Share

Thirty Days
Thirty Days
Penulis: Maulana Hani

Prolog

"Kau tahu apa? Kita bahkan belum mengeceknya!"

"Aku tahu kau sudah disuntik oleh Mr. Pram, jadi bertingkah seolah kau baik-baik saja!" balas seorang perempuan sembari membawa bayi lelaki, yang terlelap damai. 

"Lalu apa maumu?" tanya si lelaki dengan wajah frustrasi. 

"Kita bercerai!"

Si lelaki membuat frustrasi mendengar penuturan perempuan di hadapannya. 

"Semudah itu?"

"Kau apa? Aku juga sudah menyiapkannya matang-matang, dan inilah yang terbaik! Aku tidak bisa mengorbankan Nohan untuk dekat dengan pikirmu!"

Si lelaki mencoba mendekat pada perempuan barusan. 

"Berhenti! Kau bukan disuntik seperti biasanya! Kau disuntik darah HIV, jadi kumohon pergi dari sini, dan jangan pernah mencoba mendekati Nohan!"

Malam itu si lelaki pada akhirnya mengalah, memutuskan untuk pergi dari rumah. Meninggalkan istri dan anaknya. 

Bertahun-tahun berlalu, si bayi lelaki telah tumbuh jadi remaja lelaki. 

Buhhh...

Seorang remaja lelaki yang tengah berjalan menuju kantin, tiba-tiba saja ditonjok oleh seseorang. 

"Hei pecundang!"

Buhhh...

Kali ini mendapatkan pukulan lebih keras, dan membuat jatuh tersungkur. 

Buhhh...

"Segitu saja kekuatanmu, Nohan? Bukannya kau anak polisi?" cerca sosok yang berdiri tepat di depan wajah si remaja lelaki, yang tersungkur barusan. 

Ia Nohan, remaja lelaki yang setiap hari mendapat perndungan di sekolah. Dan malangnya tak ada yang membantunya, atau memberitahu guru bahwa ada siswa yang melakukan perundungan. 

Sayangnya siswa lain hanya suka menonton saja, mereka semua hanya menatap Nohan miris. Tanpa pernah mau mengulurkan tangan, atau sekadar bertanya apa ia baik- baik saja atau tidak. 

"Nohan itu hanya seorang pecundang, tentu saja hanya sekali pukul ia langsung tumbang!" saut siswa lainnya, yang Nohan tahu satu geng dengan si perundung pertama. 

Mereka hanya berani mengeroyok Nohan? Tentu saja tidak. Terkadang Nohan bahkan dipukul oleh salah satu dari mereka, padahal ia tak mengganggunya. 

Seolah Nohan bernapas saja sudah salah bagi mereka, bahkan saat semester dua kelas sepuluh. Mereka memukul Nohan tanpa ampun, setelahnya mengguyurnya menggunakan air got. Hanya karena Nohan masuk ke peringkat umum kelima. 

Itu hanya kelima, dan ia sudah babak belur, entah bagaimana jadinya kalau Nohan jadi peringkat satu umum. Mungkin ia hanya tinggal nama. 

Dan tak pernah terlupakan, sosok berikutnya mengguyurnya dengan sebotol teh. 

Byurr...

"Ini karena kamu menjadi manusia lemah! Kau harus melawan, Pecundang! Kau lemah! Sangat lemah!"

Dari suaranya Nohan bisa mengenalinya, bahwa ia adalah satu umum. Nohan tidak heran, karena si peringkat satu umum benar-benar jenius. Sayangnya seperti iblis. 

Nohan mendesis, ia belum bangkit--masih tersungkur dengan wajah hampir mencium lantai kantin yang kini jadi basah, karena tersiram teh. 

Rambut Nohan basah, wajahnya juga kini terasa lengket. 

Ya, Tuhan. Kantin sedang ramai-ramainya tapi tak ada yang mau menolongnya. Nohan merasa mereka semua memang bukan manusia, mereka iblis berjubah manusia. Mereka monster. 

Tidak ingin mendongak, tapi tak dinyananya si ketua geng perundung menginjak tangan, membuat menunduk menahan sakit. 

"Bagaimana rasanya, pecundang? Sakit? Sakit tidak?" cerca si ketua geng memandang Nohan meremehkan. 

Si ketua geng tak berhenti begitu saja, ia bahkan sengaja menginjakkan tangan Nohan lama, sembari memutar-mutar pijakkannya seolah-olah memijak di keset. 

Nohan mendesis, sebisa mungkin menahan rasa sakitnya. Ia tidak mau para iblis ini merasa senang, karena mendengar teriakan kesakitannya. 

psikopat akan merasa senang saat korbannya tersiksa? 

Hari berikutnya perundungan itu semakin parah. 

Nohan tengah duduk diam di bangkunya, dan tiba-tiba saja pada peringkat satu umum datang, hendak menyiramnya dengan sesuatu yang tak perlu diketahui. 

"Jay! Tebak apa yang akan kusiram kamu?" 

Si ketua geng ternyata bernama Jay. 

Nohan berani bersumpah orang-orang, pasti takkan percaya bahwa Jay adalah seorang perundung. Penampilannya rapi, ia cerdas, dan bahkan ia ketua organisasi anti perundungan di sekolah ini. 

Nohan ingin sekali berteriak pada guru-guru, yang memilih Jay menjadi ketua organisasi itu. 

Byurr...

"Susu basi lagi, Ray?" tanya Jay. 

Si peringkat satu umum itu tersenyum selamanya, namanya Ray. Penampilannya tak kalah rapi dari Jay, apalagi ia seorang siswa yang membanggakan nama sekolah. Tentu saja akan dianggap orang tidak waras, jika Nohan menerakki Ray sebagai perundung. 

Tapi sebenarnya akan tetap begitu, meski dunia tidak percaya sekalipun. 

"Dengan sedikit air bekas cucian piring!" timpal Ray, dan berikutnya melempar botol wajah barusan ke Nohan, yang kini basah 

Ray, dan Jay tertawa jahat secara bersamaan. 

Usai melakukan itu Nohan kira mereka sudah selesai. Nyatanya datang dua orang lagi, satu bernama Jio alias si siswa abadi yang sudah tiga kali tak naik kelas. penampilannya acak-acakkan bak berandal, meski kenyataannya begitu. 

Dan satu lagi namanya Ren, ia si muka datar dan jarang sekali tersenyum. Penampilannya rapi, hanya sedikit saja yang ditampilkan berantakan. 

Tiba-tiba saja Ren mendekat dan meninju wajah Nohan, membuat hidungnya mengeluarkan darah segar seketika. 

Buhhh...

Dan Jio seolah tak ingin melihat diam saja, majulah ia dan meninju Nohan yang tepat mengenai pipi kanannya, membuat sudut pandang berdarah. 

"Wajahmu lebih keren sekarang, pecundang!" kata Jio yang diikuti tepuk tangan ketiga kawannya. 

"Ya setidaknya wajahmu masih bisa dikenal, belum benar-benar membiru busuk!" saut Ray dengan tawa jahatnya membahana. 

Kelas saat ini kosong, guru yang mengajar hanya memberi tugas karena ada urusan. 

"Sudahlah! Kita harus pergi ke ruang mading sekarang, nanti kita lanjutkan permainannya!" kata Jay enteng, seolah mereka benar-benar melakukan permainan seru. 

Ya merundung orang lain tentu saja dianggap permainan, oleh mereka para iblis. 

Keempatnya pergi, menyisakkan Nohan yang menahan sakit di wajah. 

Teman-teman satu kelas hanya melihat iba, tapi sungguh-sungguh Tidak perlu tahu itu. Ia hanya perlu bantuan mereka, perhatian mereka untuk menahan Jay dan gengnya merundungnya. 

Sayangnya tidak mungkin, mereka sama buruknya dengan para iblis itu. Mereka sama. 

Manusia yang tidak mau membantu sesamanya ketika susah, mengambil jauh lebih buruk dari monster dan iblis. 

Nohan segera berdiri dari bangkunya, ia mendekat ke bangku yang berada di depan pojok kanan. 

"Ketua kelas!" panggil Nohan menampilkan sosok remaja lelaki dengan kacamata kotak, yang sibuk menulis sesuatu di bukunya. Padahal tadinya hanya diam membocorkan Nohan, yang tengah dirundung. 

"Ketua kelas!" panggil Nohan lagi. Dan pada akhirnya si ketua kelas, yang bernama Rokan mendongak. 

Detik itu juga Nohandung, kelas "Kau masih merasa pantas dipanggil? Kau merasa begitu, Rokan? Kau bahkan diam saja saat ada yang merun anggota kelasmu, kau bahkan menganggap-pura seolah-olah kelasmu baik-baik saja, ketua macam apa kau, Rokan?" cerca Nohan merasa jengkel sekaligus benci. 

"Apa yang bisa kulakukan, Nohan?"

"Dan apa yang bisa kulakukan, Rokan? Apa? Aku bahkan tidak bisa melawan mereka, mereka terlalu banyak. Dan kau, dan kalian semua hanya menonton saja! Apa yang kalian pikir aku bukan manusia? Apa menurut pendapat kalian layak mati sia-sia? " cerca Nohan membuat satu kelas it was. 

Semuanya menundukkan kepala, kecuali seorang siswi yang Nohan tahu bernama Sola. 

"Benar kata mereka bahwa kau memang lemah! Kau memarahi ketua kelas hanya karena ia tak membantumu saat kau dirundung, laki-laki macam apa kau?" cerca Sola membuat satu kelas kini menyorakki Nohan. 

"Benar! Dia itu kan anti sosial! Jadi biarkan saja."

"Lagipun kau tidak pernah menganggap kami teman bukan?"

"Sejak kapan kami berteman dengan anak yang ayahnya terkena HIV?"

Ya, selalu saja begitu. Mereka tidak pernah mau disalahkan. 

Brakkk...

Nohan kaget, dan berhenti dari lamunannya. Ternyata ia melamun setelah Jay dan gengnya pergi. 

Ya Nohan kira ia tak perlu meminta Rokan atau siapapun membantunya, mereka juga tak akan mau. 

"Kau diminta ke belakang perpustakaan!"

Bersambung. 

***

Nohan adalah anak yang kuat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status