Home / Rumah Tangga / Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi / 6. Sahabat Sekaligus Selingkuhan

Share

6. Sahabat Sekaligus Selingkuhan

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2025-09-24 18:19:13

"Bolehkah hari ini aku ikut kamu ke kantor?" tanya Emely tiba-tiba.

Darren mengerutkan kening. "Tumben?" Mereka kini sedang berada di meja makan menikmati sarapan bersama.

wajah keduanya tampak sumeringah. Ini semua karena kejadian semalam di mana Emely berhasil menyalurkan hasratnya pada sang suami meski kali ini dia yang bekerja keras. Tidak apa. yang penting sama-sama terasa meski kenyataannya Darren yang keluar duluan.

"Memangnya tidak boleh?" tanya Emily kemudian.

Darren terkekeh. "Pasti ini karena sahabat kamu yang bekerja di kantor," ujarnya kemudian.

Emely melebarkan senyumannya. "Tahu aja. Boleh, ya. Boleh?"

Darren mengangguk. "Sure. Tapi ingat jangan sampai kamu mengganggu pekerjaannya karena itu akan mengganggu aku juga."

Emely mengangguk patuh. Mereka kembali menikmati sarapan mereka. sepertinya hubungan mereka menjadi baik.

Kegiatan keduanya tak luput dari perhatian seseorang. Hans, melihat interaksi itu dengan kesal. Dia mengepalkan tangan tetapi harus menahannya.

Pria itu pun berjalan ke arah meja makan dengan ekspresi kaku. Sangat berbeda dengan biasanya dan Emely menyadari itu. Dia pun bertanya-tanya dalam hati tentang ekspresi Hans pagi ini.

Hans duduk di meja makan dan mulai menikmati sarapannya dengan diam.

"Hari ini mau ke mana?" tanya Darren. Pertanyaan itu ditujukan pada Hans.

Tanpa menoleh Hans menjawab, "Ke pinggiran kota."

Darren menghentikan gerakan tangannya lalu menatap sang adik. "Kau mau  ke tempat itu lagi?" tanyanya kemudian.

Darren melihat adiknya itu mengangguk sekilas tanpa menoleh dan itu membuat Darren menghela napas dalam. "Kenapa kau tidak lu---"

Kalimat Darren terhenti kala tiba-tiba Hans menatapnya dengan tajam. Kalau seperti itu mau tidak mau dia pun akhirnya memilih untuk diam.

Mereka berangkat bersama. Darren dan Emely dengan mobilnya dan Hans yang membawa motornya.

"Hati-hati," ujar Darren ketika mereka sama-sama berhenti di lampu merah. Motor Hans berada di samping mobilnya.

Lagi-lagi Hans hanya mengangguk saja. Tepat ketika lampu hijau sudah menyala, Hans langsung menarik gas motonrya dan membuat pria itu meljau sangat kencang.

Darren berdecak melihatnya. "Percuma." Dia pun segera menjalankan mobilnya sebelum mobil di belakang marah-marah.

"Sayang. Memangya Hans mau ke mana?" tanya Emely yang merasa penasaran.

Darren tersenyum. "Bukan wewenang  aku untuk menjawab pertanyaan kamu."

"Ah kamu nggak asyik." Emely mengerucutkan bibirnya.

Darren tertawa. "Maaf. Tapi ini benar-benar hal yang tak bisa diceritakan oleh aku. Kamu tanya saja sama dia kalau kamu merasa penasaran. Siapa tahu dia mau memberitahu kamu."

"Ya udah." Emily memilih diam. Perjalan dilanjutkan sampai kantor.

Ketika membuka pintu ruangan Darren, dua perempuan saling meneriakkan nama lalu berpelukan.

"Ingat. Jangan bergosip ketika bekerja," ujar Darren memperingati istri dan asistennya.

"Siap." Dua perempuan itu hormat lalu tertawa bersama. Jika Isabel melanjutkan pekerjaan kembali, maka Emely melanjutkan kegiatannya di ruang santai menunggu waktu istirahat.

***

"Nggak papa nih kamu membiarkan Pak Darren istirahat sendirian dan kamu sama aku?" tanya Isabel ketika mereka bersama.

Emely mengibaskan tangan ke udara. "Ah biasa itu. Toh biasanya dia selalu sendiri. Aku ke sini, kan memang mau ketemu kamu," ujarnya kemudian.

Isabel mengangguk beberapa kali dan mulai menikmati makan siangnya.

Emely menatap Isabel ragu-ragu. Ada alasan sebenarnya dia ingin menemui Isabel. Dia ingin menanyakan sesuatu. Emely pun segera berpura-pura menguap.

"Hah. Ngatuk banget." Emely menutup bibirnya dengan tangan.

Isabel yang melihat hal itu mengerutkan keningnya. "Ngantuk banget kayaknya. Nggak tidur? Semalam abis ngapain aja sampai siang gini masih ngantuk?" tanyanya dengan nada dan ekspresi menggoda.

Berhasil. Terpancing. "Apaan sih. Aku tuh ngantuk karena semalam telat tidur karena baca novel," ujar Emely kemudian.

"Dih. Ngantuk bukannya tidur aja di rumah malah ke sini. Lagian sejak kapan sih kamu suka baca novel?" tanya Isabel.

"Sejak sering di rumah sendirian dan merasa bosan. Akhirnya aku baca-baca novel. Kadang buku, kadang elektronik," ujar Emely.

"Eh. Tapi ini ceritanya seru loh. Kamu mau dengar, nggak?" Dia menawarkan.

Isabel menggeleng. "Nggak usah. Aku nggak suka novel atau dunia hayalan."

"Ih dengar dulu. Ini tuh unik ceritanya," ujar Emely memaksa sembari memegangi tangan sang sahabat sembari menggoyangkannya beberapa kali.

"Iya-iya." Isabel tak punya pilihan, mau tak mau dia harus mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Emely.

Emely pun tersenyum. "Aku mulai cerita, ya. Belum aku baca semuanya sih."

Dia berdehem beberapa kali. "Ceritanya ini tentang seorang perempuan. Dia punya suami. Tapi, di suatu kejadian, dia tidak sengaja tidur bersama adik iparnya. Nah, ketika sadar mereka memutuskan untuk melupakannya. Tapi, ternyata mereka tidak bisa melupakannya begitu saja. Mereka terus teringat hal itu. Bakal, si perempuan ini membayangkan wajah adik iparnya waktu berhubungan sama si suami. Menurut kamu gimana?" Dia bertanya.

Heran dengan pertanyaan Emely yang sepertinya cocok dengan yang dia alami? Ya. Emily mengalami semua itu. Apa yang dia katakan semuanya adalah bohong.

Emely sama dengan Hans. Dia pun tak bisa melupakan malam itu. Malam singkat yang mampu memperkenalkan dirinya pada kenikmatan dunia. Bahkan semalam, ketika dia melakukannya bersama Darren, yang terbayang di kepala adalah Hans. Hanya wajah Hans.

Kening Isabel mengerut. "Gimana apa? Kelanjutannya? Ya kamu baca aja."

"Bukan ih. Menurut kamu kisah mereka bagaimana?" Emely bertanya.

Isabel tampak berpikir. "Sulit, Em. Karena kalau itu benar terjadi di dunia nyata, masalahnya kita tak bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Mau menghakimi salah satu pihak, itu sulit," ujarnya kemudian.

Emely menghela napas dalam. Niat hati ingin mencari solusi malah seperti ini.

"Sudah. Lebih baik kamu baca aja kelanjutannya. Biar kamu tahu sendiri nanti." Isabel memberi saran.

"Dah lanjut makan," lanjutnya.

Emely hanya mengangguk saja. Mereka melanjutkan makan siang, setelah selesai Emely memilih pulang.

***

Isabel mengambil minuman ketika tidak sengaja Darren juga akan mengambilnya, tangan keduanya pun saling bersentuhan. Keduanya saling tatap satu sama lain untuk beberapa saat. Darren pun mulai mendekat lalu perlahan menangkup wajah Isabel.

Dia menyatukan kening pada kening Isabel. "I miss you."

"Miss you to," bisik Isabel. Keduanya melempar senyum. Tangannya mulai menumpu pada dada Darren.

"Sekarang?" tanya Isabel.

"Tunggu apalagi?" Detik selanjutnya mereka mulai menyatukan bibir mereka, berciuman dengan penuh gairah.

Darren segera mengangkat tubuh Isabel, membawa perempuan itu ke kamar pribadinya yang ada di ruang kerjanya. Kita tahu apa yang akan mereka lakukan di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   35. Menyerah

    "Darren. Apa maksud mama kamu?" tanya Isabel panik, perempuan itu segera mendekat Darren dan menggoyangkan lengan sang kekasih untuk meminta jawaban.Gita hanya diam memperhatikan keduanya.Sedangkan Darren masih dalam keadaan terpaku setelah mendengar perkataan mamanya. Kalau sampai benar apa yang dikatakan sang mama, itu artinya dia ....Ah tidak-tidak. Bukan hanya dia, tetapi Isabell lah yang paling dalam keadaan berbahaya. Dia menatap Isabel dab memegang tangan perempuan itu kuat-kuat."Darren. Sakit," ujar Isabel yang berusaha untuk melepaskan genggaman tangan sang kekasih.Saking khawatirnya, Darren tanpa sadar meremas tangan Isabel dengan sangat kuat sampai perempuan itu kesakitan. "Maaf-maaf." Darren segera melepaskan genggaman tangannya pada tangan Isabel."Ada apa?" tanya Isabel kemudian. Dia menatap Darren yang terlihat jelas ekspresi kekhawatirannya."Kamu harus kembali keluar negri," ujar Darren kemudian kembali menggenggam tangan Isabel. Kali ini jauh lebih lembut dari s

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   34. Pemberitahuan Dari Gita

    "Mama?" Setelah mendapat pemberitahuan kalau dirinya dipanggil oleh sang mama, Gita langsung bergegas menuju ruangan Visha. Dia tampak bingung melihat ekspresi mamanya yang terlihat sangat marah.Visha menatap tajam satu-satunya anak yang dia miliki. "Apa yang sebenarnya kamu ajarkan terhadap anak kamu, Gita!"Melihat kemarahan mamanya, Gita langsung paham. Pasti Darren baru saja melakukan sebuah kesalahan yang besar. Perempuan itu pun langsung menunduk ketakutan. "Ma---maaf, Mama. Apa yang telah Darren lakukan?" Ya. Bertanya yang hanya bisa dia lakukan saat ini."Putar," ujar Oma Visha. Tak lama, layar besar di belakangnya memutar sebuah vidio kejadian. Gita yang melihat itu melotot seketika.Dia segera menunduk kembali. Kedua tangannya saling bertaut satu sama lain. "Ma--maaf, Mama."Oma Visha menggeleng pelan. "Ini sudah berada di luar kendali, Gita. Apa yang akan dia lakukan setelah ini? Menghancurkan keluarga kita?" tanyanya dengan suara penuh penekanan.Gita pun menggeleng cepat

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   33. Oma Visha vs Emely

    "Silakan, Nona," kepala pelayan kediaman utama mempersiapkan Emely untuk menuju ke ruangan di mana Oma Visha sudah menunggu di sana.Emely bangkit seraya mengembuskan napas kasar. "Dia yang katanya ingin bertemu tapi kenapa masih aku yang diminta menunggu." Dia tidak bertanya, tetapi menggerutu. Perempuan itu pun berjalan menuju ruangan pertemuannya bersama Oma Visha. Dia memasuki sebuah ruangan di mana Oma Visha sudah ada di sana, menyambut kedatangannya dengan senyuman."Selamat datang, Emely," ujar Oma Visha."Terima kasih, Oma." Emely menjawab dengan sopan. Dia mengedarkan pandangan, menatap ke segala arah dan menyadari kalau ada yang datang sebelum dirinya. Itu kenapa tadi dia diminta untuk menunggu.Tapi, siapa? "Sepertinya ada tamu yang menemui Oma tadi," ujarnya kemudian.Oma Visha mengangguk. "Ya. Kamu benar.""Siapa?" Emely bertanya penasaran. Meskipun, dia akan tahu hasil akhirnya."Apa itu penting untuk kamu?" tanya Oma Visha kemudian.Benar bukan? Emely pun menggeleng. O

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   31. Kebodohan Isabel

    Pertemuan dengan Emely beberapa waktu lalu di toko pakaian menyisakan kekesalan di hati Isabel. Niat hati ingin pamer pada perempuan itu, dia sendiri yang malah dibuat kesal dan dipermalukan di depan umum.Namun, bagaimanapun juga apa yang dikatakan Emely tadi membuat Isabel kepikiran. "Apa benar yang dia katakan?" tanyanya kemudian.Perempuan itu sedang berada di dalam taksi menuju pulang. Mood dia berbelanja sudah lesap seketika karena insiden tadi. Menyangga dagu dan terus memerhatikan ke luar kaca mobil, Isabel terus berpikir."Apa benar sebenranya Darren sudah jatuh cinta sama Emely?" tanyanya kemudian. Dia terus bepikir akan hal itu."Bagaimanapun selama aku sekolah di luar negri, hanya Emely yang ada di dekatnya. Banyak hal yang bisa saja terjadi di antara mereka. Dan ... dan bisa jadi Darren memang sudah memiliki perasaan terhadap Emely. Isabel mulai panik.Dia ingat, Darren memang selalu mengeluarkannya di luar ketika mereka melakukan hubungan. Kalau pun tidak sengaja, setela

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   30. Keuntungan Pernikahan

    Perdebatan terjadi di dalam keluarga Emely. Di mana tiga orang tengah memperdebatkan keputusan Emely yang ingin berpisah dengan Darren. Terlihat Andi, ayah Emely yang merasa tidak setuju dengan keputusan putrinya yang ingin berpisah. "Pah. Apa tidak sebaiknya kita bicarakan lagi hal ini dengan Nyonya besar? bagaimanapun keputusan Emely itu bukan main-main. Dia membicarakan tentang perceraian," ujar pria itu mencoba meyakinkan papanya agar papanya itu kembali memutuskan untuk berpisah kepadanya. Sayangnya, sepertinya itu akan sulit. "Apalagi yang harus dibicarakan? Darren sudah salah. Dia berselingkuh. Bagi papa apa yang dilakukan Emely sudah benar," ujar pria tua itu kemudian. "Iya, Ayah. Kenapa sih Ayah sepertinya tidak setuju kalau Emely akan bercerai dengan Darren? Darren sudah menyakiti anak kita loh," ujar Cahya ikut menyambung kemudian. "Bu. Hubungan rumah tangga itu bukan main-main. Sebaiknya kalau ada masalah dibicarakan dulu, jangan langsung mengambil keputusan dengan

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   29. Tamu Tak Diundang

    Emely tertawa tiada henti, perempuan itu merasa puas dengan apa yang baru saja dia lakukan terhadap Isabel. "Sudah. Nanti perut kamu keram gara-gara banyak tertawa," ujar Hans. Pria itu sedang menyetir kendaraannya."Habis. Rasanya puas banget lihat dia seperti itu. Coba saja kamu tadi lihat bagaimana ekspresi khawatir, ketakutan dan gelisahnya Isabel. Pasti kamu juga akan terus tertawa seperti aku," ujar Emely di sela tawanya.Hans mendengus. "Kamu lupa apa bagaimana? Kamu, kan yang melarang aku untuk ikut masuk," ujarnya kemudian."Eh? Iya juga." Emely terkekeh dengan tingkahnya sendiri."Ngomong-ngomong, kamu yakin kalau Isabel akan menuntut Darren agar menikahinya?" tanya Hans kemudian.Emely mengangguk penuh keyakinan. "Pasti. Aku kenal Isabel bukan hanya setahun atau dua tahun. Tapi bertahun-tahun sejak kami sekolah dasar. Jadi, aku tahu betapa ambisinya dia bagaimana dan tekad dia yang jika menginginkan sesuatu maka dia harus mendapatkannya," ujar Emely dengan senyuman dan eks

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status