Share

PART 7

Auteur: Natalia Yeang
last update Dernière mise à jour: 2021-07-06 19:42:46

Jonathan memutuskan panggilan. Ia menoleh ke belakang, keningnya mengernyit, "Kenapa berdiri di situ? Kemarilah!" serunya tajam kepada Hana.

Suara Jonathan terdengar nyaring! Semua orang memerhatikan mereka. Lebih tepatnya ke arah Hana. Tatapan para wanita-wanita di sekeliling seolah-olah mengatakan, 'Siapakah wanita dekil itu? Kenapa ia bisa berada dekat dengan pria tampan itu?' seolah memandang rendah padanya.

Hana menundukkan kepalanya lalu melangkah maju mendekati Jonathan.

"Jangan jauh-jauh! Bagaimana kalau kamu tiba-tiba diculik? Saya kan belum puas ..." Ucapan Jonathan terhenti. Bola matanya bergerak kesana dan kemari. Ia menyadari semua telinga yang ada di sekitar mendengarnya. Ia lalu  terkekeh, "Belum puas mengenalmu lebih jauh," bohongnya sambil tersenyum lalu merangkul bahu Hana.

Para orang tua tertawa mendengar ucapan Jonathan barusan sementara wanita-wanita muda lainnya saling berbisik.

"Astaga, wanita itu beruntung sekali mendapatkan pria tampan dan romantis seperti dia."

"Iya, padahal wajah wanitanya biasa-biasa saja."

"Kalau aku jadi pria itu, aku pasti akan mencari wanita yang lebih cantik dari itu."

"Palingan pria itu sudah diguna-guna,"

"Ish. Miris sekali."

Begitulah kira-kira ucapan yang di tangkap oleh indra pendengar Hana. Ia sedih sekaligus malu. Malu terhadap penampilannya.

Jonathan melepaskan rangkulannya lalu memegang tangan Hana. "Ayo masuk," ajaknya kemudian membawa Hana masuk ke dalam taksi. Sebenarnya ia juga tidak tahan mendengar perkataan  para wanita-wanita sok cantik itu. Apa mereka tidak bisa berkaca? Hana bahkan lebih cantik dan imut dibandingkan mereka. Apa hanya ia yang melihatnya seperti itu?

Jonathan ingin membalas ucapan mereka tetapi rasa gengsinya terlalu tinggi. Bagaimana kalau Hana berpikir bahwa ia membelanya? Wanita itu pasti akan terbawa perasaan. Dan Jonathan tidak menginginkan hal itu.

"Jalan, Pak,"  perintah Jonathan. Sopir tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya keluar dari wilayah bandara, membelah jalanan padat ibu kota pada malam hari.

Setelah beberapa jam terjebak macet, akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Hana melirik ke luar. Penampakan rumah di hadapannya sekarang tidak terlihat dengan jelas karena terhalang gelapnya malam. Namun jika dilihat dari halamannya saja, Hana yakin ukuran rumah itu bukan main besarnya.

"Ini rumah Bapak?" tanya Hana.

"Hm." gumam Jonathan. Ia membayar ongkos taksi sejenak lalu beranjak keluar dari mobil.

"Wah, besar sekali," puji Hana kagum. Ia bergegas turun dari mobil lalu menyusul Jonathan. Setelah sampai di depan pintu, Jonathan menekan bel berulang-ulang hingga akhirnya pintu terbuka menampilkan seorang pria tampan blasteran dengan hanya mengenakan celana training panjang dan tanpa atasan, menampakkan perut kotak-kotaknya.

"Hey, dude! What are you doin here?" ucap pria itu sambil memegang segelas  cocktail.

Jonathan mendengkus, "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di rumahku, Bill?!"

Pria yang diketahui bernama Billy tersebut tertawa lalu memeluk Jonathan, mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan Jonathan barusan. "I miss you so much, brother!" ucapnya.

Jonathan memasang wajah kusut. Ia mengurai pelukan dalam sekali hentakan hingga minuman Billy jatuh berceceran di lantai. Jonathan membuang napas kasar. "Aku yakin kedatanganmu ke sini pasti ada alasannya. Apa semua wanita-wanitamu itu sudah tidak mau menampungmu lagi, huh?"

"Bukannya mereka tidak mau menampungku lagi, mereka hanya ..." Billy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung akan menjawab apa. Karena faktanya ia memang telah diusir oleh semua wanita-wanita malamnya karena ketahuan selingkuh. Billy tidak tahu siapakan gerangan yang memberitahu semua wanita-wanita itu hingga serempak mengusirnya. "Mereka hanya— Oh, Hey! Siapa ini?" Billy beralih karena menyadari keberadaan Hana.

Hana yang sedari tadi hanya diam dan mendengar, kini tersenyum. Ia mengulurkan sebelah tangannya. "Ha—"

"Jangan pegang-pegang!" Belum selesai Hana menyapa, Jonathan tiba-tiba berdecak dan menepis tangan Hana dengan melayangkan tatapan tajamnya pada Billy

Billy memutar matanya. "Oh,.ayolah! Kami hanya akan berkenalan bukannya tidur seranjang," protes Billy. Ia mengulurkan tangannya sekali lagi.

Lagi-lagi Jonathan menepis tangan Billy. Ia mendelik. "Biar aku saja yang mengenalkan kalian. "Ini Hana," beri tahu Jonathan singkat dan tak ikhlas kepada Billy. Billy ingin memprotes namun Jonathan langsung melirik Hana, dan berkata, "Kenalkan. Pria jelek ini bernama Billy. Dia adalah adik kandungku tapi sayangnya aku tidak pernah menganggapnya sebagai adik. Jangan coba-coba untuk mendekatinya. Dia playboy cap kuda," jelas Jonathan penuh peringatan.

"Tidak heran lagi, dia memang seperti kuda. Menyemprotkan spermanya ke sembarang lubang. Jadi berhati-hatilah selama dia di rumah ini. Lagipula miliknya tidak lebih ganas dibandingkan milikku. Aku yakin kamu tidak akan tertarik," tambah Jonathan dengan sangat sarkas

Billy tergelak sambil memegang perutnya, "Astaga … memangnya dia tahu seberapa ganas milikmu?" tanya Billy.

Jonathan terkekeh, "Tentu saja dia tahu." Ia melirik Hana, "aku yang pertama kali tidur dengannya."

Ucapan Jonathan barusan sontak membuat Billy seketika menghentikan tawanya. "Dia ..." Billy melirik Hana sejenak lalu kembali bertatapan dengan Jonathan, "..sudah tidak perawan?"

Hana tidak tuli. Ia mendengar ucapan Billy. Entahlah, Hana sakit hati namun memang begitulah faktanya. Sudahlah, Hana ikhlas. Biarkan saja dunia mengetahui tentangnya.

Jonathan tidak menjawab dan lebih memilih tertawa kecil. Ia merangkul pinggang Hana posesif lalu membawanya masuk ke rumah, meninggalkan Billy yang tampak terdiam seribu bahasa.

***

Hana yang sedang tertidur merasa terganggu saat mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya.

"Apa dia sudah bangun?"

"Sstt ...jangan keras-keras. Pak Jonathan akan marah jika dia terbangun karena kita. Kita harus menunggunya."

"Baiklah. Tapi dia tidur lama sekali."

"Biarkan saja. Semalam ia harus melayani nafsu pak Jonathan yang gila akan seks itu. Dia pasti lelah sekali."

"Ssttt!!! Jangan berbicara seperti itu. Bagaimana kalau Pak Jonathan mendengarnya?"

"Diamlah kalian berdua!"

"Oh, dia bangun, dia bangun!"

Hana membuka matanya saat mendengar suara berisik itu lagi Penglihatannya masih buram, ia mengucek-ngucek matanya dengan kedua tangan dan mengedipkan matanya berulang-ulang hingga penglihatannya kembali normal.

"SELAMAT PAGI!!!!"

Hana tersentak kaget. "Siapa kalian?" ucapnya sambil menarik selimut hingga ke batas leher untuk menutupi tubuh polosnya. Terdapat tiga orang wanita dengan pakaian ala-ala pelayan istana, tengah berdiri di samping kasur sambil menatapnya.

"Oh, no no no no! Jangan khawatir - jangan khawatir. Kami disini hanyalah pembantu biasa, bukan penyihir. Jadi Nona tidak perlu setakut itu," sahut seorang pelayan sambil memamerkan deretan giginya yang rapi. Pelayan yang satu ini terlihat lebih ceria dibandingkan dua orang sampingnya. Ia juga terlihat paling muda.

"Luna! Jangan berkata seperti itu. Kamu akan membuatnya risih," sahut seorang pelayan yang wajahnya kelihatan lebih tua. Ia memakai kacamata minus. Penampilannya terkesan manis dan dewasa.

"Biarkan kami memperkenalkan diri, Nona. Apa Nona tidak keberatan?" tanya pelayan yang terakhir. Penampilannya tampak seksi dan berani. Hana yang masih dalam keadaan terkejut, hanya menganggukkan kepala sekenanya.

Ketiga pelayan itu mulai memperkenalkan diri satu persatu. Dimulai dari yang wajahnya terlihat muda tadi. "Saya Luna, diantara kami bertiga, saya adalah maknae disini. Saya penggemar beratnya BTS. Member favorit saya itu Jeon JungKook! Dia itu unyu sekaligus tampan. Dia juga member terkuat diantara para Hyung-hyung nya. Selain itu saya juga suka sama RM. Cara dia memimpin timnya itu luar biasa sekali. Oh iya, Kemarin saya sempat ke konsernya BTS loh," cengir pembantu bernama Luna tersebut.

Hana mengernyitkan kening, tidak paham sama sekali dengan ucapan Luna. Pelayan selanjutnya pun maju. "Selamat pagi, Nona. Perkenalkan nama saya Melisa." Pelayan satu ini bersuara dengan nada rendah dan sensual. "Jika nona bertanya siapakah wanita terseksi ulalah di dunia ini, maka jawabannya adalah MELISA MONTANA. Selain cantik dan seksi, saya juga bisa melakukan apapun yang diperintahkan. Memasak, mencuci, memandikan, memakaikan baju, mendandani, dan lain lain. Semua itu ada dalam bakat saya." Melisa menutup perkenalannya dengan menunduk hormat ala-ala putri Eropa.

Setelah itu, pelayan yang tertua-pun mulai memperkenalkan diri, sebelum itu ia terlebih dahulu tersenyum. "Selamat pagi, Nona. Perkenalkan nama saya Marlina. Saya adalah pelayan tertua sekaligus penasihat utama semua pembantu disini. Nona bisa memanggil saya kapanpun anda membutuhkan saya," ucap Marlina seraya mengulas senyum.

Hana menggaruk kepalanya, "Saya Hana ... Kalian tidak usah memanggil saya nona. Cukup panggil Hana saja. Dan untuk apa kalian disini?" tanya Hana masih terheran-heran.

"Kami diperintah pak Jonathan untuk mengubah penampilan Nona pagi ini."

Hana mengernyit. "Mengubah? Maksud kalian?"

Ketiga pembantu itu serempak tersenyum misterius. Dan selanjutnya...

"Aaaa ... Mau dibawa kemana saya? Kenapa kalian mengangkat saya?" teriak Hana sambil mencengkram kuat selimutnya agar tidak melorot dari tubuhnya yang tidak mengenakan apa-apa. Oh, tidak! Dia akan dibawa ke kamar mandi!

***

Hana keluar dari rumah dengan risih. Ia harap gaun yang ia kenakan tidak terlalu pendek. Ia juga kesusahan berjalan karena tidak biasa memakai hak sepatu. Padahal tinggi hak sepatu tersebut tidak terlalu tinggi. Hana ingin menggantinya dengan sendal biasa saja tapi ketiga wanita itu memaksanya untuk tetap memakai sepatu ini.

Hana menghentikan langkahnya seketika dan hanya berdiri di ambang pintu saat menyaksikan penampakan di hadapannya sekarang. Jonathan tengah bersender di mobil mewah miliknya dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pria itu tampak tersenyum puas menyaksikan penampilan Hana.

        Hana menggigit bibir merahnya. Ia melangkah dengan pelan dan ragu. Dadanya tiba-tiba berdebar kencang menyaksikan senyuman tampan Jonathan. Kemanakah ia akan membawanya pergi? pikir Hana.

Jonathan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Hana kini sudah berdiri di sampingnya. "Are you ready?" tanya Jonathan dengan bahasa inggris kental.

Hana terdiam, Tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jonathan barusan.

Jonathan tertawa kecil. Ia mengacak-acak rambut Hana pelan agar tidak berantakan. "Astaga, begitu saja tidak mengerti. Ayo." Jonathan membukakan pintu mobil untuk Hana agar segera masuk.     

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • The Victim   EXTRA PART 2

    "Begitulah cerita hidup saya."Seorang wanita berdiri di hadapan ratusan mahasiswa yang sedang duduk dan mendengarkan kisahnya. Hari ini ia diundang oleh sebuah kampus ternama untuk menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar. Hana diminta untuk memberikan kiat-kiat menjadi pebisnis muda dan cara agar menjadi pengusaha sukses. Namun bukannya memberikan tips-tips itu, Hana malah menceritakan dongeng kepada mahasiswa dan mahasiswi di hadapannya. Ya, dongeng tentang pengalaman hidupnya.Suara tepuk tangan menggema dengan keras di ruangan itu dan berlangsung lama. Semua orang memandang takjub pada Hana sambil berteriak memujinya. Kisah hidupnya begitu pilu namun ia bisa menghadapinya dan bangkit menjadi lebih kuat lagi."Anda sangat luar biasa!"Hana tersenyum ke arah mahasiswa yang berteriak kepadanya itu. "Terima kasih," ucapnya sambil menundukkan kepala. Suara tepuk tangan semakin meriah.Namun ada satu mahasiswi yang tiba-tiba mengangkat

  • The Victim   EXTRA PART 1

    Billy sedang bersedekap dengan kedua tangannya di dada. Ia menatap Jonathan dengan ekspresi dongkol."Berhenti tersenyum, Jonathan! Kamu membuat perutku mulas," omel Billy tak suka melihat saudaranya yang tengah dilanda kebahagiaan luar biasa itu.Jonathan semakin melebarkan senyumannya. Tak peduli dengan ucapan Billy. Bagaimana ia tak bahagia? Besok ia akan segera melaksanakan pernikahannya dengan Hana dan mereka secara resmi akan menjadi suami istri. Jonathan sudah tidak sabar untuk membangun keluarga baru bersama Hana dan Axel."Ya, Tuhan, aku benci sekali dengan ekspresi itu." Billy semakin jengkel. "Aku harap besok akan ada hujan dan badai. Agar kalian tidak jadi menikah."Jonathan tersenyum, "Biasanya doa orang tidak ikhlas tidak akan dikabulkan Tuhan." Dan Billy hanya menghela napas kasar. Ia hendak meninggalkan Jonathan seorang diri namun langkahnya tertahan saat Jonathan tiba-tiba memanggilnya."Billy?"Billy menoleh, "Hm?""

  • The Victim   PART 50

    Billy menyandarkan tubuhnya di dinding sambil melipat kedua lengannya di dada, menyaksikan Jonathan yang tengah mengemas pakaiannya ke dalam koper besar. Billy menghela napasnya kasar. "Jonathan bodoh!"Jonathan menghentikan kegiatannya dan menatap Billy balik. "Apa katamu?""JONATHAN BODOH. AKU MENGATAKANMU BODOH. TULI?"Jonathan melempar pakaian yang ia pegang dengan kasar. Merasa emosi mendengar hal itu. "Ada masalah denganku, orang miskin?"Billy berjalan santai ke kasur dan merebahkan bokongnya. "Aku hanya tidak paham denganmu, Jonathan. Untuk apa kamu melakukan semua ini? Maksudku ... kamu menyelamatkan Hana dan melindungi Axel serta keluarganya. Kenapa tiba-tiba ingin pergi? Langkahmu sudah jauh, bro. Kalau aku adalah kamu, mungkin aku sudah meminta restu keluarga Hana untuk menikahinya lalu membangun keluarga bahagia."Jonathan diam tak menjawab."Buka kembali otak tololmu itu, Jonathan," lanjut Billy, "ini adalah kesempatan

  • The Victim   PART 49

    Semua kamera mengarah kepada wanita yang sedang berjalan menuju meja Pers. Para wartawan sudah stand by di tempatnya masing-masing, bersiap-siap untuk merekam dan mengambil gambar. Hana menarik napas panjang dan membuangnya perlahan, menghilangkan kegugupan di dadanya. Seperti biasa, rentetan pertanyaan terus berdatangan dari para wartawan. MC menenangkan suasana agar Hana bisa menjawab satu - persatu.Tenanglah, Hana. Ia menarik napas lagi lalu mengangguk. Aku bisa melakukannya, batinnya."Bisa Anda ceritakan kejadian yang menimpa Anda sebenarnya?" tanya salah seorang dari puluhan wartawan yang ada di tempat itu.Hana mengangguk lalu meraih mic dengan berani."Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Florentina Hana, Ceo cabang DELOXA di Jakarta. Saya berdiri disini untuk menjawab dan memberikan pernyataan terkait peristiwa yang menimpa saya yang membuat orang - orang menjadi heboh. Seb

  • The Victim   PART 48

    "Kamu tidak apa - apa?" Agung memberikan tisu kepada Hana yang baru saja mendaratkan bokongnya di mobil. Matanya terlihat sangat sembab. "Aku tidak apa - apa." Hana menerima tisu itu dan menyeka air matanya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya. Mencoba menenangkan diri."Bagaimana? Apa yang mereka katakan?" tanya Agung.Hana menggeleng, "Tidak penting. Semuanya hanya omong kosong. Aku tidak akan mempercayai mereka lagi."Agung mengangguk paham. "Apa mereka mengatakan sesuatu tentang anak kepadamu?"Hana terdiam sambil memilin tisu di tangannya.Agung terdiam beberapa saat, memerhatikan wajah Hana. "Apa kamu—""Anakku sudah meninggal. Bukankah kamu mengatakannya begitu kepadaku?" sela Hana. "Aku hanya sedih saja ketika teringat akan anak tidak berdosa itu. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir."Agung menepuk pundak Hana pelan. "Aku turut bersedih untukmu. Ku mohon jangan lagi mengingatnya. Sekarang sudah ada aku. Kit

  • The Victim   PART 47

    Suasana menjadi heboh setelah Hana tiba-tiba menampar wajah Jonathan di depan semua orang. Jonathan memegang sisi wajahnya sambil menatap ke arah wanita itu. Datar. Wanita itu memandangnya dengan tatapan datar dan dinginnya. Seolah Jonathan adalah orang asing di matanya. Ya, ia seperti tidak pernah mengenal Jonathan. Tapi tidak mungkin bukan yang Jonathan lihat di depannya ini adalah hantu? Hana-nya benar-benar nyata!Aku merindukanmu. Jonathan menahan air matanya untuk tidak mengalir. Ia hendak meraih tubuh Hana kembali, namun tubuhnya segera ditarik oleh para petugas keamanan yang berjaga.Jonathan berusaha memberontak, namun kekuatan orang-orang itu lebih besar darinya. Mereka membawa Jonathan menjauh dari meja pers."Hana! Ini aku, Jonathan!" teriak Jonathan sembari berusaha melepaskan diri. "Hana!" Yang diteriaki malah membuang mukanya, tidak ingin menatap Jonathan."Hana!" Jonathan mengerahkan seluruh tenaganya. Namun, pria-pria berba

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status