Share

Bab 4

Author: April
Orang-orang mulai berbisik.

"Cincin yang dipakainya ... bukankah tiruan dari cincin 'Cinta Sejati Abadi' yang dibeli Leandro dengan harga fantastis untuk istrinya?"

"Ini adalah penampilan publik pertama Nyonya Fusman, wanita ini pakai barang palsu, bukankah ini provokasi?"

Seorang pria berpakaian jas mengernyit dan bertanya,

"Hubert, wanita ini temanmu?"

Melihatku yang terus-menerus tidak menoleh, Hubert menarik dasi pria itu, lalu berkata dengan nada dingin, "Bukan!"

Mendengar itu, Yuna segera bersemangat, mengangkat dagu sambil berseru,

"Cepat lepaskan cincinnya, lalu pergi!"

Aku menatapnya tenang. Ingin meyakinkan diri aku bertanya, "Kamu benar-benar mau aku pergi?"

Sikapku yang tenang membuatnya makin marah. Dalam benaknya, aku seharusnya menangis terisak, membungkuk minta maaf, lalu memohon agar dirinya tidak mengusirku.

Tatapan mata Yuna berubah tajam, lalu berteriak, "Bermain peran apa lagi, cepat lepaskan cincin itu!"

Detik berikutnya, Yuna datang menarik cincinku.

Aku menghindar saat tangannya akan meraih, lalu diriku mundur dua langkah.

Tapi tiba-tiba ada seseorang di belakang yang mengulurkan kaki, membuatku terjatuh.

Tanganku menopang lantai, aku terhuyung jatuh, seolah dunia di sekitarku berputar.

Yuna tertawa sinis, sepatu tumit tingginya menekan tanganku dengan keras, lalu dia melepas cincin itu. Setelah berhasil merebutnya, dia melemparkan cincin itu dengan keras ke lantai.

"Sampah macam ini, cuma bajingan murahan sepertimu yang anggap itu harta!"

Lenganku yang diinjak terasa kesakitan yang luar biasa, punggung tanganku sudah luka dan berlumuran darah.

Aku hanya terpaku melihat cincin yang permatanya retak.

"Angkat dia! Buang keluar!" Yuna perintah dengan angkuh.

Hadirin pesta disekeliling segera bergerak mendekat.

Saat seseorang hampir mencengkeram tanganku dan kakiku, aku menahan sakit dan berseru,

"Berhenti, aku istri Leandro!"

"Plak!"

Sebelum kalimatku selesai, Yuna menamparku keras.

"Masih pura-pura terus! Kamu mau lagi menyebarkan gosip jadi selingkuhan Leandro? Siapa kamu sampai berani?"

Setelah itu, Yuna belum puas, menamparku sekali lagi.

Wajahku panas terbakar, aku menggertakkan gigi, kemarahan dingin menyala di dadaku.

Kali ini pulang, aku sebenarnya tak ingin ambil pusing dengan Yuna.

Karena aku hamil dan tak bisa marah, tak perlu menghiraukannya.

Tapi sekarang aku bersumpah, aku akan membuatnya menyesal!

Hubert berjongkok di depanku, mencoba menyentuh luka di pergelanganku, tapi tanpa sadar aku segera menghindar.

Wajahnya berubah dingin, "Vadya, sudah cukup keributanmu?"

"Kamu pakai cincin palsu itu dan datang ke acara seperti ini berpakaian begini, bukankah itu cuma untuk menarik perhatianku, menaklukkan hatiku kembali?"

"Asal kamu sekarang mohon padaku, aku bisa menolong, membiarkanmu tetap di sisiku."

Aku tak bisa menahan tawa sinis. "Hubert, kamu terlalu tinggi hati."

Hubert mengerutkan kening, hendak berbicara, lalu suasana tiba-tiba menjadi hening.

Orang-orang di sana merapikan pakaian, menatap pintu masuk jamuan.

Hubert buru-buru menarikku berdiri, berbisik, "Leandro segera datang, sebaiknya kamu bertingkah sopan!"

"Asalkan kamu bisa berperilaku baik, aku bisa saja memberimu kesempatan untuk kembali padaku."

Aku bosan berbicara, hanya menekan luka yang masih sakit, merasa jengkel melihat pria di depanku.

Saat itu, lampu di pintu masuk aula menyala.

Sambil menggendong anak kami, Leandro berjalan perlahan dikelilingi perhatian para tamu.

Begitu masuk, anak kecil itu meronta turun dari pelukan ayahnya. Tingkahnya yang lincah dan menggemaskan segera menarik perhatian seluruh ruangan.

Dia menoleh ke kiri dan ke kanan di aula, matanya yang besar menatap para hadirin, membuat setiap orang seolah merasakan berkah yang luar biasa dari pandangannya.

Hubert tiba-tiba menoleh kepadaku, "Vadya, asalkan kamu nggak lagi cemburu dan mengusik Yuna, aku bisa memaafkan minggatnya kamu selama tiga tahun."

"Tapi kamu harus memberiku seorang anak, anak yang bahkan lebih manis daripada dia."

Aku tak sempat menanggapi, karena pandanganku bertemu suami dan anak yang berada di tengah kerumunan.

Mata mereka seketika berbinar.

Beberapa saat kemudian, Leandro menggandeng anak itu dan berjalan segera ke arahku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 10

    Wajahnya bengkak parah, seperti bekas pukulan.Aku menatapnya dengan waspada. "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini? Apa yang kamu inginkan?"Hubert bisa menghindari begitu banyak pengawal dan sampai ke sini, pasti sudah menghabiskan banyak upaya.Mengira-ingat ekspresi gila Yuna, hatiku segera mencelus.Hubert sepertinya menyadari ketakutanku, buru-buru berkata,"Vadya, jangan takut, aku nggak akan menyakitimu.""Aku hanya ...."Aku menjauh dua langkah darinya, lalu balik bertanya dengan kesal, "Hanya apa?""Vadya, aku sudah bilang, aku menikah dengan Yuna hanya untuk memberi status ayah di atas kertas pada anak Yuna ... sebenarnya, sejak awal aku selalu mencintaimu, sungguh."Ekspresinya penuh penderitaan. "Aku ... setiap kali membayangkan kamu menikah dengan pria lain dan bahkan punya anak, hatiku seperti disayat-sayat. Aku tahu, dulu aku sombong, nggak tahu menghargaimu, selalu membuatmu sedih. Tapi aku akan berubah, aku bisa berubah demi kamu!""Aku tahu kamu juga mencintaiku.

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 9

    Meskipun di mata orang luar, Leandro tampak dingin, kejam, dan tegas, tapi aku tahu dia tidak akan pernah membiarkan aku dan putra kami terluka sedikit pun.Kali ini aku sampai terluka, pasti membuatnya sangat menyalahkan diri sendiri.Anna memang menggambarkan tindakan Leandro seolah-olah dirinya iblis, tapi aku sama sekali tidak merasa takut. Bagaimanapun semua ini adalah akibat perbuatan mereka sendiri. Orang yang berbuat salah akhirnya akan mendapat balasan.Hanya saja aku khawatir, anakku yang masih kecil sudah harus mengalami hal-hal semacam ini, apakah itu akan berpengaruh pada dirinya secara psikologis?Ketika aku masih ingin berbincang dengan Anna, pintu kamar tiba-tiba terbuka keras. Sosok Leandro dan putraku segera muncul di hadapan, wajah mereka penuh kegembiraan.Putraku tanpa ragu menyingkirkan ibu angkatnya, menggenggam tanganku, lalu berkata,"Mama, bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah lebih baik?"Leandro juga bertanya dengan penuh perhatian,"Apa tubuhmu masih ada yan

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 8

    Hubert tidak menyangka aku benar-benar tidak memedulikan kehadirannya. Dia menatap kami sekeluarga bertiga yang tampak harmonis, matanya memerah.Dia ingin mendekatiku, tapi putraku berdiri mengadang dan menatapnya dengan tajam."Jauhkan dirimu dari mamaku!""Beraninya kamu menyuruh mamaku jadi pembantu? Di rumah saja kami semua harus dengar kata Mama, apa pantas kamu menyainginya?""Aku tahu siapa dirimu. Kamu bukan hanya pria berengsek yang menyakiti hati mamaku, tapi juga punya anak haram!""Mama hanya punya aku dan adik perempuanku. Anakmu nggak pantas jadi anak Mama!""Lelaki sepertimu bahkan nggak pantas dibandingkan dengan papaku. Wajahmu tak setampan Papa, kamu tak sekaya Papa, dan kamu juga nggak sebaik Papa pada Mama."Putraku menatap Hubert dari atas ke bawah dengan jijik."Paman, apa kamu nggak punya sedikit kesadaran diri?"Hubert mengepalkan tinju, dadanya naik-turun hebat karena malu dan marah.Semua orang tahu, dirinya hanya bisa duduk di posisi tinggi berkat koneksi. K

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 7

    Saat bertemu tatapan mereka, hatiku segera melunak."Dokter, aku nggak apa-apa, jangan hiraukan mereka."Setelah aku bicara, dokter merasa agak lega.Setelah memastikan tubuhku tak ada masalah lain, dokter dengan hormat berkata,"Pak Leandro, luka Nyonya lumayan parah, tapi untungnya waktu jatuh, langsung tertahan oleh tangan, jadi bayi dalam perutnya tidak terkena masalah.""Aku sudah memberikan obat pada luka di punggung tangan, nggak akan meninggalkan bekas."Leandro mengangguk tanpa ekspresi.Lalu tatapan matanya yang tampak menekan kemarahan itu menyapu semua orang.Sebagai dalang dari semua ini, Hubert menjadi risau melihat suasana tegang itu.Dia tak pernah menyangka suatu hari aku akan tiba-tiba menjadi istri Leandro.Mata Hubert memerah menatapku, dirinya dipenuhi rasa tidak terima, hasrat memilikinya yang tertahan meledak saat itu.Tapi dia tak mampu melawan pria yang berdiri di sampingku, hanya bisa mengepalkan tangan dengan erat sampai telapak memutih.Leandro memelukku, ta

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 6

    Orang-orang yang menyinggungku bersama Hubert mulai lemas, bahkan tidak sanggup memegang anggur.Mereka tidak menyangka, orang yang mereka ejek sebagai bajingan penjilat sampah, ternyata benar-benar istri Leandro!Dalam sekejap, mereka menyesali diri mereka yang tak tahu diri.Jelas-jelas di jariku tersemat cincin satu-satunya itu.Aku juga sudah mengakui diriku sebagai istri Leandro, aku tak pernah menipu siapa pun. Dan mereka akan membayar untuk kesombongan mereka sendiri.Aku melihat beberapa orang diam-diam mundur beberapa langkah, otomatis menjauh dari Hubert dan Yuna.Namun, Rovia yang berada di samping Yuna tiba-tiba bersuara lantang, "Vadya, aku cuma ke kamar mandi sebentar, kamu malah entah dari mana cari aktor pria dan anak ini.""Lumayan tampan juga, jangan-jangan dia gigolo yang kamu sewa?"Dia mendongak dengan congkak, "Bahkan kalau mau berpura-pura, lakukanlah dengan lebih meyakinkan. Kamu habiskan semua uangmu pada hal ini, nantinya mau makan apa? Kalau kau mau mohon pad

  • Tidak Akan Diremehkan lagi Oleh Kamu   Bab 5

    Lelaki yang biasanya terlihat dingin saat di luar, di saat melihatku, wajahnya justru menampakkan senyum tipis.Anak kecil yang menggemaskan segera berlari memelukku, tapi ketika melihat punggung tanganku yang berdarah, dirinya dengan cemas bertanya,"Mama, tanganmu kenapa terluka? Apa ada yang menindas Mama?"Satu kata "Mama" menarik semua pandangan di tempat itu, aku mendengar orang-orang dengan nada terkejut menarik napas dingin.Para tamu yang tadinya menatapku dengan ejekan, kini menatapku dengan mata terbelalak tak percaya.Putraku selalu peka terhadap perasaanku, hal ini benar-benar sama persis dengan ayahnya.Perhatiannya menghangatkan diriku, membuat semua rasa kesalku seketika sirna.Aku penuh kasih sayang meraihnya erat ke dalam pelukan, mengecup pipinya yang lembut seraya berbisik, "Aku nggak apa-apa kok."Namun dia tetap hati-hati menggenggam tanganku, dengan penuh rasa sayang meniup pelan punggung tanganku yang terluka."Tiup-tiup biar sakitnya hilang! Mama, bilang saja,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status