Terima kasih atas dukungan dan hadiah yang diberikan
Bramasta pergi ke kamar Aqeela. Dia melihat ruangan yang kosong.“Kamar yang luas dan nyaman.” Bramasta melihat dinding dan pintu kaca yang terbuka. Menghubungkan dengan taman.“Pasti dia di taman.” Bramasta berjalan ke taman dan tidak juga menemukan Aqeela.“Apa dia masih mandi?” Bramasta telah mengelilingi taman, tetapi Aqeela belum juga terlihat. “Sepertinya dia masih mandi.” Pria itu kembali ke kamar dan melihat Aqeela yang mengenakan handuk dan duduk di depan cermin. Wanita muda itu sedang mengeringkan rambutnya. Dia bersenadung bahagia.“Dia benar-benar bahagia. Baru kali ini aku mendengarnya bernyanyi dengan ceria.” Bramasta melihat Aqeela beranjak dari kursi dan berjalan menuju lemari pakaian.“Wah! Ternyata papa tahu ukuran baju dan celanaku.” Aqeela tersenyum.“Senangnya mendapatkan perhatian dari papa.” Aqeela benar-benar bahagia melihat pakaian yang tersusun dan tergantung dengan rapi.“Apa perhatianku kurang?” tanya Bramasta melingkarkan tangan di pinggang Aqeela.“Om!” A
Aqeela berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lulus dengan cepat dan sukses, tetapi gadis itu tidak sadar bahwa ada begitu banyak manusia yang serakah. Mereka ingin menguasai dunia dengan segala cara. Dia Adalah salah satu jalan untuk menuju keinginan mencapai kesuksesan.“Aqeela sudah menentukan pilihan. Dia akan kuliah di luar negeri, tetapi tidak menyebutkan universitas mana yang akan dituju,” ucap professor Febrino.“Aqeela. Andai kami tahu kampus mana yang kamu pilih. Kami akan dengan mudah bekerja sama dengan universitas pilihan kamu.” Seorang pria yang seusia sama dengan Anggara.“Nanti akan tahu,” ucap Aqeela tersenyum.“Apa Anda akan kembali ke Perusahaan Bramasta?” tanya yang lain.“Belum tahu,” jawab Aqeela melihat pada Bramasta.“Perusahaan kami juga sangat cocok dengan kemampuan Anda.” Arion berdiri dan tersenyum pada Aqeela.“Arion!” Bramasta memicingkan matanya. Dia tidak menyangka pria itu berani muncul di hadapan semua orang.“Terima kasih. Saya sangat senang dengan re
Pada sesi tanya jawab ada banyak orang yang mengangkat tangan. Mereka mengajukan pertanyaan kepada Aqeela dan dengan mudah gadis itu memberikan jawaban serta penjelasan tentang produk yang diciptakannya.“Apa Anda sudah menentukan pilihan untuk melanjutkan ke universitas mana?” tanya seorang dosen dari luar negeri.“Tentu saja, tetapi masih saya rahasiakan. Saya akan mengirimkan langsung surat balasan kepada universitas,” jawab Aqeela tanpa ragu.“Nona Aqeela. Apa Anda tertarik untuk bergabung di Perusahaan kami?” tanya yang lain.“Untuk sekarang. Saya akan fokus pada kuliah agar bisa lulus lebih cepat,” jawab Aqeela. “Saya juga akan terus berusaha menciptakan dan mengembangkan apa yang telah ada,” jelas Aqeela.“Luar biasa.” Semua orang bertepuk tangan mendengarkan jawaban Aqeela yang pernuh keyakinan. Dia telah membuktikan kemampuannya sehingga tidak akan ada keraguan dari pihak mana pun.Semua tamu undangan yang hadir benar-benar berharap Aqeela menjadi bagian dari mereka. Di kursi
Hari yang ditunggu tiba. Seminar karya sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa terpilih. Mereka bisa menyelesaikan study lebih awal dari yang lainnya dengan kemampuan yang dimilik dan tidak biasa.Aqeela berdiri di depan cermin. Dia menatap diri yang tampil cantik dengan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam pandang. Rambut panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai. Diselipkan jepit kecil di bagian telinga. Benar-benar terlihat manis. Wajahnya semakin cantik dengan makeup tipis. “Aku siap.” Aqeela mengambil jas kebanggaan kampus berwarna hitam dan dikenakannya.“Cantik.” Bramasta melihat bayangan Aqeela dari pantulan cermin.“Terima kasih.” Aqeela memutar tubuh menghadap Bramasta.“Kamu pasti bisa.” Bramasta memegang kedua lengan Aqeela dan mencium dahi istrinya dengan lembut.“Ayo.” Bramasta menggandeng Aqeela.“Tasku.” Aqeela mengambil tas rancel yang ada di atas kasur. Dia menuruni tangga bersama Bramasta. Pergi bersama menuju garasi mobil. “Silakan, Nyonya.” Sopir membuk
Aqeela selesai sarapan. Gadis muda itu bersiap untuk ke kampus. Dia sudah harus mempersiapkan diri untuk seminar.“Om, aku pergi dulu.” Aqeela tersenyum pada Bramasta yang duduk di ruang tengah. Pria itu sengaja menunggu sang istri.“Aku akan mengatarkan kamu,” tegas Bramasta beranjak dari sofa.“Tidak usah, Om. Aku bisa pergi sendiri dengan motor,” ucap Aqeela.“Atau kamu mau mengendarai mobil sendiri.” Bramasta menatap Aqeela.“Tidak. Motor lebih cepat dan mudah. Dahh!” Aqeela melambaikan tangan pada Bramasta. Dia berlari menuju garasi mobil. Menngambil helm dan mengenakannya. Motor hitam telah siap digunakan.“Aqeela.” Bramasta mengacak rambutnya. Gadis kecil itu benar-benar suka bergerak cepat tanpa menunggu aba-aba.“Aku benar-benar sulit mengimbangi kamu, Aqeela.” Bramasta melihat Aqeela yang sudah mengendarai mobil meninggalkan halaman rumah mewahnya. Gadis muda yang baru beranjak dewasa itu benar-benar menyukai kebebasan karena semasa kecil dia dikurung di rumah dan bahkan teri
Pagi hari Bramasta dan Aqeela sudah berkemas. Keduanya bersiap untuk pulang ke rumah. Pria itu tidak memberitahu keluarganya karena dia tidak suka banyak orang.“Silakan, Tuan.” Nave memberi jalan untuk Bramasta yang menggandeng Aqeela.“Hati-hati,” ucap Bramasta masuk ke dalam mobil.“Ya.” Aqeela duduk di barisan kedua bersama Bramasta.Mobil melaju dengan kecepatan standar mengantarkan Bramasta dan Aqeela. Berhenti di depan pintu utama rumah mewah. “Eeh!” Aqeela terkejut karena tiba-tiba Bramasta langsung menggendongnya.“Aku sudah sembuh,” ucap Aqeela melingkarkan tangan di leher Bramasta.“Aku tahu.” Bramasta membawa Aqeela ke kamarnya. Dia melepaskan sang istri di atas kasur.“Om, kenapa ke kamar Om?” tanya Aqeela.“Karena aku mau merawat kamu. Mulai malam ini kita akan tidur sekamar,” jawab Bramasta.“Tidak mau,” tegas Aqeela meletakkan kedua tangan di depan dadanya.“Apa yang kamu pikirkan?” Bramasta tersenyum.“Tidak ada.” Aqeela mau turun dari kasur dan kembali ke kamar. “Ka