Share

Chapter 3 (hari baru)

Ory memasukkan semua dokumen-dokumen surat pindahnya ke dalam sebuah amplop coklat. Hari ini dia mulai pindah dari sekolah lamanya untuk menghilangkan jejak bila ibu tirinya atau bahkan suaminya mencarinya. Ah! Jangan-jangan mereka malah tidak perduli akan kehilangannya. Secara ibu tirinya sepertinya sangat lega bisa melepasnya menikah dan membebankan tanggung jawabnya kepada suaminya. Sedangkan suaminya sendiri malah tampak ogah-ogahan menerima pernikahan mereka. Kalau dipikir-pikir, Ory merasa saat ini dia ini seperti sampah yang dibuang sana sini.

"Hoiii Oryyy!!" Ory tersenyum gembira melihat Intan teman semasa SD nya memanggilnya. Ory memang meminta bantuan Intan agar dapat bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena Intan bersekolah di Prime One School yang merupakan milik orang tua nya sendiri. Bahkan karena Intan juga, Ory sudah bisa bersekolah disini dan tinggal melengkapi surat-surat pindah, akte lahir, Kartu Keluarga dan rapor nya saja. Dan itu semua bisa terlaksana dalam waktu sehari saja. Begitu dahsyat nya bila ada koneksi dan nepotisme. Semua tinggal beres.

"Ini dokumen-dokumen yang diminta admin sekolah kan Ry? Yuk sama-sana kita anter kesana. Duh senangnyaa..besok kita bisa duduk satu bangku lagi seperti di SD dulu ya Ry?"

Intan tampak sangat gembira karena akan satu kelas lagi bersama dengan Ory.

"Eh Ry, lo jadi mau nyari kerjaan part time sepulang sekolah? Kalo lo mau, lo bisa ngelamar kerja di kantor pengacara Abang gue. Kayaknya kemarin Gue denger dia butuh asisten tambahan deh. Karena katanya Mbak Clara sejak sudah menikah nggak bisa ikutan Bang Bima lembur-lemburan lagi deh. Nah kan lo mulai kerjanya jam 1 siang gitu. Ntar kalo lembur dibayar double lo Ry. Kan lumayan tuh buat nambah-nambah uang jajan lo. Mana gajinya sesuai UMR, apalagi lo kan temen gue. Pasti dia mau nerima elo."

"Tapi kan Bang Bima seinget gue tuh ya galak banget dulu. Mana dia pernah marahin gue lagi gara-gara gue nggak sengaja numpahin es cream ke seragam sekolahnya. Dan lo inget kagak, dia bilang gue orangnya teledor banget. Apa iya dia mau nerima Gue jadi asiatennya. Haduh nggak yakin deh gue, Tan."

Entah mengapa Ory selalu merasa pesimis bila harus berhadapan dengan Abang Intan yang galak dan ketusnya seperti bon cabe itu.

"Ya di coba dulu dong, Ry. Ntar pulang sekolah gue temenin deh ke kantornya. Tuh, udah ada adminnya, kasihin noh dokumen-dokumen kepindahan lo."

Dengan lesu Ory mulai mengetuk pintu yang bertuliskan TU tersebut.

===================

Ory rasanya kepengen pulang saja saat mereka diantarkan sekretaris Bima ke dalam ruangan pribadinya. Suasana kantor yang didominasi warna coklat tua, dengan wallpaper cream ini seolah-olah meneriakkan kata mahal sekeras-kerasnya, sehingga Ory merasa bokongnya panas dan tidak nyaman duduk disana.

Otaknya mulai berpikir bagaimana mungkin dia yang cuma anak SMA berani melamar menjadi asisten pribadi pengacara terkenal sekelas Bima, mana mulutnya pedes gila khas pengacara-pengacara nyinyir yang sering Ory lihat di televisi lagi. Takutnya diterima kagak, diomelin iya.

"Lo kenapa sih Ry, duduknya nggak tenang gitu. Bisulan lo?"

Intan tampak gerah melihat Ory yang gelisah duduk miring ke kanan miring ke kiri, merusak pemandangan aja. Belum lagi Ory sempat menjawab, pintu mendadak terbuka dan menghadirkan sosok yang sedari SD sudah ditakuti oleh Ory, ya sekarang di depan Ory telah berdiri pria dewasa muram dan seram, Bima Sakti Raffardan. Ory melihat tidak ada perubahan berarti antara sosoknya saat SMA dulu dengan sosoknya yang sekarang, selain tubuhnya yang tambah kekar dan wajah tampannya yang makin seram.

"Ada perlu apa kamu tiba-tiba ke sini, Tan. Jangan bilang kalau uang saku yang Abang transfer tiap bulan itu kurang? Karena angka nominal yang Abang transfer itu sebenarnya sudah melewati limit yang sudah kita sepakati bersama. Jadi tidak akan ada tawar menawar lagi?"

Busettt! Bahkan berbicara dengan adiknya saja, nada bicaranya sudah naik satu oktaf, apalagi nanti perlakuannya padaku, batin Ory. Rasa-rasanya Ory mulai menyesal mengikuti ide sesat Intan ini.

"Ahelahhh bukan soal itu kali, Bang. Kenalin ini sahabat lamaku Ory, dia mau ngelamar jadi Asisten Abang. Waktu itu kan Abang pernah bilang sama Ayah mau cari asisten tambahan selain Mbak Clara."

Perlahan tatapan Bima mulai beralih dari Intan kepada Ory. Ah ternyata benar dugaannya. Ini adalah mahluk cantik imut yang sama rupanya. Sebenarnya dari sejak gadis cantik itu masuk keruangan ini, Bima sudah penasaran setengah mati dengan nya. Dia seolah-olah pernah melihatnya, tapi lupa entah dimana. Dan saat mendengar nama Ory yang disebut oleh adiknya, langsung terang benderang lah ingatan Bima akan makhluk cantik ini.

"Jadi kamu anak cengeng yang menumpahkan es cream di baju seragam saya dulu ya? Besar juga nyali kamu berani melamar jadi asisten Saya?" Bima mulai memiringkan kepalanya, menatap tajam mata bulat almond Ory.

Nah bener kan? Belum apa-apa saja dia sudah mengingat jelas kesalahan fatalnya dulu. Kalau begini ceritanya lebih baik dia menyerah sajalah.

"Maaf Bang Bima. Saya nggak jadi deh ngelamarnya. Saya permisi dulu ya Bang."

Ory langsung bangkit dan menggamit lengan Intan berniat kabur secepatnya dari kantor Bima.

"Mau kemana kamu? Baru di gertak sedikit saja kamu sudah menyerah. Dasar mental kerupuk kamu ini Ry. Bagaimanalah manusia seperti kamu ini akan mampu bertahan menghadapi seribu satu macam karakter dari client-client Saya, kalau sedikit sentilan dari saya saja sudah membuat kamu down."

Bima menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Ory lekat-lekat.

"Begini saja, saya tidak bisa memberikan posisi kamu sebagai asisten saya, dikarenakan sebagai asisten saya kamu akan dituntut bekerja 10 jam, mulai dari pukul 8 pagi sampai pukul 6 sore. Satu lagi, Saya membutuhkan semua pikiran dan konsentrasi kamu hanya untuk kasus-kasus hukum yang sedang saya tangani, dan itu tidak akan mungkin bisa kamu laksanakan mengingat statusmu yang masih seorang pelajar.

Tapi saya akan memberi kamu kesempatan sebagai OG pribadi saya. Kamu datang kesini pukul 2 sore sampai batas saya pulang kantor, maksimal pukul 7 malam selambat-lambatnya. Saya akan menggaji kami sesuai UMR ditambah bonus, bila kamu berhasil memuaskan saya. Deal?" Ory melihat Bima mengajukan tangannya untuk bersalaman.

Sejenak Ory berfikir, tidak ada salahnya dia mencoba dulu pekerjaan ini, secara dia memang sangat membutuhkan uang untuk membiayai sekolah dan kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak mau menyusahkan Bik Asih yang sudah begitu baik selama ini kepadanya.

"Ok Deal."

Dengan mantap Ory langsung menjabat erat lengan besar Bima.

"Satu hal lagi yang ingin Saya ketahui, bukannya kamu ini putri tunggalnya Pak Restu Wiryawan?walaupun saya tahu ayahmu baru saja meninggal, tapi kan seharusnya tidak akan langsung membuat kamu miskin dalam waktu sebulan saja."

Si Bon cabe mulai keluar nyinyirnya.

"Ya bisalah Bang, kalau ibu tiri Ory yang seperti nenek sihir itu menguasai semua harta dan asset-asset ayahnya."

Ini lah salah satu sifat Intan yang sangat disukai oleh Ory. Dia bisa merangkap menjadi juru bicara Ory tanpa diminta sekalipun. Sifat kepo dan setia kawannya memang juara.

Akhirnya Ory lega, seharian ini dia bisa menyelesaikan semua urusannya dengan mulus dan sesuai rencana.

A new day has come.

Ory menyemangati dirinya sendiri. Sekarang waktunya pulang!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mardiati Badri
waaahhh... ternyata bima bapaknya si kiran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status