Share

PART 7

Jonathan memutuskan panggilan. Ia menoleh ke belakang, keningnya mengernyit, "Kenapa berdiri di situ? Kemarilah!" serunya tajam kepada Hana.

Suara Jonathan terdengar nyaring! Semua orang memerhatikan mereka. Lebih tepatnya ke arah Hana. Tatapan para wanita-wanita di sekeliling seolah-olah mengatakan, 'Siapakah wanita dekil itu? Kenapa ia bisa berada dekat dengan pria tampan itu?' seolah memandang rendah padanya.

Hana menundukkan kepalanya lalu melangkah maju mendekati Jonathan.

"Jangan jauh-jauh! Bagaimana kalau kamu tiba-tiba diculik? Saya kan belum puas ..." Ucapan Jonathan terhenti. Bola matanya bergerak kesana dan kemari. Ia menyadari semua telinga yang ada di sekitar mendengarnya. Ia lalu  terkekeh, "Belum puas mengenalmu lebih jauh," bohongnya sambil tersenyum lalu merangkul bahu Hana.

Para orang tua tertawa mendengar ucapan Jonathan barusan sementara wanita-wanita muda lainnya saling berbisik.

"Astaga, wanita itu beruntung sekali mendapatkan pria tampan dan romantis seperti dia."

"Iya, padahal wajah wanitanya biasa-biasa saja."

"Kalau aku jadi pria itu, aku pasti akan mencari wanita yang lebih cantik dari itu."

"Palingan pria itu sudah diguna-guna,"

"Ish. Miris sekali."

Begitulah kira-kira ucapan yang di tangkap oleh indra pendengar Hana. Ia sedih sekaligus malu. Malu terhadap penampilannya.

Jonathan melepaskan rangkulannya lalu memegang tangan Hana. "Ayo masuk," ajaknya kemudian membawa Hana masuk ke dalam taksi. Sebenarnya ia juga tidak tahan mendengar perkataan  para wanita-wanita sok cantik itu. Apa mereka tidak bisa berkaca? Hana bahkan lebih cantik dan imut dibandingkan mereka. Apa hanya ia yang melihatnya seperti itu?

Jonathan ingin membalas ucapan mereka tetapi rasa gengsinya terlalu tinggi. Bagaimana kalau Hana berpikir bahwa ia membelanya? Wanita itu pasti akan terbawa perasaan. Dan Jonathan tidak menginginkan hal itu.

"Jalan, Pak,"  perintah Jonathan. Sopir tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya keluar dari wilayah bandara, membelah jalanan padat ibu kota pada malam hari.

Setelah beberapa jam terjebak macet, akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Hana melirik ke luar. Penampakan rumah di hadapannya sekarang tidak terlihat dengan jelas karena terhalang gelapnya malam. Namun jika dilihat dari halamannya saja, Hana yakin ukuran rumah itu bukan main besarnya.

"Ini rumah Bapak?" tanya Hana.

"Hm." gumam Jonathan. Ia membayar ongkos taksi sejenak lalu beranjak keluar dari mobil.

"Wah, besar sekali," puji Hana kagum. Ia bergegas turun dari mobil lalu menyusul Jonathan. Setelah sampai di depan pintu, Jonathan menekan bel berulang-ulang hingga akhirnya pintu terbuka menampilkan seorang pria tampan blasteran dengan hanya mengenakan celana training panjang dan tanpa atasan, menampakkan perut kotak-kotaknya.

"Hey, dude! What are you doin here?" ucap pria itu sambil memegang segelas  cocktail.

Jonathan mendengkus, "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di rumahku, Bill?!"

Pria yang diketahui bernama Billy tersebut tertawa lalu memeluk Jonathan, mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan Jonathan barusan. "I miss you so much, brother!" ucapnya.

Jonathan memasang wajah kusut. Ia mengurai pelukan dalam sekali hentakan hingga minuman Billy jatuh berceceran di lantai. Jonathan membuang napas kasar. "Aku yakin kedatanganmu ke sini pasti ada alasannya. Apa semua wanita-wanitamu itu sudah tidak mau menampungmu lagi, huh?"

"Bukannya mereka tidak mau menampungku lagi, mereka hanya ..." Billy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung akan menjawab apa. Karena faktanya ia memang telah diusir oleh semua wanita-wanita malamnya karena ketahuan selingkuh. Billy tidak tahu siapakan gerangan yang memberitahu semua wanita-wanita itu hingga serempak mengusirnya. "Mereka hanya— Oh, Hey! Siapa ini?" Billy beralih karena menyadari keberadaan Hana.

Hana yang sedari tadi hanya diam dan mendengar, kini tersenyum. Ia mengulurkan sebelah tangannya. "Ha—"

"Jangan pegang-pegang!" Belum selesai Hana menyapa, Jonathan tiba-tiba berdecak dan menepis tangan Hana dengan melayangkan tatapan tajamnya pada Billy

Billy memutar matanya. "Oh,.ayolah! Kami hanya akan berkenalan bukannya tidur seranjang," protes Billy. Ia mengulurkan tangannya sekali lagi.

Lagi-lagi Jonathan menepis tangan Billy. Ia mendelik. "Biar aku saja yang mengenalkan kalian. "Ini Hana," beri tahu Jonathan singkat dan tak ikhlas kepada Billy. Billy ingin memprotes namun Jonathan langsung melirik Hana, dan berkata, "Kenalkan. Pria jelek ini bernama Billy. Dia adalah adik kandungku tapi sayangnya aku tidak pernah menganggapnya sebagai adik. Jangan coba-coba untuk mendekatinya. Dia playboy cap kuda," jelas Jonathan penuh peringatan.

"Tidak heran lagi, dia memang seperti kuda. Menyemprotkan spermanya ke sembarang lubang. Jadi berhati-hatilah selama dia di rumah ini. Lagipula miliknya tidak lebih ganas dibandingkan milikku. Aku yakin kamu tidak akan tertarik," tambah Jonathan dengan sangat sarkas

Billy tergelak sambil memegang perutnya, "Astaga … memangnya dia tahu seberapa ganas milikmu?" tanya Billy.

Jonathan terkekeh, "Tentu saja dia tahu." Ia melirik Hana, "aku yang pertama kali tidur dengannya."

Ucapan Jonathan barusan sontak membuat Billy seketika menghentikan tawanya. "Dia ..." Billy melirik Hana sejenak lalu kembali bertatapan dengan Jonathan, "..sudah tidak perawan?"

Hana tidak tuli. Ia mendengar ucapan Billy. Entahlah, Hana sakit hati namun memang begitulah faktanya. Sudahlah, Hana ikhlas. Biarkan saja dunia mengetahui tentangnya.

Jonathan tidak menjawab dan lebih memilih tertawa kecil. Ia merangkul pinggang Hana posesif lalu membawanya masuk ke rumah, meninggalkan Billy yang tampak terdiam seribu bahasa.

***

Hana yang sedang tertidur merasa terganggu saat mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya.

"Apa dia sudah bangun?"

"Sstt ...jangan keras-keras. Pak Jonathan akan marah jika dia terbangun karena kita. Kita harus menunggunya."

"Baiklah. Tapi dia tidur lama sekali."

"Biarkan saja. Semalam ia harus melayani nafsu pak Jonathan yang gila akan seks itu. Dia pasti lelah sekali."

"Ssttt!!! Jangan berbicara seperti itu. Bagaimana kalau Pak Jonathan mendengarnya?"

"Diamlah kalian berdua!"

"Oh, dia bangun, dia bangun!"

Hana membuka matanya saat mendengar suara berisik itu lagi Penglihatannya masih buram, ia mengucek-ngucek matanya dengan kedua tangan dan mengedipkan matanya berulang-ulang hingga penglihatannya kembali normal.

"SELAMAT PAGI!!!!"

Hana tersentak kaget. "Siapa kalian?" ucapnya sambil menarik selimut hingga ke batas leher untuk menutupi tubuh polosnya. Terdapat tiga orang wanita dengan pakaian ala-ala pelayan istana, tengah berdiri di samping kasur sambil menatapnya.

"Oh, no no no no! Jangan khawatir - jangan khawatir. Kami disini hanyalah pembantu biasa, bukan penyihir. Jadi Nona tidak perlu setakut itu," sahut seorang pelayan sambil memamerkan deretan giginya yang rapi. Pelayan yang satu ini terlihat lebih ceria dibandingkan dua orang sampingnya. Ia juga terlihat paling muda.

"Luna! Jangan berkata seperti itu. Kamu akan membuatnya risih," sahut seorang pelayan yang wajahnya kelihatan lebih tua. Ia memakai kacamata minus. Penampilannya terkesan manis dan dewasa.

"Biarkan kami memperkenalkan diri, Nona. Apa Nona tidak keberatan?" tanya pelayan yang terakhir. Penampilannya tampak seksi dan berani. Hana yang masih dalam keadaan terkejut, hanya menganggukkan kepala sekenanya.

Ketiga pelayan itu mulai memperkenalkan diri satu persatu. Dimulai dari yang wajahnya terlihat muda tadi. "Saya Luna, diantara kami bertiga, saya adalah maknae disini. Saya penggemar beratnya BTS. Member favorit saya itu Jeon JungKook! Dia itu unyu sekaligus tampan. Dia juga member terkuat diantara para Hyung-hyung nya. Selain itu saya juga suka sama RM. Cara dia memimpin timnya itu luar biasa sekali. Oh iya, Kemarin saya sempat ke konsernya BTS loh," cengir pembantu bernama Luna tersebut.

Hana mengernyitkan kening, tidak paham sama sekali dengan ucapan Luna. Pelayan selanjutnya pun maju. "Selamat pagi, Nona. Perkenalkan nama saya Melisa." Pelayan satu ini bersuara dengan nada rendah dan sensual. "Jika nona bertanya siapakah wanita terseksi ulalah di dunia ini, maka jawabannya adalah MELISA MONTANA. Selain cantik dan seksi, saya juga bisa melakukan apapun yang diperintahkan. Memasak, mencuci, memandikan, memakaikan baju, mendandani, dan lain lain. Semua itu ada dalam bakat saya." Melisa menutup perkenalannya dengan menunduk hormat ala-ala putri Eropa.

Setelah itu, pelayan yang tertua-pun mulai memperkenalkan diri, sebelum itu ia terlebih dahulu tersenyum. "Selamat pagi, Nona. Perkenalkan nama saya Marlina. Saya adalah pelayan tertua sekaligus penasihat utama semua pembantu disini. Nona bisa memanggil saya kapanpun anda membutuhkan saya," ucap Marlina seraya mengulas senyum.

Hana menggaruk kepalanya, "Saya Hana ... Kalian tidak usah memanggil saya nona. Cukup panggil Hana saja. Dan untuk apa kalian disini?" tanya Hana masih terheran-heran.

"Kami diperintah pak Jonathan untuk mengubah penampilan Nona pagi ini."

Hana mengernyit. "Mengubah? Maksud kalian?"

Ketiga pembantu itu serempak tersenyum misterius. Dan selanjutnya...

"Aaaa ... Mau dibawa kemana saya? Kenapa kalian mengangkat saya?" teriak Hana sambil mencengkram kuat selimutnya agar tidak melorot dari tubuhnya yang tidak mengenakan apa-apa. Oh, tidak! Dia akan dibawa ke kamar mandi!

***

Hana keluar dari rumah dengan risih. Ia harap gaun yang ia kenakan tidak terlalu pendek. Ia juga kesusahan berjalan karena tidak biasa memakai hak sepatu. Padahal tinggi hak sepatu tersebut tidak terlalu tinggi. Hana ingin menggantinya dengan sendal biasa saja tapi ketiga wanita itu memaksanya untuk tetap memakai sepatu ini.

Hana menghentikan langkahnya seketika dan hanya berdiri di ambang pintu saat menyaksikan penampakan di hadapannya sekarang. Jonathan tengah bersender di mobil mewah miliknya dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pria itu tampak tersenyum puas menyaksikan penampilan Hana.

        Hana menggigit bibir merahnya. Ia melangkah dengan pelan dan ragu. Dadanya tiba-tiba berdebar kencang menyaksikan senyuman tampan Jonathan. Kemanakah ia akan membawanya pergi? pikir Hana.

Jonathan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Hana kini sudah berdiri di sampingnya. "Are you ready?" tanya Jonathan dengan bahasa inggris kental.

Hana terdiam, Tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jonathan barusan.

Jonathan tertawa kecil. Ia mengacak-acak rambut Hana pelan agar tidak berantakan. "Astaga, begitu saja tidak mengerti. Ayo." Jonathan membukakan pintu mobil untuk Hana agar segera masuk.     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status