Share

Bertemu Dengan Kristan

"Bel lo yakin sama penampilan lo?" tanya Firly keheranan. Bukannya apa, penampilan Bella bisa dikatakan penampilan yang tidak layak bertemu dengan kekasih hati apalagi katanya laki-laki ini adalah calon suaminya.

Bella memeriksa penampilannya dari kaca yang ada di dalam lift itu dimulai dari atas sampai ke bawah. Semua terkesan natural, tidak ada riasan atau pun gaun malam wah yang biasa Bella pakai untuk ke pesta. Malahan yang Bella pakai saat ini adalah outfit coklat dengan celana bahan hitam. Terkesan pekerja kantoran.

Tak hanya itu rambut Bella yang seharusnya tertata rapi sekarang malah kelihatan berantakan. Kebiasaan kalau sedang kerja, Bella selalu mengikat asal rambutnya dan itu berlangsung sampai mereka masuk ke dalam lift.

"Gue lupa rambut gue masih berantakan," Bella menyengir kemudian.

Firly mendecak gemas sementara Bella malah santai-santai saja membuka ikatan rambutnya yang membuat rambut yang berwarna kecoklatan tergerai indah sampai ke pinggang.

"Ly, lo tau kan kenapa gue nggak dandan buat ketemu tuh orang."

"Gue tau, lo itu emang antipati banget sama laki-laki. Siapa pun itu dan itu termasuk calon suami lo ini. Makanya begitu ada kata nikah di sini, lo langsung ciut atau mending kabur aja. Bener nggak apa kata gue? Dari keluar ruangan juga lo udah kelihatan nggak semangat banget. Kayak orang abis putus padahal mah belum sama sekali."

"Hm ... makanya dengan begini. Semoga laki-laki itu bisa ilfeel sama gue dan akhirnya dia mau batalin nikah. Hahaha. Ide gue cemerlang amat ya kadang-kadang."

"Lo serius nggak mau nikah sama dia? Dia itu laki-laki sempurna Bella. Kurang apa coba? Dia kaya, tampan, pinter, masa depan lo bakal cerah. Masa lo lepasin gitu aja. Sayang banget kan."

"Mau dia tajir kek. Gue nggak peduli. Yang jelas gue udah nggak berminat buat nikah."

"Sampai kapan?"

"Ya gue nggak tau," kata Bella dengan acuh sambil mengangkat bahunya.

"Tragis banget sih hidup lo, Bel. Emang seharusnya tuh rival lo semasa SMA jangan pernah ada, biar dia nggak selalu bayang-bayangin hidup lo kayak gini. Biar lo bisa move on dan hidup bebas. Gue kasihan sama lo yang nggak bisa nikah gegara rival lo itu. Sebegitu hebatnya dia bikin lo nggak bisa move on."

"Ly ... udah deh. Jangan bahas itu. Gue makin kesal rasanya dengar dia lagi."

Tring... 

Bunyi lift terdengar bertepatan selesainya pembahasan kami yang menyangkut masalah move on ini. Bella melihat jam tangannya dan jarum jam menunjukkan pukul 8 malam. Bella telat satu jam. Dan memang itu tujuannya saat ini. Biar laki-laki itu makin kesal terus menyudahi hubungan yang belum di mulai sama sekali. Bella terkekeh dalam hati begitu mengetahui rencana demi rencana untuk mengagalkan pernikahan ini. 

"Bel hati-hati lo," kata Firly sebelum berpisah. Dia berjalan ke arah mobilnya sementara Bella berjalan ke arah mobilnya. 

"Oke." Bella memberikan jempolnya pada Firly.

Begitu sampai di depan mobil. Bella masuk ke dalamnya dan bersiap untuk melaju ke resto yang tadi di bilang laki-laki itu. Bella pakai seatbeatnya lalu menyalakan mesin mobil itu dan kemudian menyalakan GPS untuk mencari dimana resto yang di maksud.

Bella akui memang Bella kuper, Bella sudah tinggal lama di kota ini. Tapi, tidak tau tempat mana pun itu. Masih butuh bantuan GPS untuk mencari tempat. Bella memang orang yang jarang pergi kemana-mana kecuali apartemen, kantor dan rumah Kakek. Hanya ketiga tempat itu yang ku ketahui. Selain itu, tidak sama sekali. 

Bella menulis nama resto itu di GPS. The Dairy Nick. Dan muncullah lokasi yang akan Bella tuju saat itu.

"Oke siap."

Bella pun melajukan mobilnya ke sana dengan kecepatan sedang. Tak lupa Bella nyalakan lagu kesukaannya untuk menemani perjalanan Bella kali ini. Setidaknya ada hiburan dalam perjalanannya. Jadi, Bella tidak kesepian.

Satu jam kemudian, perjalanan pun sampai tepat di depan resto The Dairy Nick. Bella memarkirkan mobilnya lalu keluar dari mobil. Sebelum keluar Bella semprotkan parfum kesayangannya terlebih dahulu biar tidak ketara kalau Bella baru pulang dari kantor dan belum mandi.

"Saya mau ketemu sama Pak Renaldi Kristan Moreno. Saya sudah ada janji sama beliau di tempat ini," ujar Bella ketika Bella masuk dan seorang pelayan menghampirinya. 

Dalam hati berdoa, semoga laki-laki itu sudah pergi sejak sejam yang lalu karna saat ini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam yang berarti Bella sudah telat sekitar dua jam dari perjanjian.

Bella yakin laki-laki itu nggak akan mungkin bisa bertahan selama itu hanya untuk menemuinya. Mustahil. Jika Bella yang di beri janji pun, kalau suruh menunggu adalah hal yang paling malas. Apalagi kalau sudah berjam-jam. Detik itu juga pasti Bella langsung tinggal. Namun semua keinginan itu tidak sesuai harapan. Kenyataannya Kristan masih ada di resto ini. Sialan.

"Oh Pak Kristan. Mari saya tunjukkan."

Bella berjalan di belakang pelayan itu sampai pada sebuah ruang ekslusive yang hanya di peruntukkan untuk kalangan kelas atas. Untuk sekelas Kristan memang tak perlu di ragukan lagi. Dia pasti memilih tempat berkelas ini karna memang untuk memperlihatkan siapa dia yang sebenarnya dan juga untuk kenyamanan yang dia punya. Bella mengangguk-anggukan sendiri atas semua asumsinya itu.

Begitu pintu itu terbuka. Ruangan wah terlihat. Tidak hanya nyaman tapi juga sangat elegan dan berkelas.Tampilan meja yang di tata sangat menarik, sebuah alunan musik melow terdengar dan juga beberapa pernak-pernik resto itu terdapat di sana.

"Silahkan masuk Nona. Tuan Kristan sudah menunggu."

Bella pun masuk dan melihat seorang laki-laki sedang berdiri melihat entah apa dari balik jendela. Dia berdiri membelakangi dengan tampilan yang cukup menarik. Dia tampil rapi, rambut spike yang kelihatan basah, memakai jas dan celana mahal. Tidak hanya itu, sepasang sepatu mengkilat di sana. Sedangkan Bella? Bella malah tampil sebaliknya. Pakaian kerja yang kusut dimana-mana dan rambut yang di rapikan ala kadarnya. Tidak se-perfect dia. 

"Ehem."

Bella berdeham demi membuatnya sadar kalau Bella sudah datang. Bella kira dia sudah pergi sejak tadi. Tapi, perhitungannya ternyata salah. Dia masih bertahan di sini dari jam yang sudah ditetapkan. Cukup menarik. Ternyata laki-laki ini sabar juga ya.

Laki-laki itu pun berbalik dan melihatnya. Dia menilai penampilan Bella yang datang hari ini. Ya Bella tahu Bella memang tidak secantik wanita-wanita diluar sana. Makanya dia menilai Bella dari atas sampai bawah dan tak lama kemudian dia menarik sudut bibirnya ke atas memunculkan smirk aneh dan itu membuat Bella sadar kalau dia ingin sekali Bella menendangnya saat itu juga.

"Bisa kita mulai acaranya. Aku ingin tau apa yang kamu inginkan sampai bisa Kakekku menerima perjanjian nikah itu."

Laki-laki itu melangkah elegan dengan suara gema kaki dari sepatunya itu ke arah kursi yang di peruntukkan untuk makan kami berdua. Dia mempersilakan Bella duduk dulu sebelum membahas masalah ini. Bella menuruti permintaannya untuk duduk dulu dan menunggu apa yang akan dia katakan.

Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan bersiap untuk bicara.

"Apa kamu tidak membaca apa yang ada di dalam surat itu. Kalau kedua pihak setuju akan pernikahan ini. Aku tidak menekan Kakekmu supaya aku bisa menikahimu. Tapi, Kakekmu sendiri yang datang ke kantorku memintaku untuk menikah sama kamu. Kamu tau alasannya apa?"

"Kamu pasti ingin mengenyahkan perusahaanku bukan. Makanya kamu mau menerima tawaran Kakek buat nikah sama aku. Aku tau sedari dulu kamu itu emang iri sama perusahaan Kakek. Makanya kamu nggak mau perusahaan Kakek berdiri. Dengan aku menikah sama kamu. Kamu bisa mengambil alih perusahaan aku atau bisa saja, kamu hilangkan begitu saja. Tapi, yang perlu kamu tau. Aku nggak akan tinggal diam."

Kristan menarik sudut bibirnya ke atas begitu Bella selesai berbicara. Seringainya terlihat jelas dan itu sangat mengerikan.

Gawat! Aku udah bangunin singa tidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status