahan dia menjawab telepon ibunya, sambil membalas ciuman wanita-wanitanya.

"Wa, kamu dimana? Selama ini kamu ada mencari istrimu tidak sih? Masa sudah sebulan kamu masih belum menemukannya juga? Kamu niat mencari atau tidak sih sebenarnya Wa?"

"Ya dicari tiap hari dong Ma, Ini saja Dewa masih dijalan lagi nyari-nyari dia. Mama tenang aja ya, pokoknya ini Dewa sedang berusaha mencari disepanjang jalan di kota ini Ma. Mama tunggu saja kabar ba—"

Brakkk!!!

Tiba-tiba pintu club VVIP 3 terbuka dengan tiba-tiba. Dewa ternganga melihat ibunya berdiri dengan anggun didepan pintu dengan ponsel yang masih tersambung dengannya. Mampus! dia tercyduk. Dewa bersiap-siap menerima omelan mamanya.

"Ma—ma..." Dewa tergagap. Dua wanita yang sedari tadi bercumbu rayu dengan Dewa mendadak melepaskan tubuh mereka, dan buru-buru membetulkan pakaian mereka yang sudah berantakan. Bima, Rendra dan Bayu juga langsung melepaskan pelukan wanita mereka masing-masing.

"Tan—Tante." Serempak mereka menyapa sambil tersenyum rikuh. Mereka tidak menyangka kalau Ibu Paramitha Dewangga yang terhormat bisa menginjakkan kakinya ditempat seperti ini.

Mita yang melihat kelakuan bejat anak laki-laki kebanggaannya, mendadak merasa gagal sebagai orang tua. Dia yang tadinya berniat mengomeli Dewa karena ketahuan berbohong padanya, seketika kehilangan mood untuk melabrak anaknya. Dia berfikir, sepertinya dia sudah salah mengambil keputusan untuk menikahkan Ory dengan anaknya yang mesum ini. Rasa sedih tiba-tiba menderanya, mengingat betapa meyakinkannya janjinya dulu pada ayah Ory. bahwa anaknya pasti akan mencintai, menjaga dan melindungi putri kesayangannya. Air mata kecewanya mulai menetes satu demi satu.

"Dewa, Mama mengandungmu selama sembilan bulan sepuluh hari, melahirkanmu dengan bertaruh nyawa ke dunia, menyusui mu dua tahun lamanya. Mendidik dan membesarkan mu tahun demi tahun, agar kelak bisa menjadi laki-laki yang jujur dan bertanggung jawab, tetapi apa yang Mama lihat hari ini? Kamu tega membohongi Mama mentah-mentah, Nak."

Suara ibu Dewa mulai bergombang menahan sedu sedannya.

"Maafin Dewa Ma. Dewa salah karena berbohong pada Mama dan mengecewakan Mama. Dewa minta maaf Ma."

Dewa langsung bersujud didepan mamanya, karena untuk pertama kalinya dia melihat air mata mamanya jatuh karena kecerobohannya. Dadanya sesak melihat rasa sakit dan kecewa yang terlihat jelas diwajah cantik ibunya. Ibunya yang biasanya ceria dan selalu tersenyum sampai terlihat tidak percaya melihat kelakuan bejatnya.

"Kamu tahu Nak, Mama menikahkanmu dengan Ory bukan tanpa alasan yang kuat. Bukan hanya sekedar merealisasikan janji idealis antar sahabat yang ingin terus memupuk tali silahturahmi. Tapi lebih dari itu, ini soal amanah seseorang yang telah pergi terlebih dahulu menghadap Ilahi, Nak.

Kamu tahu Dewa, mama masih bisa hidup sampai hari ini itu berkat siapa? Itu semua karena Ibu Ory yang sudah mendonorkan ginjalnya pada Mama. Dia tulus ikhlas ingin membantu Mama yang saat itu di vonis dokter cuma bisa hidup tiga bulan lagi akibat penyakit gagal ginjal yang Mama derita. Dan kamu tahu Nak, lima tahun setelah Ibu Ory mendonorkan ginjalnya pada ibu, malah dia yang meninggal karena gagal ginjal di karenakan ginjalnya hanya tinggal satu, sehingga tidak mampu memproses toksin-toksin yang ada ditubuhnya.

Kau tahu apa artinya itu Nak? Itu sama saja artinya dengan Ibu Ory menukar nyawa Mama dengan nyawanya sendiri. Dan saat itu Ory bahkan masih berumur sepuluh tahun. Bayangkan Nak, pada saat usia sepuluh tahun dia telah kehilangan kasih sayang dari seorang Ibu. Dan saat kejadian itu Mama tidak bisa mengusap air matanya karena kita sekeluarga masih tinggal di Sidney.

Kamu  ingat Nak, saat tahun lalu papamu kecelakaan mobil di tol Jagorawi, Om Restu lah yang sudah mendonorkan darahnya, sampai dia sendiri juga hampir kolaps. Pada saat itulah dia mengatakan pada Mama untuk menjaga dan melindungi putri nya, apabila terjadi sesuatu hal yang buruk padanya.

Saat itu kami tidak mungkin menikahkan kalian karena Ory masih dibawah umur, dan papanya juga masih ada bersamanya.Tetapi setelah Om Restu meninggal, tidak ada lagi orang yang bisa menjaga Ory. Dia sudah menjadi yatim piatu diusia tujuh belas tahun dan hanya mempunyai seorang ibu tiri yang bahkan sangat tidak sabar untuk segera menyingkirkannya dalam keluarganya.

Selama tiga puluh empat tahun usiamu, mama tidak pernah sekalipun meminta apa-apa kepadamu. Mama hanya minta tolong kepadamu untuk mencari istrimu. Entah bagaimana nasibnya diluar sana Nak, tanpa uang dan tanpa sanak saudara."

Ibunya berkali-kali menghela nafas panjang dan menghapus air matanya yang seakan-akan tidak mau berhenti mengalir.

"Mulai saat ini, Mama tidak akan menyuruhmu untuk mencari Ory lagi. Mama sendiri yang akan mencarinya. Setelah menemukannya, Mama akan segera melakukan pembatalan pernikahan kalian dan mengurus surat adopsi untuk Ory. Mama tidak rela Ory mendapatkan suami bejat seperti kamu Wa!"

Ibunya langsung meninggalkan ruangan dan menutup pelan pintu club VVIP itu. Seumur hidupnya Dewa tidak pernah melihat ibunya sesedih dan seputus asa itu. Dan kali ini dia melihatnya dan dialah sumber kesedihan ibunya. Dadanya begitu sesak akan penyesalan melihat betapa ibunya hancur karena kebohongannya. Matanya berkaca-kaca karena merasa menjadi anak yang durhaka.

"Wa, sana kejar nyokap Lo. Cepetan minta maaf gih. Gila lo ya membohongi nyokap lo sampai dia sedih gitu. Dada gue sampe sesek rasanya ngeliat muka kecewa nyokap lo tadi. Kayaknya lo bisa jadi the next Malin Kundang deh ."

Rendra dan ketiga temannya yang sedari tadi terdiam tampak mulai angkat bicara. Mereka semua jadi ikut merasa tidak enak, karena ibu Dewa memergoki mereka semua dengan keadaan  yang sangat tidak pantas.

Dewa yang sempat tertegun, langsung berlari dan mengejar ibunya. Tapi ternyata ibunya telah masuk ke mobil dan meninggalkan tempat parkir. Dengan lesu Dewa kembali masuk ke ruang VVIP itu lagi.

Dua wanita cantik itu pun kembali beraksi melihat Dewa telah masuk kembali. Dewa yang sudah kehilangan mood cuma diam membisu.

"Kalian berdua silahkan keluar. Saya sudah tidak mood lagi dengan kehadiran kalian."

Dewa mulai memejamkan matanya, kembali teringat tatapan kecewa ibunya. Tapi duo genit itu malah mulai menggerayangi Dewa karena melihat Dewa mulai memejamkan mata. Mereka mengira Dewa sedang menikmati service mereka.

Prangggg!!!

Dewa melempar botol minuman dan gelas-gelas yang ada di meja bar.

"Saya bilang kalian semua keluarrrr!!!"

Dewa lagi-lagi memukul kuat meja bar. Perempuan-perempuan penghibur itu langsung menjerit ketakutan sambil terbirit-birit keluar. Sang macam sedang marah rupanya, mereka membatin.

"Sudahlah Wa, sebaiknya kita pulang saja, daripada lo membuat club ini hancur lebur dan kita-kita semua yang bakal menanggung biaya kerusakannya, mending lo pukulin samsak-samsak di rumah gue aja." Bima menimpali.

Drtttt...drtt..drtt..

Rendra heran melihat Bik Asih meneleponnya malam-malam begini. Apakah ada sesuatu yang terjadi pada nya? Atau astaga!! jangan-jangan Non yang kenapa napa.

"Ya Bik. Ada apa?"

"Maaf bibik mengganggu Tuan. Bibik mau minta izin keluar sebentar ya Tuan. Tadi temennya Enon ngabarin bibik, kalau si Enon pingsan di mobilnya Tuan. Sekarang Non dibawa ke rumah temennya itu. Bibik mau melihat keadaannya disana Tuan. Bibik izin sebentar ya Tuan, boleh?"

Suara Bik Asih terdengar sangat resah karena khawatir dengan keadaan si Non nya. Rendra juga seketika merasa khawatir dengan keadaan sicantik kesayangannya itu.

"Alamat temennya itu dimana Bik? Biar saya saja  yang melihat keadaannya dan sekalian membawanya pulang."

"Di Menteng no 11 tadi kata temennya Tuan. Kalau Tuan mau kesana, bibik tunggu diapartemen saja ya Tuan. Maaf merepotkan."

"Menteng no 11. Lho bukannya itu rumah lo Bima?" Rendra langsung menatap bingung Bima.

"Ya iyalah itu rumah gue sejak zaman kolonial Belanda. Kenapa emangnya?"

Bima nampak heran melihat Rendra yang kelihatan seperti orang bingung.

"Gue mau kesana jemput sodara gue yang katanya pingsan dirumah lo."

"Hah!!! Nggak salah lo, pingsan dirumah gue?" Bima jadi ikut-ikutan bingung jadinya.

"Ya udah kita semua kesana aja dulu. Gue mau memastikan apa bener sodara gue itu ada di rumah lo."

Rendra langsung bangkit dan mengenakan jas formalnya.

"Gue ikut!" Dewa dan Bayu serempak mengikuti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status