Share

Keinginan

Terkadang apa yang kita pikirkan belum tentu kita dapatkan. Apalagi tentang perasaan tidak semudah itu kita mengutarakan apa yang ada di hati kita.

Karena tidak semudah itu pula mengutarakan Apa maksud tujuan kita. Mungkin dengan memendam rasa itu bisa menjadi sedikit kelegahan karena mencintai diam-diam itu sangatlah menyakitkan bukan? 

Sama seperti dirasakan oleh Julie terhadap Radit korban yang ia tabrak itu. Dia mencintai korban tabrakan yang ia lakukan bukan inginnya jatuh cinta, tapi dia juga bingung entah kapan rasa itu datang padanya. Hanya saja dia hanya mencintai Radit dalam diam.

" Jul please, ini cuma mimpi Jul, gue nggak bakal bisa jalan lagi kalau tidak dibantu dengan tongkat ini!" bentak Radit  pada Julie.

Dengan sabar Julie pun duduk dan menjongkok menghadap Radit.Dia menggulung jenis Radit sampai ke lutut.

"Dit,  kata orang tua dulu kalau anaknya yang baru berjalan biasanya di rumput yang masih basah karena embun pagi.Gimana kalau kita coba kan nggak ada salahnya kalau kita coba dulu!" ucap Julie optimis.

Terlihat Radit semakin jengkel pada Julie dia merasa dipermainkan oleh ucapan Julie karena Julie menyemakan dirinya dengan anak-anak yang baru belajar berjalan.

Julie berdiri dan mundur beberapa langkah.

"Ayo Dit,kamu pasti bisa!" ucap Julie memberi semangat pada Radit.

"Kamu itu memang cewek gila ya! Sudah, mood gue tiba-tiba hilang. Nggak mungkin juga kalau jalan gue bakal normal kayak dulu Jul. Ini hanya mimpi!!"bentak Radit pada Julie.

"Aku benci sama kamu, Elga  nggak benar kalau kamu itu memang cowok pecundang! Dit kamu harus ingat dengan Tika, basket dengan kaki kamu yang normal kamu bisa dapetin itu semua Dit!!" bentak Julie menangis terisak. 

Sesaat Radit teringat pada Tika gerai tawanya. "Tika"lirih Radit dan itu membuat Julie nyaris terdiam. 

"Ternyata kamu masih mencintainya Dit! "gumamnya dia merasa dadanya terasa sesak. 

Radit mencoba menggerakkan kakinya yang masih kaku itu.

"Jul,gue nggak bisa!" ucapnya Tertatih.

"Coba lagi Dit, Kamu pasti bisa!" ucap Julie memberi semangat pada Radit.

Radit pun mencoba Mengayunkan kembali kakinya selangkah namun ia masih saja ragu.

"Sekali lagi ya Dit! " ujar Juli tersenyum Getir.

Radit mencobanya kembali hingga langkah demi langkah membuatnya jadi oleng  Radit hampir terjatuh dengan cepat Julie memapahnya.

Mungkin degup jantung Julie terasa bagi Radit. Mereka sangat dekat. Entah mengapa detak jantung Julie terasa tidak beraturan wajahnya yang pasif mengawasi setiap lekuk wajah dengan paras Radit  yang tampan itu hingga ia begitu sulit untuk menelan salivanya perasaannya begitu deg-degan mungkin itu adalah cinta.

"Semangat!" seru Julie tersenyum gugup.

Radit masih acuh mengawasi wanita itu Mereka pun kembali ke rumah bapak itu.

"Bagaimana Neng, Apa den Radit  sudah bisa berjalan!" seru bapak itu dengan wajah sumringahnya yang menganggap Jukie sama seperti anaknya suster Naya. 

"Saya yakin pak Kalau Radit ini akan segera berjalan kembali" yakin Julie. 

"Bagaimana Neng jika kalian menginap lagi di sini dirumah bapak ini.  Di sini ada pengobatan alternatif.Bapak itu adalah seorang tukang urut,mungkin saja dengan terapi kaki den Radit bisa cepat pulih kembali.Tidak ada salahnya kan jika kita coba dulu"ucap ibu itu sembari menghampiri mereka  dia keluar dari dapurnya.

Julie tersenyum menanggapi ibu itu.Radit juga berpikir demikian,agar dia sudah bisa kembali berjalan. Langkah kakinya tadi sudah sedikit demi sedikit sudah bisa melangkah paling tidak, dia tidak mengenakan tongkatnya tadi.

Radit hanya mampu berharap bisa kembali berjalan dengan normal agar dia bisa meraih kembali apa yang ia miliki dulu.

Yaitu Tika wanita yang sangat ia cintai. Radit masih saja mencintai Tika Bagaimanapun Tika adalah wanita yang sangat ia cintai tidak ada 1 wanita lain pun yang mampu menggantikan posisi Tika di hatinya.

Walau terbesit sedikit dia mulai mengagumi Julie tapi dia kembali mengkukuhkan dirinya dia tidak bisa berjalan dengan normal itu semua karena Julie. 

Julie penyebabnya dia kehilangan basketnya dan wanita yang sangat ia cintai itu semua karena Julie. 

Keinginannya  hanya bisa berjalan dengan normal agar dia bisa kembali seperti biasa seperti dulu lagi.

Keesokan harinya Julie masih saja bersemangat untuk melatih Radit agar bisa kembali melangkahkan kakinya dengan mudah, tidak terasa hari demi hari Julie kembali melatih dan melatih Radit.



Radit juga begitu berantusias akan kesembuhannya dia memang ingin meraih apa yang dulu pernah ia miliki.



Tidak terasa sudah 1 minggu lamanya mereka di rumah bapak itu.



"Dit,  ini hari ke-7 harinya kamu harus buktiin kalau kamu bisa!" ucap Julie optimis beberapa langkah Radit  mulai terlihat biasa Mengayunkan kakinya walau terlihat masih sedikit kaku mungkin semua itu butuh proses.



Julie hanya mengawasi Radit dari kejauhan.


"Bagaimana Dit, kamu bisa kan!" seru Julie tersenyum bangga.



Radit kembali melangkahkan kakinya seakan sudah terbiasa dengan ayunan langkah kaki seorang pria.


Radit tersenyum bangga pada dirinya Ia berjalan sedikit berlari ke arah Julie. 


Radit terdiam." Iya,gue harus bisa mengejar cinta gue gue.Elga enggak pantas mendapatkan itu semua!"ucap Radit begitu optimis.



Julie menanggapinya dengan tersenyum getir dia tahu bukan wilayahnya untuk mengiyakan bahwa ia adalah wanita yang spesial di hati Radit.


Dia hanyalah wanita yang menyebabkan Radit menjadi lumpuh bahkan Radit bisa berjalan dengan menggunakan tongkat juga semua itu karenanya.



Sore tiba mereka pun pamit untuk pulang apalagi Radit sudah sangat berantusias untuk membuktikan ke semua orang bahwa ia sudah kembali seperti biasanya.


"Seandainya saja cinta itu untuk aku Dit, pasti aku akan terima kamu apa adanya. tidak pamrih, tidak memilih atau menilai kesempurnaan kamu!" lirih Julie dalam hatinya.


"kenapa Loh?" Ketus Radit yang menoleh kearah Julie. 


Julie terlihat Salah Tingkah saat Radit mengawasinya. Sesampai di rumah Radit Julie pun pamit dia mengepaki semua pakaiannya dia harus menjadi wanita yang senormal mungkin.



Dia juga harus mengejar cita-citanya apalagi dia ingin menyusun deskripsi kembali yang sempat tertunda itu. Dia harus menggapai gelar dokternya bagaimanapun itu yang diinginkan oleh Papanya.


Sementara di kampus Radit terlihat berjalan menelusuri lorong-lorong kampusnya. Di persimpangan lorong Elga dan teman-temannya mencegatnya. 


"Di mana cewek yang biasa nganterin luoh?sudah puas pakainya! bagi-bagi kita dong!" Ketus Elga sembari menyeka pundak Radit.


Radit hanya mengawasi Elga dan berlalu pergi dia tidak ingin menanggapi ucapan Elga yang akan mengolok dirinya saja.



"Ehk,  kalau gue lagi ngomong tuh dengar dong!!"bentak Elga yang  merasa tidak senang atas tingkah Radit.



"Apa sih mau loh" ketus Radit menyeringai dia juga sudah menahan amarahnya sedari tadi.Apalagi Elga berpikir bahwa Julie itu  adalah wanita semurah yang dipikirkan oleh Elga dan teman-temannya.



"Gue cuma kepingin Julie gue udah bosan sama Tika dan kalau loh mau balikan sama Tika Ya balikan saja!?" ucap Elga meninggikan suaranya.



Radit tersenyum sinis dengan penuh emosi Radit menonjok pipi Elga.

"Ehk,  kalau loh  ngomong itu  dulu pakai otak dong!" Ketus Raditya berlalu pergi dari mereka. Terlihat Elga tersungkur, dia memegangi pipinya yang memar karena pukulan Radit.


"Loh  nggak apa kan Ga? " gusar Ari yang Memapah sahabatnya itu.


"Diam loh!"Ketus Elga yang berlalu pergi dari gerombolan temannya itu.

Di kelas Tika terbelalak melihat kedatangan Radit yang berjalan tanpa tongkatnya. Tika langsung memeluk Radit Tika merasa sangat menyesal telah meninggalkan Radit dan  berlabuh pada Elga yang menganggap dia hanyalah sebagai wanitanya.


bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status