Masuk"Aku..""Tidak boleh." potong Luzark."Hei Luz, aku..""Aku tidak berniat menerimanya, Lio." potong Luzark lagi. "Jangan jawab, sekalipun kau jawab iya, tidak boleh. Jangan dia." ketus Luzark."Baginda Kaisar, keputusan anda sudah sangat tepat. Saya setuju." Morgan menimpali, dia mendadak menggunakan bahasa formal dan tutur katanya halus penuh hormat."Kau! Lepaskan dulu tangan sial*nmu itu!"Morgan dan Liora baru menyadari jika mereka sudah saling menggenggam tangan. Liora dengan cepat melepaskan tangannya dan memalingkan wajah, dia salah tingkah. Sedangkan Morgan, malah senyum tidak jelas dan duduk dengan tenang. Padahal beberapa saat lalu dia seperti akan mengamuk, tapi satu kalimat dari Luzark langsung membuatnya tenang."Baik, Baginda." Morgan menurut.Luzark bahkan sampai merinding melihat senyum kegirangan Morgan. Dan pukulan keras di bahu Luzark menyadarkannya betapa pedas tangan adik perempuannya itu."Kau mempermainkanku Luz!""Aduh, duh.. Lio maafkan aku." ratap Luzark.Per
"Aku mengatakannya hanya untuk menjawab pertanyaanmu. Aku tidak berharap perasaanku terbalas, jadi.. jangan merasa terbebani Liora. Aku harap kau bahagia, dengan siapa pun lelaki pilihanmu. Aku hanya ingin kau tahu Liora, aku.. sungguh tulus dengan perasaanku."Tanpa sadar, air mata mengalir di pipi Liora.Morgan menghampiri Liora, dia berlutut di depan Liora dan menyeka air mata gadis yang dicintainya dengan sapu tangannya. "Kenapa kau menangis? Apa aku mengatakan sesuatu yang membuatmu sedih?"Liora menggeleng, dia tidak menyangka jika perasaan Morgan padanya sedalam ini.Morgan menggenggam tangan Liora. "Maafkan aku, jangan menangis lagi." matanya kini terlihat berkaca-kaca.Hal yang paling Morgan benci, air mata Liora. Hatinya serasa ditusuk melihat mata indah gadisnya mengeluarkan air mata."Lalu kenapa kau meninggalkan aku dan malah nonton opera dengan Lucia?!""Aku pikir, aku harus menjauhkan gadis menyebalkan itu darimu agar penyamaranmu tidak terbongkar. Maaf.. aku tidak berm
"Wajahmu memerah." ucap Morgan datar, namun tatapannya terasa dalam."Kenapa kau kemari?" Liora memalingkan wajahnya.Morgan lalu menaruh strawberry sorbet di meja depan Liora. "Saya mengantar pesanan Tuan Putri yang sangat suka strawberry." ucap Morgan lembut.Mata Liora berbinar, tanpa ragu dia langsung mengambil sendok dan mencicipinya. "Hmmm, manis dan segar. Terimakasih Morgan!"Morgan duduk di kursi depan Liora. "Seenak itu?""Hm. Hm. Maaf Morgan, jangan harap aku mau berbagi. Yang ini tidak boleh." Liora menutupi mangkok sorbetnya posesif."Makan saja pelan-pelan, aku tidak akan memintanya." Morgan tersenyum geli dengan tingkah Liora.'Aku iri pada mangkok sorbet itu.' batin Morgan."Buku apa yang tadi kau baca?" Morgan mengambil buku yang tergeletak di atas meja.Liora berniat menghentikan Morgan, tapi terlambat.. tangan Morgan lebih cepat."Hmm?" setengah alis Morgan terangkat membaca judulnya. "Rahasia Sang Lady." gumam Morgan.Morgan membaca sebuah halaman yang ditandai Lio
Liora memutuskan untuk duduk di taman daripada di dalam cafe, dia merasa sesak di dalam sana. Liora mencoba untuk bersikap biasa, namun Morgan menyadari ada yang berbeda dari Liora.Morgan bertanya-tanya apa kira-kira yang menyebabkan perasaan Liora memburuk. 'Apa terjadi sesuatu saat aku tidak ada?' pikir Morgan.Morgan menoleh ke arah Rinos bersembunyi dan menanyakan padanya dengan isyarat, tapi Rinos malah menjawab 'Dasar Bodoh.'Morgan mencoba untuk membicarakan hal-hal yang menyenangkan dengan Liora, dan lama-lama Liora memang kembali tertawa. Tapi Morgan masih merasa ada sesuatu yang salah, tapi apa..Saat Morgan sedang bingung dengan pikiran, Zevariel datang menghampiri. Mereka berbincang dengan sangat akrab sambil mengenang masa lalu. Bahkan mereka menghabiskan waktu bersama menikmati festival di hari kedua ini.Morgan hanya bisa pasrah mengikuti keduanya dengan hati yang berkecamuk. Padahal dia kira, hari ini akan menjadi kencannya dengan Liora.Liora tertawa dan beberapa kal
Flashback on.Liora sangat antusias menantikan pertunjukkan opera pertama yang akan dia saksikan. Kali ini dia tidak menyamar sebagai rakyat jelata, namun seorang gadis bangsawan. Agar penyamarannya sempurna, Luzark memberinya sihir untuk mengubah warna rambutnya. Rambut perak Liora terlalu mencolok, dia akan langsung ketahuan.Luzark mengubah rambut Liora menjadi warna pirang, warna yang sangat umum di kekaisaran Luminous. Sementara rambut merah Morgan tetap dibiarkan apa adanya. Luzark sempat menyarankan pada Morgan untuk mengubahnya, tapi Morgan bersikeras bahwa tidak mungkin ada orang yang akan menyadari keberadaannya. Dia yang bukan siapa-siapa. Dan spekulasi Morgan, terbukti salah besar.Mereka juga berpakaian layaknya dua orang bangsawan yang sedang berjalan-jalan. Rambut Liora diikat sebagian ke belakang, dia memakai hiasan rambut berhiaskan bunga mawar dan liontin kecil yang dulu dipilihkan Morgan untuknya.Morgan tersenyum simpul melihat Liora mengenakan kalung pilihannya, y
"Ini perintah langsung dari Baginda Kaisar." jawab Morgan lirih, dia berhati-hati agar tidak terdengar orang lain."Tapi.. sepertinya kau terlalu menikmatinya?""Aku hanya menjalankan tugas." sahut Morgan singkat, dia tidak mau terpancing emosi dan menyebabkan masalah untuk Liora di tempat ramai seperti ini. Morgan yakin, Zevariel pasti sengaja memprovokasinya.Walaupun jawaban Morgan singkat, tapi Zevariel melihat hal lain dalam sorot mata Morgan. Binar matanya pada Liora, membuat amarah Zevariel kembali bangkit.Tatapan mata Morgan menyiratkan berbagai emosi yang mendalam pada Liora. Rasa pedulinya yang tinggi, perhatiannya tidak biasa, dan rasa ingin memilikinya yang tidak wajar.Zevariel semakin yakin, Morgan bukan hanya sekedar menjalankan perintah dan menjaga Liora. Tapi dia juga ingin memilikinya dan tidak berniat sedikit pun melepaskannya.'Dua orang ini, Liora dan Morgan.. setelah memperhatikan mereka dari dekat, mereka memiliki ikatan yang lebih kuat dari perkiraanku. Sepert







