Share

Bab 2. DIPAKSA BERCERAI

 "Apa yang sedang kalian lakukan?!" orang tersebut berkata dengan suara dingin, berintonasi tinggi dan penuh kemarahan.

 Elle sangat kaget. Suara yang terdengar itu jelas-jelas adalah suara Dicky, suaminya.

 Lampu utama kamar yang dinyalakan dengan tiba-tiba. Sinarnya sangat menyilaukan, membuat Elle menyipitkan mata. 

 "Di-Dicky?" setelah mata Elle beradaptasi dengan cahaya kini Elle bisa melihat Dicky suaminya itu sedang berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi sangat marah.

 'Jika Dicky sedang berdiri di samping ranjang lalu tadi aku melakukannya dengan siapa? Siapa yang memelukku sekarang?' batin Elle. Seketika kepala Elle menjadi kosong. Badannya gemetaran. Dia tidak bisa berpikir ataupun berkata-kata sepatah kata pun.

 Dicky menarik rambut Elle dengan kuat hingga Elle turun dari tempat tidur.

 "Dicky! Sakiitt ...." Elle mengerang kesakitan sembari menahan tangan Dicky agar tidak terus menarik rambutnya.

 Di saat tubuh Elle dihempaskan ke lantai oleh Dicky, Elle dapat melihat sosok pria asing yang tidak dia kenali sama sekali berada di tempat tidurnya.

 Pria itu berwajah sangat tampan, matanya gelap dan terlihat sorot mata dingin dari kedua matanya.

 Kini Elle bisa merasakan tubuhnya semakin gemetar dan mendingin. Pemandangan yang ada di depan mata membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

 "Bastard!" Dengan penuh kemarahan Dicky mengayunkan kepalan tangannya ke arah pria itu.

 Namun dengan sigap pria itu menahan pukulan dari Dicky dan memberikan pukulan balik ke wajah Dicky. Dicky pun langsung jatuh tersungkur di lantai, dia mengerang kesakitan.

 "Dicky—" Elle berteriak panik lalu berlari ke arah Dicky, dia ingin memeriksa keadaan Dicky.

 Pria asing itu mengernyitkan keningnya, dia menatap kami dingin. "Aku akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas."

 "Apa maksudmu?!" ucap Elle heran.

 Pria asing di atas tempat tidur Elle itu bukannya menjawab. Dia malah memberingsut turun dari tempat tidur, memakai pakaiannya yang tergeletak di lantai kemudian melangkah pergi keluar dari kamar. Ia mengabaikan semua yang berada di kamar.

***

 Tidak lama kemudian Henry Dirk dan Tania Oda—kedua orang tua Dicky—datang setelah mendengar laporan tentang kejadian di dalam kamar. Melihat kedua orang tua Dicky datang, Elle segera meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

 PLAK! 

 "Kamu perempuan yang tidak tahu malu!" Tania masuk dan langsung menampar Elle dengan keras hingga membuat tubuh Elle terjatuh di lantai. Dia juga memaki Elle.

 Elle merasakan darah segar mengalir di ujung bibirnya akibat tamparan keras itu. Namun, dia tetap tidak berani berkata apapun.

 "Resepsi pernikahan besok dibatalkan! Kami akan segera mengurus perceraian kalian. Sekarang pergi kamu dari sini!" Tania berteriak sembari menunjuk Elle. 

 Seketika mata Elle membulat. Dia terkejut dengan keputusan Tania.

 Kemudian ayah dan ibu Dicky mulai menghubungi tamu-tamu undangan untuk memberitahukan bahwa resepsi pernikahan telah dibatalkan.

 Dicky yang sedari tadi berada di dekat Elle hanya diam tidak berkata-kata. Dia melihat semuanya tetapi dia tidak melakukan apapun.

 Elle kecewa melihat sikap Dicky yang seperti itu. Hatinya hancur.

***

 Beberapa saat kemudian.

 "Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi Besan?"

 Elle yang tiba-tiba mendengar suara ibunya seketika menjadi membeku. Dia sangat cemas jika sampai ibunya mengetahui tentang kejadian hari ini.

 "Siapa yang kamu panggil besan! Pergi kalian dari sini! Cerai! Besok mereka akan bercerai!" Tania berteriak kepada ibu Elle.

 Mendengar hal itu wajah ibu Elle seketika menjadi pucat. "A-apa yang sebenarnya telah terjadi?"

 "Putri yang selama ini kamu banggakan telah berselingkuh! Dia tidur dengan pria lain di malam pertamanya. Apa kamu yang mengajarinya menjadi wanita murahan?! Kami tidak akan pernah mau mempunyai menantu wanita seperti itu! Kalian lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan kalian karena telah membuat malu keluarga kami," ucap Tania dengan penuh kemarahan.

 "El-Elle ... apa benar semua yang dikatakan oleh ibunya Dicky, Nak?" tanya Aida yang merupakan ibunda Elle. Tubuh Aida goyah sejenak, wajahnya semakin memucat tetapi matanya masih terbuka lebar menatap Elle.

 Belum sempat mendapatkan jawaban dari Elle, tiba-tiba tubuh Aida sudah ambruk di depan Elle.

 "Ibu!" Elle terkejut. Dia dengan segera menopang tubuh ibunya. Elle merasakan ketakutan yang teramat sangat. Aida mengidap penyakit jantung, dia tidak akan kuat menerima segala sesuatu yang buruk. Seperti kejadian saat ini.

 Tindakan pertolongan pertama segera Elle lakukan. Dia terus berusaha melakukan CPR* pada Aida.

 "Kenapa kalian semua diam saja! Cepat panggil ambulans!" Elle menangis dan berteriak kepada orang-orang yang berada di ruangan itu agar segera menghubungi ambulans.

***

 Aida telah sampai di rumah sakit. Elle menemani ibunya sepanjang malam. Setelah mendapatkan segala penanganan terkait penyakit Aida kini kondisi Aida mulai membaik. Dia bisa melewati masa kritisnya meskipun kini dirinya masih terpejam.

 Ceklek!

 Sang mentari baru saja menampakkan dirinya beberapa menit yang lalu tetapi Dicky dan kedua orang tuanya sudah tiba di kamar rawat Aida.

 "Dick—" belum sempat Elle melanjutkan kata-katanya, dia sudah di tarik keluar ruangan dengan paksa oleh mereka. Mereka terus menarik Elle untuk melangkah meninggalkan rumah sakit.

 Dicky dan kedua orang tuanya memaksa Elle untuk masuk ke kendaraan bersama mereka, mereka hendak mengajak Elle pergi ke suatu tempat.

 "Ki-kita mau pergi kemana? Aku harus menjaga ibu," tanya Elle gugup.

 "Sebaiknya tutup mulutmu wanita murahan," jawab Tania. Sedangkan Dicky yang berada di kursi pengemudi hanya melirik Elle yang berada di bangku belakang lewat spion tengah mobil dengan tatapan dingin.

 Saat kendaraan yang mereka naiki berhenti di area parkir sebuah gedung perkantoran pemerintah, Elle jadi mengetahui apa maksud mereka memaksanya untuk ikut. Mereka akan mengurus perceraiannya dengan Dicky.

 Langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung, seakan mengerti apa yang Elle rasakan dalam hati saat ini. 

 Elle tidak ingin bercerai tetapi dia tidak berani memohon. Suami mana yang bisa tahan setelah melihat sendiri istrinya telah berhubungan dengan pria lain, terlebih di malam pertama mereka. Tidak akan ada harapan.

 "Cepat turun!" Tania menarik paksa Elle agar keluar dari mobil lalu menyeretnya melangkah memasuki gedung tersebut.

 Kini Elle berada di salah satu ruangan gedung tersebut. Dia tengah didudukkan di sebuah kursi yang di depannya telah siap sebuah berkas di atas meja. 'Surat Pernyataan Cerai' itulah judul berkas yang sempat Elle lihat.

 Tania melempar sebuah pulpen di depan Elle. "Cepat! Segera tanda tangani," Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.

 Merasa sudah tidak ada harapan lagi, dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.

 Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle.

*** Bersambung ***

*CPR atau Cardiopulmonary Resuscitation adalah teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk orang-orang yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. Tindakan CPR yang disebut juga resusitasi jantung paru (RJP) tersebut juga bisa dilakukan pada orang yang tenggelam atau terkena serangan jantung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status