Terima kasih atas dukungannya berupa hadiah, like dan komentar. Semoga suka. See Soon.
Bramasta menarik Aqeela jatuh ke atas tubuhnya. Wanita muda itu benar-benar sedang melamun.“Aaahh!” Aqeela menatap Bramasta.“Kenapa kamu melamun? Apa menyesal dengan tadi malam?” tanya Bramasta.“Tidak.” Aqeela menggeleng cepat.“Lalu kenapa hanya diam saja? Coba merayu atau memanggiku dengan panggilan sayang.” Bramasta tersenyum.“Mmm.” Aqeela mengunci mulutnya. Dia benar-benar kesulitan untuk memanggil Bramasta dengan panggilan sayang.“Kenapa susah sekali?” Bramasta mencubit hidung mancung Aqeela.“Aaah. Aku belum terbiasa.” Aqeela mengusap hidungnya.“Supaya kamu terbiasa makanya harus dicoba setiap waktu,” tegas Bramasta.“Cobalah!” Bramasta menunggu Aqeela untuk membuka mulut dengan malu-malu.“Sa-yang,” ucap Aqeela memalingkan wajahnya.“Hahaha.” Bramasta tertawa. Dia menekan kepala Aqeela hingga mencium dadanya.“Kenapa kamu sangat menggemaskan.” Bramasta sangat ingin menggigit istri kecil dan mudanya.“Aqeela,” ucap Bramasta pelan. Dia membelai kepala Aqeela yang pasrah men
Bramasta bekerja dengan computer. Dia melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Pria itu juga melirik jam yang ada di dinding. Sang istri masih belum juga keluar.“Apa yang dia lakukan di dalam sana?” Bramasta meletakkan computer di atas meja. Dia beranjak dari sofa dan mendekati pintu kamar mandi.“Sayang, apa kamu belum selesai?” tanya Bramasta mengetuk pintu kamar mandi.“Ya. Sebentar lagi.” Aqeela keluar dari dalam bak. Dia segera membersihkan diri. Mengambil handuk dan membungkus diri. Menggelung rambut agar segera kering. “Aku selesai, Om.” Aqeela membuka pintu. “Jika kamu terus memanggil Om. Aku akan mengigit bibir dan lidah kamu.” Bramasta menarik pinggang Aqeela hingga istrinya berada di dalam pelukannya. “Dan memberikan hukuman yang akan kamu suka.” Bramasta mengecup bibir Aqeela.“Hukuman apa?” tanya Aqeela menatap Bramasta.“Kamu mau hukuman yang bagaimana?” Bramasta tersenyum.“Tidak ada,” ucap Aqeela menggeleng.“Kalau begitu tidak boleh memanggil aku Om la
Bramasta tidak melepaskan pelukan istri di dalam selimut. Aqeela pun tidak bersuara lagi. Dia menyembunyikan wajah di dada sang suami.“Apa masih mau?” tanya Bramasta mencium kepala Aqeela.“Mmm.” Aqeela memukul dada bidang Bramasta. Gadis itu masih sangat malu setelah menyadari dirinya sangat liar meminta sang suami untuk menyelesaikan permainan mereka agar segera mencapai puncak kenikmatan yang tidak mampu ditahan lagi. “Apa sakit?” Bramasta mencium dahi Aqeela dengan cukup lama.“Aku mau tidur.” Aqeela tidak menjawab pertanyaan Bramasta. Dia memeluk erat tubuh pria itu dan menempekan wajahnya pada dada bidang. Memejamkan mata dan mengunci mulutnya.“Aku mau menghilang dari dunia ini. Ini sangat memalukan. Aku tidak tahu bercinta benar-benar menyiksa. Bagaikan manusia yang candu pada narkoba dan butuh obat itu segera,” ucap Aqeela di dalam hati.“Tubuh bergetar. Pikiran kacau dan naluri bergerak sendiri. Meminta lebih. Ternyata bercinta benar-benar menjadi candu dan menggila ketika
WARNING 21+++Aqeela melihat Bramasta berjalan mendekatinya. Pria itu hanya mengenakan celana pendek sebatas lutut dan kaos tanpa lengan.“Bisakah kamu matikan ponsel? Aku yang seorang bos saja meninggalkan ponselku agar bisa menikmati waktu tenang bersama kamu.” Bramasta berdiri di depan Aqeela yang memegang ponsel.“Baiklah. Di sini juga tidak ada jaringan yang cukup.” Aqeela mematikan ponsel dan meletakkan di atas meja.“Bagus.” Bramasta menggendong Aqeela di depan dan membawa ke ruang makan.“Tidak ada siapa pun diantara kita. Hari ini hingga besok hanya kita berdua di pulau ini.” Bramasta mencium bibir Aqeela sambil berjalan menuju kursi di ruang makan.“Kita makan dulu. Setelah itu bermain lagi di laut dan berkeliling pulau dengan kapal kecil.” Bramasta menurunkan Aqeela di kursi.“Mmm.” Aqeela mengangguk. Gadis itu benar-benar menjadi patuh. Dia tahu bahwa Bramasta yang menghapus video dan fotonya dari akun Kiara.Bramasta dan Aqeela duduk berdampingan menikmati makan siang yang
Kapal merapat di pulau tersembunyi. Aqeela dan Bramasta turun. Awak kapal membawa barang-barang mereka. “Cantik sekali.” Aqeela digendong Bramasta turun dari kapal. Pria itu menurunkan istrinya di tangga villa.“Kami akan membuka villa dan memasukan barang-barang Anda.” Para awak kapal masuk lebih dulu dari Bramasta dan Aqeela. “Ayo kita berkeliling.” Bramasta tidak melepaskan tangan istrinya. Dia membawa Aqeela berjalan di tepi pulau yang terhubung langsung dengan air laut.“Om. Tempat ini benar-benar indah.” Aqeela menarik tangannya dari pegangan Bramasta. Dia menyentuh air dan melihat penyu yang berenang.“Om. Ada penyu!” teriak Aqeela masuk ke dalam air.“Aqeela dalam.” Bramasta menyusul Aqeela yang telah basah.“Om. Kita tidak perlu menyelelam lagi. Dari sini pun bisa melihat pemandangan di dalam laut yang indah.” Aqeela terlihat jelas sangat senang dengan kepulauan tersembunyi yang dipilih Bramasta.“Tuan. Kami telah menyajikan menu makan siang Anda dan Nyonya.” Pelayan membu
Aqeela mulai pasrah dengan keadaan di dalam laut. Dia tetap berusaha mengatur napas dengan mata yang terpejam.“Mm.” Aqeela membuka mata karena pria itu mengangkat tubuhnya keluar dari dalam laut dengan tetap mempertahankan ciuman.“Kenapa, Aqeela? Apa kamu sangat pasrah?” Bramasta membuka kaca mata yang gunakan Aqeela. “Om!” Aqeela terkejut melihat pria yang menyiksanya di dalam laut dengan cara yang tidak biasa.“Aku pikir seseorang mau membunuhku.” Aqeela memukul dada Bramasta.“Apa ada cara membunuh dengan ciuman?” tanya Bramasta tersenyum puas. Dia senang bisa membuat Aqeela cemberut.“Kapan Om datang?” tanya Aqeela.“Kita berada di dalam pesawat yang sama, Sayang.” Bramasta mengecup bibir Aqeela yang basah dan dingin.“Apa semalam Om ke kamarku?” Aqeela menatap Bramasta.“Apa kamu berharap ada pria lain yang datang?” Bramasta memicingkan matanya.“Tidak,” tegas Aqeela cepat dan itu membuat Bramasta bahagia.“Aku pikir itu hanya mimpi, tetapi terasa lebih nyata,” ucap Aqeela mel