Share

Perdebatan

Setelah sepuluh menit berkendara, sampailah Mila dan Kendy dikediaman Lasa. Kediaman Mila tepat disamping rumah Lasa. Kendy tak langsung menyuruh Mila turun tapi langsung membawa Mila masuk kedalam garasi. Hitung-hitung menemaninya memarkirkan motornya, sudah sangat malam bisa jadi 'kan ada penghuni garasi yang menunggu kedatangan seseorang, pikir Kendy. Kendy pun bergidik ngeri dengan pikirannya sendiri. Ah, memang si Kendy tengil, seharunya kalau takut jangan dipikirkan.

"Oke Mil baru lo boleh turun." Ujar Kendy, ia melirik ke kaca spionnya. Melihat ekspresi Mila. Seperti biasa wajahnya tetap terlihat ramah ia turun dengan perlahan. Seharusnya wajib, wajahnya diatur mode jutek dan ia wajib kesal terhadap kelakuan Kendy karena membawanya terlalu jauh. Seharusnya kendy memberhentikannya tepat dihadapan rumahnya bukan membawanya masuk seperti ini. Jadi repot 'kan dirinya harus berjalan lagi kedepan. Tapi si wanita hebat Mila, tak ada guratan kesal sedikit pun diwajahnya.

"Makasih mas." Ucap Mila.

"Sama-sama Mil, sorry gue terus-terusan ngerepotin lo." Kendy merasa bersalah sudah membuat Mila telat pulang.

"Ih mas, dari tadi minta maaf terus. Gak capek apa? Saya tu ikhlas nolongin mas." Setelah menjelaskan ia tersenyum manis.

"Mas, saya jadi penasaran deh sama bayi yang ditemukan sama mas Abi." Sambung Mila.

Kendy mengangkat salah satu alisnya, kenapa orang didepannya ini sangat lembut, baik dan perhatian sih? Ck! wanita langka ini. 

"Lo mau lihat?" Tanya Kendy menyelidik.

"kalau di bolehin," Jawab Mila. 

"Tapi Kayaknya lo capek banget deh." Tebak Kendy.

Mila menyengir kuda, memang benar ia sangat kelelahan. Tapi rasa penasarannya ini lebih mendominasi dirinya. Bisa jadi ia mati malam ini bukan? Siapa yang tahu. Bisa-bisa jadi hantu penasaran ia. 

"Gak kok mas, 'kan besok weekend."

"Alhamdulillah yah besok weekend, gue ikut seneng juga nih. Gak kebayang gue begadang kayak gini dan besoknya kerja. Ayok deh kalo lo mau lihat!" 

Mereka keluar dari garasi dan langsung memasuki rumah. Dan ya, bau tayi masih tercium walaupun sudah berkurang.

"Ish, dasar nih bayi bikin rumah jadi bau gini, kesel banget gue." Gerutu Kendy sambil berjalan. Mereka menuju ruang tengah tempat bayi tadi berada. 

"Loh, mas gak suka bayi?" Tanya Mila, alisnya bertaut.

Ia heran kenapa ada orang yang tak menyukai malaikat kecil, mungil tanpa dosa itu? Bukankah bayi sangat menggemaskan. Emm...Mila sangat suka dengan bayi.

"Gak, gue gak suka! Mereka itu makhluk lemah, terus suka nyusahin orang kayak tadi, terus suka ngotorin rumah. Ih..." Jawab kendy, membuat Mila membelalakkan matanya, wajahnya berubah datar tak seceria tadi. Kendy pun juga terkejut melihat ekspresi Mila yang jarang ia lihat itu.

"Tapi mas 'kan juga bayi dulu!" Sanggah Mila tak terima dengan ucapan Kendy. Kali ini wajah ramah sudah hilang dari wajahnya.

"Loh kok lo marah sih, tadi lo nanya dan gue jawab jujur 'kan?" Jawabnya santai. Bisa saja ia menjawab Mila dengan cara yang biasa ia lakukan terhadap wanita yang biasa ia kencani ketika ingin memutuskan hubungan. Tapi karena Mila ini wanita berbeda jadi ia tidak ingin membuat gadis itu terluka dengan kata-katanya.

Mila melihat Kendy, ia tak habis pikir dengan orang didepannya ini. Huh, ia mendengkus kesal. Benar sih apa yang dikatakan kendy ia jujur menjawab pertanyaannya. Tapi, sebegitunyakah ia tidak menyukai bayi?

"Kok aku jadi kesel ya, sama mas," Ujarnya.

"Wajar kok lo kesel sama gue, lo kalah debat sama gue," Jawab Kendy, sengaja agar Mila bertambah kesal padanya. Entah kenapa melihat wajah orang yang biasanya ramah, suka tersenyum, berubah menjadi marah sangat membuat Kendy merasa terhibur.

"Ish keselnya..." Tak tahan dengan rasa kesalnya ia menghampiri Kendy dan ingin memukulnya. Ketika tangannya sudah menggantung dan siap ia layangkan tiba-tiba saja seorang laki-laki dengab aura dinginnya berdehem. Berhasil menghentikan KDP kepanjangan dari 'Kekerasan dalam pertemanan' yang akan dilakukan Mila kepada Kendy.

"Ehem..." 

Tangan Mila masih diatas dan ia langsung menoleh dan mendapati Lasa dengan wajah datarnya menatap kearah mereka berdua. 

"Kalian kenapa?" Alisnya bertaut, semakin menambah dinginnya suasana.

"Eh, mas Lasa.." Mila menurunkan tanganya yang menggantung, dan langsung tersenyum kaku.

"Ini mau lihat bayi. Katanya Mas Kendy ada bayi disini." Jawabnya.

Kendy diam saja, temannya ini entah akan berbuat apa nantinya. Apakah marah? Atau bertanya kenapa ada bayi dirumahnya? Kalau pun Lasa bertanya ia pun tak tahu harus menjawab apa. Huh, biarkan sajalah Abi yang menjelaskan nantinya.

Lasa menatap tajam kearah Kendy, seolah meminta penjelasan kepadanya. 

"Eh, kenapa lo liat gue gitu?" Tanya kendy jenaka, tak lupa ia menambahkan cengiran kuda. Ia berharap manusia pinang didepannya ini tidak marah.

"Gak apa," Jawabnya, matanya tak lagi tajam melihat kearah Kendy.

"Ayok antar ini dulu, Lo masih mau lihat bayi kan mil?" Tanya kendy.

Walaupun Mila masih kesal, ia mangangguk. Ia sangat ingin bertemu bayi yang kata tetangganya ini begitu merepotkan. Padahal semua tergantung pada keikhlasan hati. Jika hati kita tidak ikhlas merawat, maka semua itu akan terasa seperti beban. Jika hati ikhlas maka apapun itu akan menjadi menyenangkan, apalagi mengasuh makhluk mungil nan menggemaskan uh...pasti sangat membahagiakan, batin Mila.

Lasa bergeming ia hanya mengamati keduanya, pengamatannya berhenti pada tangan kiri Kendy yang menenteng beberapa keperluan bayi. Melihat keduanya berjalan menuju ruang tengah, Lasa pun mengikuti. Jujur saja dibalik sikap dinginnya itu ia juga mempunyai rasa penasaran yang tinggi. 

****

Diruang tengah terlihat Abi dan Inara yang sibuk membersihkan meja yang terkena tayi bayi tadi. Sedangkan bayi mungil dengan pipi chubby yang merah itu berada di sofa beralaskan sarung cap gajah berdiri sedangkan tubuhnya dibelit juga dengan sarung cap leci milik Abi. Bayi itu dikelilingi bantal sofa, bagai benteng pertahanan, agar tak jatuh.

Saat ini jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Untung saja besok weekend berarti mereka bisa molor sampai siang.

"Nih pesanan lo." Kendy meletakkan kresek yang berisi belanjaannya diatas lemari samping sofa.

Abi dan Inara langsung membalikkan tubuhnya. Dan keduanya mendapati Kendy, Lasa dan Mila. Inara melihat Mila wanita yang tadinya tak ia sukai karena berpelukan bersama sang kekasih. Eh, bukannya tidak sengaja? Inara sadar ia tidak boleh tak menyukai orang tanpa sebab seperti ini.

"Eh, Mila..." Ia melepaskan lap dan langsung menghampiri Mila. Sedangkan Abi mulai membereskan alat yang mereka gunakan untuk membersihkan meja. Dan ia pun bergegas menghampiri kedua sahabatnya.

Ia menatap kedua sahabatnya.

"Kalian pasti kaget sama kejadian ini kan? Sebelum lo berdua marah dan salah paham sama gue tolong dengerin penjelasan gue dulu oke? Ada yang mau gue omongin ke lu pada."

Lasa memandang laki-laki didepannya ini, sebenarnya ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Pikirannya sama dengan Kendy. Tapi Lasa lebih cerdas, ia tak mengedepankan emosinya seperti Kendy. Ia percaya bahwa sahabat yang juga nebeng dirumahnya ini, punya alasan yang tepat. Jika itu Kendy, ada kemungkinan ia menonjok wajah anak itu, mengingat betapa brengseknya Kendy.

"Oke, kita keruangan lain." Ucap Lasa.

"Bentar-bentar bro." Kendy langsung menghentikan kadua sahabat yang katanya mau membicarakan hal yang penting itu. Penting sih penting, tapi lihat dulu waktunya gak liat apa semua orang kelelahan, pikir Kendy lebih realistis.

"Gini bro...ini udah jam satu. Noh, liat orang dua itu!" ia menunjuk Inara dan Mila.

"Mila tadi bantuin gue beli keperluan bayi, terus si Inara lo bawa pulang kesini. Gue tanya sama lo? Lo udah minta ijin belom sama ibunya si Inara? Bisa gak direstuin hubungan lo berdua nanti." Jelas Kendy. 

"Belom." Jawab Abi, ia jadi takut calon mertuanya tak merestui hubungan mereka. Sekarang ia hanya berdoa dalam hati agar Inara sudah meminta ijin pada kedua orang tuanya. Semoga saja.

"Mampus lo kalo gitu," Cetus Kendy.

Mereka bertiga berdiri, posisi mereka melingkar berbisik-bisik seperti mencari impostor dalam rumah. Mila dan Inara sibuk bermain dengan bayi mungil nan manis. Mila sedang mengoleskan telon dan bedak pada bayi. Jadi mereka tidak tahu apa yang dibahas ketiga calon ayah itu.

"Oh... ya udah deh besok gue jelasin," Abi berujar.

Lasa hanya mengangguk, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam kantong piamanya. Wajahnya tetap tampan walaupun baru bangun tidur. Meski ada belek di mata sebelah kirinya.

.

.

.

.

.

Bersambung

Don't forget

Kasih jempol👍🏻

Komentar 🗣️

And favoritkan buat dapet notif😉 

Terima kasih🌸💮

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status