Share

Harus tanggung jawab

Apa yang kau tahu tahu tentang sebuah tanggung jawab Berani berbuat berani pula untuk bertanggung jawab.

" Temen Mbak lagi ditangani oleh dokter. Ini dompet dan ponselnya. Tolong hubungi keluarganya!" ucap suster tersebut panjang lebar dan Julie pun  langsung membuka isi dompetnya ia melirik KTP.

"Namanya Aditya Hermawan" ucap Julie dalam hatinya.

Suster itu pun berlalu pergi terlihat Julie mengotak ngatik ponsel Radit.

"Mungkin ini nomor ponsel mamanya" ucap Julie bergumam.

Julie pun langsung menghubungi nomor tersebut.

" Halo Sayang, kenapa Mama kan udah transfer uang sampai 2 bulan. Dah ya sayang Mama lagi sibuk!" ucap Mama Radit yang langsung mematikan ponselnya itu.

Julie pun mematikan ponselnya.

"Aduh gimana nih? apa yang mesti aku lakuin? mamanya saja Sibuk banget sampai-sampai aku nggak ada kesempatan untuk ngomong!"ucap Julie yang menampakan wajah bingungnya. 

Tiba-tiba suster yang tadi menghampiri Julie dengan sedikit berlari. 

"Mbak, Mbak sudah hubungi keluarganya? teman Mbak kritis!" ucap suster tersebut gusar.

"Jantung Julie seakan berdetak dengan kencang dokter pun keluar dan menyuruh suster untuk menghubungi bank darah.

Mendengar ucapan dokter tersebut membuat Julie terlihat sangat panik. Dia merasa sangat takut akan terjadi sesuatu dengan korban yang ia tabrak itu. Dia tahu semua itu adalah salahnya berarti dia berpikir dia akan masuk penjara segera. 

" Dok, dokter golongan darah O sudah habis!" teriak Suster itu.

"Bagaimana ini suster, pasien kritis! Cepat hubungi keluarganya segera!"ucap Dokter itu ikut gusar. 

"Dokter pakai Darah saya saja. Darah saya golongan O dok! " ucap Julie Seraya menghampiri dokter yang menangani laki—laki itu. 

Dokter tidak punya pilihan karena stok darah golongan yang di perlukan oleh Radit tidak ada.

Dokter dan beberapa suster membawa julie keruangannya.Setelah Julie  mendonor darahnya.

Julie kembali duduk di ruang tunggu.

"Tuhan, tolong Julie.  Julie takut banget, Julie enggak mau kalau Radit kenapa-napa!"lirih  Julie menangis terlihat dia menunduk dan dia memeluk dirinya sendiri.

"Ini semua karena Julie. Coba kalau Julie nggak terburu-buru pasti  semua ini nggak bakalan terjadi!" desah Julie terisak-isak.

Dokter pun keluar Julie menyeka air matanya dan ia langsung berlari menghampiri Dokter itu. 

"Dia bisa sembuhkan dokter?"tanya Julie gusar. 

"Teman Mbak masih kritis, Apa keluarganya sudah tahu tentang  keadaannya sekarang?"tanya dokter itu pada Julie 

"Ya Dok, sebentar lagi keluarganya akan datang ke sini" ucap Julie gugup. Karena dia berbohong.

"kemungkinan Radit akan koma benturan di kepalanya sangat kuat" jelas dokter tersebut.

"Dokter apa saya boleh masuk ke dalam"pinta Julie pada dokter itu. Dokter itu pun mengangguk.

Julie segera masuk dia  mengawasi Radit yang terkulai lemah. 

"Kamu harus bangun Dit,aku  takut banget kalau sampai kamu kenapa—kenapa" lirih Julie menggenggam tangan Radit.

Dengan tertatih Julie keluar dari ruangan tersebut. Dia melangkah pelan dia duduk kembali di ruang tunggu. Dia merasa sangat hampa melihat keadaan korban yang ia tabrak itu.

Dia sangat takut bagaimanapun juga dia tahu hukum mungkin ia akan segera melaporkan dirinya sendiri ke penjara. 

Dia harus menghubungi keluarga korban yang ia tabrak itu agar dia bisa meminta maaf dan bertanggung jawab atas kelalaiannya sehingga membuat korban terkulai lemah di rumah sakit tersebut.

Julie menangis. "Papa Julie harus gimana?" ucap Julie sembari mengtakan—atik ponselnya.

"Papa angkat dong Pah!" lirih Julie menghubungi Papanya itu. 

"Halo sayang kenapa belum sampai?  jangan bilang kalau Julie mau bolos lagi ya!" ucap Papanya langsung.

"Pah Julie nggak bisa pulang sekarang, Julie nabrak orang Pah dan sekarang dia koma Pah!" jelas Julie menagis. 

"Apa?" ucap Papanya gusar di dalam telepon.

"Iya Pah"

"Apa perlu Papa ke sana!" tawar papanya spontan.

"Nggak usah Pah Julie bisa ngadepin ini sendiri"ucap Julie seakan ia tegar. 

"Kalau ada apa-apa cepat hubungi Papa!" ucap Papanya.

"Iya Pah"

"Papa akan transfer saja tapi kalau ada apa-apa langsung hubungi Papa ya nak! " ucap Papanya sembari mematikan ponselnya.

Julie kembali menghubungi Mama Radit dan menceritakan semuanya.

" Iya Tante, anak Tante koma Tante dan Dokter menyuruh saya untuk menghubungi keluarganya segera. Maafkan saya ya Tante sudah mengganggu" ucap Julie senetral mungkin dia berusaha untuk tidak gugup menceritakan kronologis kecelakaan itu. Paling tidak dia sudah beritikad baik untuk membawa Radit ke rumah sakit walau iya Yang menyebabkannya.

Mama Radit dengan gusar dia  segera pulang Karena Ibu Radit adalah seorang wanita karier dia bekerja dan bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan anak semata wayang nya itu.

Dua hari berlalu Radit pun kini  telah siuman  terlihat Mama Radit memeluk Radit yang baru siuman itu. Sedangkan Julie dia hanya mengawasi Radit dan Mamanya ada rasa takut di dalam hatinya tapi cepat-cepat ia buang jauh-jauh.

" Siapa kamu?" tanya Radit pada Julie. 

"Aku, aku, aku Julie.  Ehem, Maafkan Aku. Akulah  wanita yang ada di dalam mobil yang tidak melihat kamu menyeberang di jalan di area kebun teh itu!" ucap Julie gugup dia menunduk dia tidak tahan melihat sorot mata elang milik korbannya itu.

Matanya begitu tajam seakan ingin memakannya hidup-hidup tapi bagaimanapun juga dia terlanjur basah dia harus menampakan wajah serta identitasnya karena dia harus tanggung jawab.

Radit diperiksa oleh dokter beberapa waktu kemudian dokter memeriksanya kembali keadaan Radit.Karena Radit ingin pulang.

"Dok, kok kaki saya tidak  bisa digerakin ya Dok?" ucap Radit gusar. 

"Dokter itu memeriksanya kembali.

"Sepertinya kaki Anda lumpuh!"ucap dokter tegas.

Julie ikut gusar mendengar ucapan dari Dokter itu. 

"Semua ini hanya karena kamu! aku lumpuh Mah, bagaimana ini  Mah. Apa bisa Radit akan  kembali main basket lagi  Mah dengan  kakinya Radit seperti ini. Bagaimana ini Mah?" isak tangis Radit pecah.

Dia begitu terpuruk karena keadaannya yang menimpanya semua itu karena wanita Yang menabraknya itu. 

Julie menjadi makiannya dia tidak menampik semuanya karena salahnya. Laki-laki itu benar-benar sangat terpuruk  juga karenanya.

Seandainya saja dia bisa lebih hati-hati dia tidak lalai dalam menyetir mobilnya mungkin kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi, tidak ada korban jiwa, tidak ada korban Yang tersakiti oleh karena kelalaiannya itu. 

Dia terima Radit memaki-maki nya di dalam ruangan itu dia hanya mampu menangis dan menyesal atas perbuatannya itu.

"Sudah, sudah nak!"Ucap Mamanya menenangkan Radit.

"Dit, maafin aku. Aku, aku, aku nggak sengaja Dit. Aku akan tanggung jawab, aku bersedia menjadi kaki kamu" ucap Julie terisak-isak karena tangisnya.

"Sekarang eloh keluar! Semua ini karena eloh.Gue nggak mau ngelihat loh!"bentak Radit  mengusir Julie. 

Julie pun keluar dengan keadaan hati yang begitu hampa dengan berat hati Julie melangkahkan kakinya keruang Dokter Faisal yang menangani Radit .

"Dokter. Apa Radit bisa sembuh dok?"tanya Julie langsung.

"Bisa tapi?" ucap dokter itu ragu.

"Tapi apa Dok?" tanya Julie bingung. 

"Radit akan jalan karena keinginan sendiri dan suprot orang di sekitarnya.Karena kelumpuhan Radit karena benturan di kepalanya!"jelas dokter Faisal.

"Ada sedikit rasa tenang di hati Julie karena dia yakin Radit akan pulih kembali.

Sementara Mama Radit mendapatkan telepon Mamanya ingin menolak. Tapi Radit tidak keberatan kalau mamanya harus pergi kembali keluar kota.

" Pergi saja Mah Radit tahu Mama Memang benar-benar sibuk sehingga Mama tidak ada waktu untuk Radit lagi lagipula Radit sudah terbiasa Mah tanpa mama!" ucap Radit dingin.

"Sayang semua yang Mama lakukan itu demi kamu Nak, agar kamu bisa bahagia tanpa kekurangan dan mengejar cita-cita mu seperti yang kau inginkan" ucap Mamanya tersenyum.

"Pergi saja Mah lagi pula kan ada suster di sini"ucap Radit tersenyum kecut.

"Tante Bagaimana keadaan Radit Tante? Julie benar-benar merasa sangat bersalah Tante,Maafin Julie.  Semua ini memang karena Julie.  Seandainya saja Julie bisa lebih hati-hati kecelakaan itu tidak mungkin akan terjadi"ucap Julie penuh penyesalan .

Tetapi Ibu Radit justru memeluknya.

"Maafkan anak Tante ya? anak Tante terlalu kasar memaki kamu tadi dan dia terlalu kasar sama kamu tadi"ucap Ibu Radit dengan bijak. 

"Tidak apa Tante Julie bisa terima semua ini memang karena Julie dan Wajar saja dia memaki Julie seperti tadi"ucap Julie tersenyum Getir.

"Tante Titip anak tante ya. Tante harus pergi lagi nak,karena Tante harus bekerja demi Radit anak tante" ucap ibunya tersenyum Seraya ia pamit pada Julie. 

Untuk beberapa hari Julie masih tetap menunggu Radit  di luar kamar. Julie hanya mampu  mengawasi Radit dari luar saja karena dia tidak mau jika ia  bertemu dengan Radit.

Radit akan kembali memaki-maki nya keesokan harinya Julie masih saja berada di depan pintu kamar Radit.

Terlihat Radit ingin mengambil minum tapi tangannya tak sampai.Julie  langsung berlari menghampiri Radit dan meraih gelas yang berisi air mineral itu.

Radit  tersentak mengawasi Julie dengan penuh kebencian. 

"Ngapain eloh masuk!"Ketus Radit wajah menyulut kebencian mengawasi Julie yang menunduk takut. 

Terlihat sekali  Julie sangat takut saat Radit mengawasinya dengan penuh kebencian.

"Dit, Maafin aku ya Dit!" lirih Julie menangis.

"Keluar!! gue bilang keluar!" bentak Radit.

"Dit aku harus gimana Dit supaya kamu bisa maafin aku!"ucap Juli terisak-isak karena tangisnya itu. 

Radit Acuh Tak Acuh mengawasi Julie. 

"Gue minta eloh keluar! gue nggak butuh bantuan dari loh.  Lihat keadaan gue sekarang ini,mimpi gue hilang seketika dengan kelumpuhan yang eloh ciptakan ini. Sekarang gue minta sama loh jangan temuin gue lagi. Gue sudah muak banget ngelihat loh!!" bentak Radit menunjuk-nunjuk Julie. 

Dengan menangis Julie berlari keluar dan Radit  menghempaskan tubuhnya.

"Gimana dengan basket? Tika? Enggak mungkin banget gue bisa ngejalanin ini. Semua ini karena cewek itu!" lirih Radit.

Dia begitu benci terhadap Julie yang menyebabkan ia menjadi lumpuh. Di luar Julie masih tetap bertahan menunggui Radit.

Dia melihat susternya baru keluar dari kamar Adit yang mengeluh dengan suster yang lainnya.

"Cowok yang ada di kamar 305 itu nggak mau makan Kak. Aku sudah mencoba meminta dia untuk makan tapi dia tidak mau kak?  pasti kali ini aku kena marah lagi sama suster kepala" keluh suster tersebut.

Bersambung....... 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status