Segala sesuatu yang ada di kamar itu adalah karya seni. Jika di dimensi modern maka ini semua karya klasik. Jika dijual pasti akan sangat mahal. Begitu pikir Liora ketika memperhatikan kamarnya sambil berbaring di atas ranjangnya yang super empuk. Liora sudah sampai di kamarnya setelah tadi diantar oleh Ernest. Dia sebenarnya tidak merasa lelah, tapi dia juga tidak menolak kebaikan ratu yang sudah mengkhawatirkannya. Selain itu dia juga tidak mau jika harus menjelaskan alasan sebenarnya kenapa dia melamun. Bisa besar kepala Zevariel jika mendengarnya. "Sejak hari itu dia jadi tidak menggangguku lagi. Damainya hidup ini... Uuukh...." Liora bergumam kemudian merentangkan tangannya ke atas. Hal yang dia lakukan ketika bermalas-malasan. Setiap hari Liora tidak pernah merasa bosan karena Ratu Seraphine menunjukkan dan menceritakan banyak hal kepada Liora. Penah suatu ketika di siang hari saat Liora dan Ratu sedang berjalan-jalan di taman, sesuatu melompat keluar dari tumpukan bunga yang
Segala sesuatu yang ada di kamar itu adalah karya seni. Jika di dimensi modern maka ini semua karya klasik. Jika dijual pasti akan sangat mahal. Begitu pikir Liora ketika memperhatikan kamarnya sambil berbaring di atas ranjangnya yang super empuk.Liora sudah sampai di kamarnya setelah tadi diantar oleh Ernest. Dia sebenarnya tidak merasa lelah, tapi dia juga tidak menolak kebaikan ratu yang sudah mengkhawatirkannya. Selain itu dia juga tidak mau jika harus menjelaskan alasan sebenarnya kenapa dia melamun. Bisa besar kepala Zevariel jika mendengarnya."Sejak hari itu dia jadi tidak menggangguku lagi. Damainya hidup ini... Uuukh...." Liora bergumam kemudian merentangkan tangannya ke atas. Hal yang dia lakukan ketika bermalas-malasan.Setiap hari Liora tidak pernah merasa bosan karena Ratu Seraphine menunjukkan dan menceritakan banyak hal kepada Liora. Penah suatu ketika di siang hari saat Liora dan Ratu sedang berjalan-jalan di taman, sesuatu melompat keluar dari tumpukan bunga yang ad
"Kenapa kau sudah pulang bocah!" Zevariel baru datang setelah menyelesaikan pekerjaannya."Kakk!" Mereka bersalaman dan berpelukan sebentar."Keluarga yang harmonis, antar kakak adik saja tidak saling memusuhi." batin Liora.Zevariel duduk di sebelah adiknya karena Liora duduk dengan Ratu."Apa pendidikanmu lancar?""Kakak serius menanyakan ini? Aku sangat bosan. Aku ingin cepat-cepat lulus. Huh! Mereka mengajarkan apa sih? Semuanya sangat mudah, memangnya aku anak kecil? Kak, apa standar pendidikan sekarang diturunkan?""Tidak, justru semakin ditingkatkan. Kepalamu saja yang tidak normal.""Aku anggap itu pujian, mau bagaimana lagi. Aku tidak juga tidak mengerti dengan kejeniusanku yang berlebihan ini.""Kau semakin sombong saja bocah!""Uugh... aku sudah bukan bocah kak!""Hei, tapi terlepas dari otakmu yang jenius. Apa kau masih gemetar saat menggenggam pedang?""Jangan meledekku! Huh, itu kan masa lalu. Tentu saja sekarang aku sudah bisa berpedang walaupun tidak sehebat kakak. Kak
Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden kesalahpahaman itu. Kini Liora sedang berada di taman sambil minum teh dengan Ratu. "Liora, kau belum bertemu dengan anakku yang satunya lagi kan?" Dia tidak kalah tampan dengan Zevariel. Anak-anakku itu semuanya memiliki rupa yang menawan, tapi sikapnya tidak ada yang beres." Ratu berkata sembari menerawang memikirkan anaknya, Beliau juga sesekali memijat kepalanya menandakan betapa pusingnya Beliau memiliki anak seperti mereka. "Tentu aja mereka rupawan, ibu juga sangat cantik." "Liora, kau tahu? Semenjak melahirkan anak-anakku baru kali ini aku mendengar pujian yang begitu tulus dari seorang anak. Anak perempuan memang yang terbaik, membesarkan anak laki-laki memang tidak ada gunanya." Rupanya istilah tidak ada gunanya membesarkan anak lelaki juga berlaku disini. Liora tertawa kecil. "Mereka pasti sangat menyayangi Ratu namun tidak mengerti cara untuk mengungkapkan rasa sayangnya." "Benar... oh Liora.. minggu depan aku memanggil desai
"Sayang... Tunggu sebentar dii sini, aku akan melihat apa yang terjadi." Liora menahan tangan Zevariel. "Sebentar saja sayangku.. apa sekarang kau tidak mau berpisah denganku walaupun sekejap?" "Tolong kurangi sikap dramatismu itu. Huh!" "Zevariel... Jangan terlalu marah..." "Bagaimana bisa aku tidak marah jika waktu berhargaku denganmu diganggu seperti ini?" Liora kemudian memeluk Zevariel. "Aku tahu kau pasti sangat marah, tapi jangan terlalu tersulut. Jangan sampai kau kehilangan kesadaranmu seperti kemarin." ucap Liora sembari mengeratkan pelukannya. (Ahh... rupanya Liora mengingat tragedi makan malam itu...) Zevariel tersenyum usil. "Kalau begitu kau tinggal menyadarkanku lagi kan?" "Tapi kau bisa saja melukai orang terdekatmu! kemarin saja kau hampir membunuh Javier. Hiks.." Zevariel mengepalkan tangannya. "Kenapa kau tiba-tiba menangis? Apa kau sebegitu khawatirnya aku melukai Javier?" "Aku mengkhawatirkanmu dasar bodoh!!" "Bagaimana jika mau menyesal setelah sadar
Kejadian itu tidak luput dari pandangan seluruh kesatria yang sedang berlatih di sana. Awalnya mereka menoleh saat mendengar Zevariel tertawa terbahak-bahak. Mereka baru pertama kali melihatnya. "Pangeran benar-benar tertawa? Pangeran yang itu?" ucap salah satu kesatria "Sepertinya kita berhalusinasi karena kelelahan." "Benar. Uugh aku merinding..." Begitulah perbincangan diantara mereka, sampai mereka menyaksikan Liora membalas Zevariel dengan serangan langsung. Mereka langsung syok sekaligus khawatir. "Astaga... kasihan sekali nona itu..." "Padahal beliau nona yang cantik dan baik hati..." "Bagaimana ini sepertinya Pangeran sangat marah." "Haruskah kita membela nona itu?" "Kau mau mati?" "Benar, jangan gila..." Zevariel menoleh, membuat mereka semua terdiam. Dia kemudian menggendong Liora dan berteleport ke kamarnya. Kepergian Zevariel dan Liora menimbulkan gosip lain. "Apa sekarang nona itu sedang dihukum oleh Pangeran?" "Sepertinya begitu..." "Kira-kira Pangeran aka