Share

Permintaan Makan Malam

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-07-23 22:36:04

Tidak sampai setengah jam, Nelson kembali dengan menenteng belanjaan. Pria berambut sebagian sudah memutih itu tersenyum ketika memberikan dua kantong berisi makanan, bahan pengisi kulkas, dan tidak lupa obat serta pengompres untuk luka Bella.

"Saya bawakan sekalian ke rumah anda," ucapnya sebagai permintaan.

"Hah?" Bella tercengang. Bukan saja karena kecepatan tangkasnya Nelson membeli barang-barang itu, tapi juga kebaikannya.

"Biar saya yang bawa sendiri. Berapa totalnya? Saya akan bayar sekarang juga," permintaan Bella berharap mendapatkan struk belanja. Bella tidak menyangka sama sekali, Nelson akan membawakan belanjaan sebegini banyaknya.

"Tidak usah, nona. Anggap saja ini tanda pertemanan kita. Saya senang sekali bertemu sama orang yang sama-sama dari Atria."

"Ti tidak, pak. Ini ... Berlebihan. Saya tidak seharusnya dapat ini semua."

"Bagaimana kalau anda jamu saya makan malam? Anggap saja ini sebagai bayaran. Barang-barang pindahan saya masih di antar, jadi saya masih punya ban
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Titik Terendah Hidup Bella

    "Belle femme. Kamu datang, nak!" Pekikan bahagia itu di barengi dengan hamburan tangan untuk memeluk. "Kenapa tidak kabari nenek dulu? Apa ada sesuatu?" Naluri seorang orang tua dengan pikiran lebih pada kekhawatiran. "Nenek," panggilan kerinduan ala Bella. Walaupun hampir setiap hari berkomunukasi, tapi dengan berdekatan seperti ini tetap saja jadi momen istimewa. "Kakak." Bella beralih pada suara anak laki-laki dengan kebutuhan khusus. "Carlitos. Bagaimana kabarmu pria hebat? Kamu kelihatan lebih gemuk? Apa aku melewatkan banyak hal?" lanjut Bella trenyuh, lalu dipeluk adik satu-satunya sambil dibelai rambut dan dicium bagian ubun-ubunnya. "Laki-laki itu siapa, Bella?" Bella mengikuti arah jari telunjuk Marita, lalu tersenyum. "Dia atasan baruku, nek. Tadi nggak sengaja ketemu di bandara." "Oh, masuklah. Ajak dia makan bersama kita. Nenek ada simpanan pasta, tinggal di panasin dan buatkan saosnya." Marita kemudian bersalaman perkenalan dengan Victor. "Bella sangat pandai memb

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Aku Atasan Barumu

    "Sejujurnya memang aku sengaja mengikutimu." Degup gugup bercampur perasaan takut menyelimuti Bella. Sudah capek berurusan dengan orang kaya atau berada di atasnya dari segi jabatan maupun finansial, terlebih bila itu berhubungan dengan Hector. "Maksudmu dengan sengaja mengikutiku sejak dari Milan?" Bella sengaja menghentikan langkah demi secepatnya dapatkan jawaban. "Tentu saja tidak, Bella." Victor membalikkan badan dengan masih memegang penarik koper. "Bisa dibilang, aku setengah stalker dadakan. Tadi pagi aku ke bandara. Pesawat pribadiku ternyata ada trouble mesin, lalu menunggu di lobby dan melihat kamu." "Dimananya?" "Atria hanya pedesaan, bandaranyapun juga kecil. Meskipun banyak aktifitas, tapi seberapa sibuk sih di bandingkan dengan Milan? Jelas gadis secantik kamu jadi sinar terang diantara orang-orang disini, bukan?" Bella tersimpul malu. Ucapan Victor jelas sebuah pujian, karena itu di teruskan langkah demi menutupinya. "Jadi pesawatmu masih di bandara?" tanya Bell

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Ikut Pulang

    Bella kedip-kedipkan mata berkali-kali, berharap normalnya mata masih terjaga. "Benarkah itu tuan sulung?" Bella masih setengah tak percaya. Pria berpostur jangkung, dan tampan itu menyunggingkan senyuman yang mempesona. "Hai, kamu Bella kan?" sapa pria dengan senyuman manis itu. "Iy iy iya. Anda tuan ... Sulung, kan?" balik Bella. "Tidak salah lagi. Panggil dengan namaku saja, Victor. Kalau memanggil tuan sulung, aku merasa tua sekali." Bella terkekeh. Tak bisa di pungkiri Bella, Victor lebih ramah di bandingkan Hector yang dingin. Victor juga adalah orang pertama yang Bella temui di rumah kediaman keluarga Garibaldi tersebut. "Bagaimana anda bisa ada disini?" Bella tak menyangka, Victor di hadapannya di kota kecil sekelas Atria ini. "Aku sedang ada bisnis dengan salah satu perusahaan ekspedisi disini. Sedikit hilangin penat, aku ingin jalan-jalan sebentar di dermaga sini." Victor menengleng tertuju pada koper yang ada di belakang Bella. "Kamu mau pergi? Atau sedang pulang kam

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Tuan Sulung?

    Keesokan paginya, Bella mengemas pakaian dengan berat hati. Saldo rekeningnya memang mengendut karena Hector memberinya jaminan materi dengan dalih uang tutup mulut atas skandal one night stand mereka. Bella berpikir untuk sementara ini membawa sebagian saja keperluannya, satu koper berukuran sedang sudahlah cukup untuk dibawa ke Atria, desa tempat asalnya. Bella menarik pergelangan tangan melihat jam, masih ada waktu sekitar 10 menitan dari jarak mobil penjemput sesuai janji. Untuk mengusir waktu tunggu, Bella memutuskan menunggu di lobby. "Nona Bella? Anda mau kemana?" Bella tak sengaja bertemu dengan Nelson di antara kerumunan orang yang antri di depan lift. "Saya sedang cuti dan sementara liburan ke Atria," terang Bella. Satu tarikan pada pegangan koper, berhasil menggeretnya keluar. "Biarkan saya membantu anda." Nelson bersikap sigap mengambil alih menahan koper sebelum berganti menggeretnya ke arah lobby. Pagi hari yang sibuk pada sebagian besar penghuni gedung aparteme

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Mengincar Bella

    "Iya. Pergi saja." "Jadi anda kesini memang cuma mau bilang itu?" Hector sedang mengunyah, mulutnya penuh gulungan spagetti, sehingga belum berniat menjawab pertanyaan Bella. "Atasan menolak permohonan resign saya, tapi kemungkinan besar saya tetap akan pergi." "Baguslah," sahut Hector dengan menarik tissu model serbet kain, lalu di arahkan ke ujung-ujung bibirnya. Sapuan pelan untuk mengusap sisa saos tomat yang tertinggal. "Kenapa kau senang sekali aku pergi?" Bella kembali memakai bahasa sehari-hari. Sudah kesal pada tiap tanggapan Hector yang enteng. Hector masih mengunyah, menikmati sekali menu makan malamnya. "Jujur, spagetti buatanmu enak. Saos yang kamu buat ini juga beda dengan masakan Neil." Menyebut nama itu, Hector spontan menaruh garpu di samping piring. "Kamu bicara apa barusan?" nada bicaranya sedikit tergagap. "Kamu sudah membuat perintah yang merugikankua. Sorry kalau bicaraku berkesan tidak sopan begini, tapi aku juga manusia biasa. Bisa tidak aku bicara denga

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Sandiwara

    "Aku kesini karena ada perlu denganmu." Hector melewati Bella masuk ke dalam. Tatapannya tak lepas dari pria paruh baya di hadapannya. Ada kode-kode tersirat yang hanya mereka berdua ketahui. "Ada perlu apa, tuan?" Bella terperangah tak percaya. Pria arogan dan dingin yang seharusnya dia hindari, justru sekarang ada di hadapannya lagi. Sendok sayurpun masih dalam pegangannya. Bella mengikuti tatapan Hector yang mengarah pada salah satu kakinya. Mini dress selutut itu menjadi media pandangan orang untuk juga menelusuri kaki jenjang Bella. "Ke ke kenapa, tuan?" Bella bertanya setengah bergidik. Tatapan tajam dan dalam Hector bagai ujung pisau yang siap merobek-robek target utamanya. "Bahkan kamu belum mengobati cederamu itu?!" tanya Hector tajam. "Tidak becus sekali pekerjaanmu!" Ucapan Hector sontak membuat Nelson tertunduk. Meskipun tidak di tunjuk secara terang-terangan, tapi dirinya sadar kalau maksud Hector adalah menyebutkan kesalahannya. "Ini?" Bella lalu menggeser bagian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status