Share

Why Mom?

Nohan mendongak, menatap sosok Rokan yang menatapnya datar dibalik kaca mata kotaknya. 

Nohan berdehem pelan, dan segera bangkit dari kursinya. 

Nohan memutuskan untuk ke toilet lebih dulu, ia akan membersihkan dirinya. Atau sebelum Jio datang menyeretnya, yang sudah Nohan duga menuju belakang perpustakaan. 

Kini Nohan didudukkan paksa di kursi kayu, tangannya diikat ke belakang. Ray dan Ren yang mengikatnya, sementara Jay dan Jio terlihat tersenyum puas menatapnya. 

"Kau mau ke toilet, Ansos?" tanya Jio sarkas, "Kuputuskan memanggilnya Ansos!" lanjutnya seolah melihat tatapan penuh tanya kawan-kawannya. 

"Jawab, Ansos!" tegas Ray, dan berikutnya ia memukul kepala Nohan dengan tangannya. 

Plakkk...

"Rasakan itu!" lanjutnya tertawa jahat. 

Ren kini melangkah ke depan Nohan, dan berikutnya tanpa pernah Nohan duga. Ia disiram soda berwarna oranye, Nohan yakin noda ini akan sulit hilang di seragamnya. 

Byurrr...

Aku bersumpah, aku membenci kalian. Batin Nohan sembari menundukkan kepala, ia masih sayang matanya untuk terkena guyuran minuman soda. 

Ctakk...

Botol bekas minuman soda itu dilempar oleh Ren, dan tepat mengenai dahi Nohan. 

Ren tak tertawa, wajahnya lempeng saja. Justru yang tertawa seolah bangga adalah Jay, Jio, dan tentu saja Ray. 

Kalian benar-benar monster mengerikan, kalian psikopat. Batin Nohan mendesis, merasakan tubuh, dan wajahnya yang lengket. 

"Ren! Kenapa tak membawa dua botol?" tanya Ray seolah merasa apa yang dilakukan Ren adalah hal biasa. 

Ren menyeringai, benar-benar mengerikan. Ia merogoh saku celana belakangnya. Dan siapa yang menduga ada satu botol lagi minuman soda dengan warna sama; oranye. 

Dan satu botol soda itu dilemparnya pada Ray, yang kini tersenyum menyeringai. 

Ray mendekati Nohan, lalu menggoyangkan botol soda itu. Dan berikutnya ia menyodorkannya pada Nohan. 

Nohan diam saja, ia tak mau mengambil botol soda itu. Semua orang juga tahu, kalau minuman berkarbonasi jika digoyangkan dengan cepat, maka ketika dibuka akan memuncratkan seluruh isinya. Nohan tentu tidak sebodoh itu. 

"Kau tidak mau, Ansos?" tanya Ray menyeringai. 

Jay menyeringai menatap Nohan. 

Jio menyeringai dan mendekat, lantas si datar Ren hanya diam saja. 

"Ambil!" paksa Jio menarik rambut Nohan yang lengket, "Eww... rambutmu sangat menjijikkan!" lanjutnya melepas cengkeramannya pada rambut Nohan. 

Jay tertawa, dan berikutnya ia menarik botol yang ada di tangan Ray. Dilemparnya pada pangkuan Nohan. 

"Buka! Buka atau... Ray! Kau punya sesuatu untuk dicoba pada tikus percobaan ini?" 

Ray menyeringai, merogoh saku celananya. 

"Aku punya ini!" kata Ray tersenyum senang. 

"Aku mau mencobanya, Ray!" saut Ren mendekat pada Ray. 

Jay, dan Jio menatap senang Ray. 

"Permen karet? Luar biasa, Ray!" pekik Jio senang bukan main. 

Jay kini menatap Nohan dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. 

"Tapi kurasa besok saja! Kali ini aku punya sesuatu yang lebih bagus untuk si Ansos!" kata Ray mencegah Ren, yang hendak mengambil permen karet di tangannya. 

Ketiga kawannya bertanya-tanya, termasuk Nohan yang sedari tadi menunduk. 

Ray tertawa jahat bak psikopat, "Jus pare dengan ekstra cabai!" kata Ray mengeluarkan botol dari saku belakang celananya. 

"Luar biasa, Ray!" saut Jay bertepuk tangan dengan memasang wajah bangga. 

Contoh monster yang bangga dengan sesamanya. 

Ren bertepuk tangan juga dengan wajah menyeringai, sementara Jio bertepuk tangan dengan wajah riang.

"Benar-benar luar biasa kau, Ray!" pekik Jio senang. 

Nohan makin terdiam, entah bagaimana rasanya jus pare ekstra cabai buatan Ray, sungguh Nohan merasa Ray sepertinya benar-benar seorang psikopat. Otak cerdasnya itu kelewat nyeleneh, dan mengerikan untuk ukuran otak cerdas manusia normal. 

"Aku tadi menyuruh sopirku mencobanya, dan katanya luar biasa!" kata Ray tersenyum senang, seolah menyuruh orang mencicipi jus jeruk buatannya. 

Nohan benar-benar tak habis pikir, ia kini yakin bahwa apa yang dikatakan siswa-siswa lain, tentang Kakek Ray yang seorang psikopat benar adanya. Ya melihat bagaimana kelakuan manusia ini. 

"Berikan padaku, Ray!" kata Ren yang menodongkan tangannya pada Ray. 

Jay, dan Jio hanya menunggu sembari menyeringai. Mereka menunggu Nohan meminum jus, atau lebih tepatnya racun yang dibuat si peringkat satu umum. 

Ray menyerahkannya pada Ren, berikutnya Ren menerimanya dengan senang hati. Dibukanya minuman mengerikan itu, dan tanpa menunggu lama. 

Ren menekkan pipi Nohan, berusaha membuat mulutnya terbuka. 

"Kau harus meminumnya, Ansos!" tegas Jay menatap tajam Nohan. 

Apa aku tidak waras? Apa aku setidak waras itu untuk meminum racun ini? Batin Nohan mendesis kesal. Ia ingin melawan, tapi ia kalah jumlah tentu saja percuma. 

Berikutnya Jio, dan Ray mendekat. Memaksa Nohan untuk membuka mulut, dan sialnya berhasil. Nohan membuka mulutnya tanpa ia inginkan, dan seketika cairan aneh yang rasanya pahit dan pedas itu mengalir menuju kerongkongannya. 

Nohan yang malang. 

Nohan benar-benar ingin muntah, rasa pahit dan pedas menyerang lidahnya seketika. Ini benar-benar racun. 

"Kau harus menghabiskannya, Ansos!" teriak Jio kesal, dan berikutnya jarinya sengaja mencapit hidung Nohan. 

Nohan merasa oksigen mulai menipis di paru-parunya. 

Tepat saat mulutnya terbuka, saat itulah dengan penuh dendam Ren memaksa Nohan meminum jus mengerikan itu lagi, membuat wajahnya memerah lantaran rasa pedas yang mulai menjalar hebat. 

Ctakk...

Satu botol kecil itu sudah habis, dan botolnya lagi-lagi dilemparkan Ren pada Nohan, yang lagi-lagi mengenai dahinya. 

Nohan merasa perutnya melilit seketika, wajahnya terasa panas, lidahnya terasa terbakar luar biasa. 

"Kurasa kau merasa pedas, minum ini!" 

Sial Ray benar-benar punya otak yang mengerikan. 

Kini Jay kembali menekkan wajah Nohan, dan Ray maju membuka botol minuman soda yang sedari tadi masih dipangkuan Nohan. 

"Minum ini!"

Hari itu berakhir dengan Nohan pingsan di kursi belakang perpustakaan.  

Kenapa harus aku, Bu? Kenapa? Batin Nohan sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran. Ia ditinggalkan oleh Jay dan gengnya usai pingsan. 

"NOHAN!"

"Apa yang terjadi pada anak ini ya, Tuhan!"

"Apa kau mau bunuh diri, Nak?"

Bersambung... 

***

Makasih yang udah baca ceritaku, stay healthy and happy. 

Dukung aku dengan vote juga ya, makasih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status