GADIS KESAYANGAN OM ANDI

GADIS KESAYANGAN OM ANDI

last updateLast Updated : 2025-08-30
By:  BeeloversOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
9views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Memang salah, jatuh cinta pada Om sendiri?! Usiaku dengan Om Andi memang terpaut lima belas tahun. Tapi ... Soal cinta, hanya aku yang paling paham membuat Om Andi bahagia. Sekarang, kita sudah sama -sama dewasa dan menurutku menjadi kekasih Om Andi itu SAH walaupun ia sudah memiliki istri yang SAH. Fakta baru muncul, setelah aku tahu, kalau ternyata Om Andi itu hanya ...

View More

Chapter 1

PERASAAN YANG ANEH

Malam ini, Bunda Imel nampak sibuk sekali. Ia sejak siang hanya bergelut dengan alat -alat masak di dapur. Katanya, Kakek dan Nenek Imelda akan berkunjung ke rumah sederhana mereka ini karena Om Andi, adik Bunda Imel akan datang dari Jerman.

Denger -denger cerita sih, Om Andi ini sudah menikah dengan perempuan Indonesia yang tinggal di Jerman juga. Dan, yang Imelda dengar, Om Andi ini sekarang menjadi super ganteng. Maklum, Imelda agak lupa dengan wajah Om Andi, kenangan yang masih bisa di Imelda itu adalah saat ia akan tenggelam di sebuah kolam saat berada di Kampng, dan Om Andi inilah yang menyelamatkannya.

Ganteng? Lupa, sumpah, kaya apa wajahnya.

Seharian ini, Imelda hanya duduk malas di sofa empuk yang ada di ruang tengah. Ia membuka bebeapa album foto keluarga dan mulai mengingat wajah Om Andi yang katanya ganteng dan baik itu.

Kalau foto yang ada di album ini memang ganteng, tapi usia Om Andi saat itu masih dua puluh tahunan. Sedangkan sekarang usianya tiga puluh lima tahun.

"Udah ingat? Kayak apa Om Andi itu?" tanya Lusi yang baru datang dengan kue bolu yang masih mengepul di atasnya. Tidak lupa tangan yang lain menggenggam gelas beisi air teh hangat manis.

Imelda menutup album foto yang terakhir dan menumpuk kembali di bawah meja sambil menoleh ke arah Bunda Lusi yang tersenyum pada Imel sambil meletakkan satu piring kue bolu dan gelas teh itu.

"Dikit, Bunda ... Banyak lupanya ..." ungkap Imel jujur.

"Nanti di ingat -ingat lagi. Sekarang cicipin dong, kue bolu buatan Bunda, enak gak?" pinta Bunda Lusi.

"Oke. Imel coba," ucap Imel langsung mengambil satu potong kue bolu dan mulai menggigit serta mengunyah pelan.

Dari raut wajah Imel tidak bisa berbohong, kalau kue bolu buatan Bundanya itu memang sangat jaura sekali. Jadi, jangan heran, kalau Bunda Lusi sudah memiliki Toko Kue di depan Perumahan ini.

"Enak?" tanya Lusi pada putri semata wayangnya.

"Bukan lagi. Sampai gak bisa ngomong apa -apa," jelas Imel pada Bundanya.

"Hmmm ... Paling bisa kalau bikin Bunda seneng," ucap Lusi yang ikut menyandarkan tubuhnya disandaran sofa empuk itu.

Rasanya punggung Lusi yang pegal -pegal akhirnya bisa merasakan nyaman.

"Bun ... Ini sudah malam. Memangny, Om Andi datangnya jam berapa?" tanya Imel sambil menguyah bolu di dalam mulutnya.

"Kayaknya peswat mereka delay deh. Untung Bunda belum masak makan malam, tinggal di masak saja. Kamu tidur duluan saja, nanti Bunda bangunin kalau, Om Andi datang," jelas Lusi pada putri semata wayangnya.

Imel pun mengangguk dan menghabiskan bolu di dalam mulutnya lalu meneguk minuman teh hangat hingga habis setenga gelas.

Imel pamit pada bundanya dan menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya.

Tapi, saat langkah kakinya sampai di lantai dua, ia kemali penasaran dengan kamar tamu yang dikhususkan untuk adik semata wayang Bundanya itu. Kamar itu selalu terkunci rapat. Bahkan, malam ini, kamar itu juga belum dibuka untuk dibersihkan.

Dulu, Om Andi memang pernah tinggal disini, danpada akhirnya pergi merantau ke Jerman.

Imel mengabaikan raa ingin tahunya itu dan masuk ke dalam kamarnya. Lagi pula Bunda Lusi sudah mempersiapkan kamar tamu di bawah untuk istirahat Om Andi dan istrinya.

Seperti biasa, Imel mengganti paaian tidurnya hanya dengan tank top tanpa bra dan celana pendek. Dengan santainya tubuh mungil itu di jatuhkan begitu saja di atas kasur kesayangannya.

Tidak lama, Imel pun terlelap.

Tepat jam dua dini hari, Imel terbangun. Ia terbangun bukan karena mimpi buruk tetapi karena perutnya lapar sekali. Semalam, Imel tidak jadi makan malam dan hanya makan satu potong kue bolu buatan Bundanya.

Imel keluar dari kamarnya dan langsung turun ke bawah. Beberapa lampu di ruangan bawah sudah dimatikan sebagai tanda bahwa penghuni rumah ini memang sedang beristirahat.

Imel sudah biasa dengan keadaan rumahnya dan tetap turun ke bawah menunju dapur. Mungkin, ia bisa menemukan sesuatu di dalam kulkas, atau kaau memang tidak ada makanan, Imel bisa membuat mie instan.

Langkahnya memelan, saat Imel berada tepat di depan kamar tamu yang tetutup rapat. Suara asing milik seorang lelaki dan perempuan dewasa. Jelas suara itu bukan suara milik Bundanya. Lalu siapa itu?

Kedua suara itu sama sekali tidak dikenali oleh Imel. Sayup terdengar keduanya sedang berdebat.

Imelda mengedarkan pandangannya, benar sekali ada dua koper besra yang masih berjajar di dekat tangga. Begitu juga dengan beberapa kardus yang di tumpuk menjadi satu.

"Mungkin, Om Andi sudah datang," batin Imel di dalam hati. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju dapur dan langsung membuka kulkas.

Memang banyak makanan di dalam kulkas tetapi tidak ada yang menarik hati Imelda kecuali mie instan lalu diberi telur, bakso dan sosis.

Imel langsung mengambil satu bungkus mie rebus rasa pedas dan memasak air di atas kompor. Ia masukkan beberapa lembar sawi yang sudah di potong -potong lalu rebus mie serta para toping sebagai teman makan yang nikmat.

Imel besiul sambil bernyanyi kecil. Sesekali ia bergoyang mengikuti alunan lagu yang ia ciptakan sendiri secara spontan.

Imel memasukkan semua bumbu dan mencium aroma mie yang mulai matang.

"Matang," ucapnya dengan suara sumringah pada dirinya sendiri. Dengan cepat, Imel menuangkan mie dan semua antek -anteknya itu ke dalam mangkok dan siap dinikmati.

Saat Imel berbalik, jantungnya hampir saja mau copot karena melihat sosok asing duduk tenang di kursi makan smabil menatap dirinya.

"Ahh!" teriak Imel spontan dan lelaki itu dengan cekatan berdiri lalu mengambil alih mangkok panas yang dipegang Imel agar tidak jatuh.

"Huss ... Jangan teriak -teriak. Saya bukan maling," ucapnya menasehati.

Imel menuup rapat mulutnya dan duduk di kursi makan. Kedua matanya masih menatap lelaki yang kini ikut duduk di depannya. Sumpah ganteng banget, dan masih terlihat sangat muda.

"Kamu gak kenal saya?" tanya elaki itu membuka percakapan.

Imel menggeleng lalu terkekeh karena ia ingat sesuatu. Smeoga saja tebakannya benar kali ini.

"Om Andi?" ucap Imel lantang.

"Good answer, my little girl," ucapnya dengan sumringah.

"Hmm ... Benar berarti ya?" ucap Imel tersenyum manis.

"Kamu tambah cantik aja," puji Andi pada keponakannya.

"Perempuan Om. Pasti cantik," ucap Imel santai.

Imel mulai mengaduk-aduk mienya di dalam mangkok biar semua bumbunya tercampur rata. Wanginya tentu semakin membuat lidah ingin segera menikmatinya.

"Tapi kamu itu beda dan spesial ..." ucap Om Andi semakin memuji.

"Hmmm ... Kayaknya pulang dari Jerman malah semain puitis dan pandai merayu," ucap Imel tersipu.

Andi menghela apas panjang dan besandar di sandaran kursi makan lalu menatap Imel semakin lekat. Ia tatap secara utuh dari ujung kepala hingga ke bagian dad4 tepat pada pandangan terakhirnya.

Imel langsung menutup dad4nya dengan kedua tangan.

"Om lihat apa?" tanya Imel terus menutup dad4anya.

"Apa? Ga lihat apa -apa," ucap Andi terkekeh.

"Ihh ... Om ... Imel gak pake bra ini ..." ucap Imel kesal.

"Terus?" tanya Andi yang malah menggoda Imel dan kini bepindah tepat di samping Imel.

Andi meraih garpu dan menggulung mie rebus itu lalu menyuapi Imel pelan.

"Buka mulutnya. Aku suapin," ucap Andi lembut.

Imel membuka mulutnya dan mulai menerima suapan itu lalu mengunyah mie.

Jantungnya berdebar sangat kencang. Rasanya seperti orang sedang jatuh cinta. Tubuh Om Andi yang wangi dan super ganteng itu malah main membuat debaran jantungnya semakin tidak baik -baik saja.

Oh my GOD, perasaan apa ini?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status