Terima kasih atas hadiah, like dan komentarnya.
Aqeela benar-benar tidak bisa melakukan apa pun. Dia dikurung Bramasta di dalam kamar tanpa ponsel dan computer. “Sampai kapan Om akan mengizinkan aku keluar dari kamar ini? Aku benar-benar harus memberi kabar kepada Rangga dan Key serta dokter Fauzan.” Aqeela mondar-mandir di depan balkon kamar. Dia benar-benar bingung.“Apa aku harus mencurigai Key dan Rangga? Rasanya tidak mungkin. Mereka telah bersama ku sejak lama. Tidak mungkin mengkhianati dan menyakitiku.” Aqeela melihat Jolia datang ke rumah. Wanita itu membawa buah-buahan.“Mama.” Aqeela segera berjalan menuju pintu yang selalu dikunci.Jolia masuk ke dalam rumah. Dia disambut para pelayan. Wanita itu selalu tampil elegan.“Selamat pagi, Nyonya.” Pelayan menunduk.“Apa Aqeela ada di rumah?” tanya Jolia.“Nona Aqeela ada di kamar, Nyonya,” jawab pelayan.“Apa Aqeela masih sakit?” Jolia terlihat khawatir.“Non Aqeela dilarang Tuan keluar dari kamar,” ucap pelayan.“Apa?” Jolia terkejut.“Tuan tidak mau Nyonya muda terluka lagi
Arion telah berada di perusahaanya. Dia memeriksa semua jaringan internet dan cctv yang ada. Mensabotase ponsel para penonton untuk mendapatkan rekaman kejadian di lintasan balapan.“Pasti Aqeela sudah diselamatkan.” Jari-jari Arion bergerak cepat di atas papan huruf. Dia memasukan kode-kode rahasia yang ada.“Aqeela bukan keponakan Bramasta.” Elena berdiri di belakang Arion.“Aku tahu itu. Aqeela adalah adik Alina. Wanita yang dijodohkan dengan Bramasta,” ucap Arion tanpa melihat Elena.“Apa gadis kecil itu menipuku agar dia selamat?” tanya Elena pada Arion. “Dia tidak menipu. Aqeela dipaksa Bramasta menggantikan posisi Alina,” jawab Arion.“Apa? Kenapa?” tanya Elena.“Gadis itu bahkan baru berusia delapan belas tahun. Apa Bramasta seorang pedofil?” Elena menatap Arion.“Dia menginginkan kecerdasan Aqeela. Aku sudah menyelidiki gadis itu,” ucap Arion.“Maksud kamu?” Elena bingung.“Aqeela memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia ahli computer. Sang hacker yang dicari. Orang yang ka
Aqeela membuka mata dan menyadari bahwa dirinya sudah di dalam kamar. Wanita itu segera duduk dan melihat Jolia yang tampak khawatir. “Aqeela, Sayang. Kamu sudah bangun. Bagaimana kamu bisa terluka?” Jolia segera memeluk Aqeela. “Ma.” Aqeela bingung.“Apa yang terjadi? Bramasta tidak mengatakan apa pun. Bagaimana kalian bisa terluka?” tanya Jolia memeriksa lengan Aqeela yang memiliki luka yang sama dengan Bramasta.“Kalian pergi bulan madu. Kenapa datang ke tempat balapan?” tanya Jolia dengan air mata yang sudah menetes membasahi wajahnya.“Ma, maafkan aku.” Aqeela pun menangis. Dia tidak menyangka bahwa Jolia benar-benar sangat mengkhawatirkannya. Perhatian dan kepedulian dari seorang ibu benar-benar tidak pernah dirasakan dalam hidupnya. “Semua ini salah aku,” ucap Aqeela.“Aku yang memaksa Om untuk ikut balapan,” tegas Aqeela.“Om? Ikut balapan?” Jolia menatap Aqeela.“Menonton balapan, Ma.” Bramasta menatap tajam pada Aqeela. “Sayang, Mama tahu usia kamu masih sangat muda dan p
Aqeela telah berada di dalam tabung kaca. Alat-alat canggih melekat pada tubuh gadis itu. Memeriksa virus yang tersisa.“Ternyata luka itu sengaja dibuat Nyonya, Tuan.” Seorang doctor menjelaskan kondisi Aqeela.“Maksud Anda?” tanya Bramasta.“Dia tahu bahwa virus itu akan menyerang otaknya sehingga dia membuatkan luka agar aliran darah bisa membuat virus kebingungan sehingga menyebar ke segala arah,” jelas doctor.“Nyonya benar-benar cerdas sehingga virus hanya sampai pada syaraf tidurnya,” lanjut dokter.“Dia tahu bahwa otak cerdasnya sangat berharga, tetapi kenapa?” Bramasta menatap doctor di depannya.“Ini tidak hanya tentang pembunuhan, tetapi mereka ingin membuat duplikat kecerdasan Aqeela.” Bramasta duduk di sofa. Dia berpikir keras.“Apa yang sebenarnya terjadi? Selain Rangga dan Key, siapa lagi yang tahu tentang kecerdasan Aqeela? Aku yakin dua pemuda itu adalah rekan kerjanya sebagai hacker karena mereka adalah tim.” Bramasta terdiam. Pria itu berada dalam teka-teki yang sul
Pencarian Aqeela hingga pagi hari. Api telah berhasil dipadamkan. Lintasan balapan dibajiri air. Semua orang turun tangan untuk menemukan sang juara. Dia satu-satunya pembalap yang sampai garis finis sedangkan yang lain gagal.“Aqeela!” Rangga berdiri di depan puing-puing motor yang dikendarai Aqeela. Kendaran roda dua itu benar-benar hanya meninggalkan kerangka.“Cari lagi. Pasti Aqeela jatuh di sekitar sini!” perintah Arion.“Tidak mungkin ada yang selamat. Semua hangus,” ucap petugas kebakaran dan kesehatan. “Aqeela, di mana kamu?” Key benar-benar frustasi mencari Aqeela. Air mata pria itu mengalir membasahi wajahnya.“Aqeela. Di mana kamu? Aqeela keluarlah!” Dokter Fauzan pun ikut dalam pencarian. Pria itu berusaha untuk tegar, tetapi tangan dan kakinya terasa lemas. Dia terduduk di aspal yang basah. Melihat semua yang hangus terbakar.“Pakaian Aqeela tahan api kan?” tanya Key pada Rangga.“Tahan api untuk beberapa waktu saja, Key. Jika terlalu lama. Aqeela tidak akan bisa menahan
Bramasta berjalan cepat dari kursi penonton. Dia tahu bahwa Aqeela dalam bahaya. Ponsel sang istri memiliki alat yang terhubung dengan ponsel pria itu.“Siapkan pengaman dan pelindung!” perintah Bramasta. “Baik, Tuan.” Anak buah Bramasta yang telah siap di garis finis. Mereka yakin Aqeela akan menjadi pemenang sehingga berusaha sampai akhir.“Padahal aku bisa membeli mobil itu untuknya. Dia tidak perlu mempertaruhkan nyawa dalam balapan ini.” Bramasta benar-benar kesal karena menuruti permintaan Aqeela untuk ikut balapan. “Aqeela!” teriak Bramasta melihat motor istrinya yang sudah rebah dan terus bergerak. Wanita muda itu tidak melepaskan stang. Dia terus terseret.Ledakan terjadi. Api menyala membakar pelindung dan pembatas lintasan balapan. Para penonton menjauh karena melihat asap yang telah mengepul hitam.“Aqeela.” Key, Rangga dan Arion berteriak melihat Aqeela yang terus terseret motor. Wanita sudah tidak sadarkan diri, tetapi tangannya tetap memegang kuat stang sehingga terus