Cakra dan sahabatnya, asistennya juga Luna sudah berkumpul mereka duduk di sofa dan saling memandang satu sama lain. Belum ada yang bicara sama sekali. "You mau diam aja? Kalau emang mau diam, i akan keluar nih. I mau berendam di kali agar I bisa mendapatkan ilham untuk pekerjaan besok," ucap Luna yang akhirnya membuka suara. "Ck, kali apa? Kali ciliwung? Ngadi-ngadi you. Apa yang mau lo katakan, Cak?" tanya Beno ke Cakra. "Tadi, gue ketemu wanita yang mau dijodohkan dengan gue dan dia bersama pria," jawab Cakra. "Jadi, lo cemburu dia dengan pria? Wah, gile bener lo. Ingat, anak tiga istri satu, masih baru juga tuh istri lo brojol. Eh, lo main cemburuan dengan wanita halu itu, parah lo!" Beno tidak menyangka jika Cakra cemburu dengan pria yang bersama wanita yang dulu dijodohkan dengannya. "Woi, dengarkan gue. Enak saja lo katakan gue suka dengan itu orang, gue hanya katakan kalau gue lihat dia dengan pria dan gue melihat pria itu sangat mencurigakan, belum gue selesai bacot lo
Cakra dan Alena pagi-pagi sudah turun sarapan, mereka makan dengan tenang, Luna melirik ke arah Cakra, tidak ada pembicaraan apapun. Sampai selesai, Cakra segera bergerak dan pamitan kepada anak dan istrinya juga mertua barulah dia pergi bersama dengan Luna dan Arvin. "Beno sudah telpon you? Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Luna yang saat ini sudah duduk di depan bersama dengan Arvin. Luna sudah memakai pakaian yang dibeli oleh Cakra. Dia tidak memakai pakaian pink lagi, tapi tetap di lehernya ada syal pink menjadi ciri khasnya. "Sudah, ini dia kirim pesan, dia menunggu kita di tempat biasa. Arvin, apa urusan kantor aman? Karena semalam jadwal saya tidak ada meeting penting, apa hari ini ada meeting penting?" tanya Cakra kembali. "Tidak ada, semua aman. Untuk meeting penting nanti hari senin depan, investor dari Dubai datang untuk memperpanjang kontrak baru," jawab Arvin. Cakra menganggukkan kepala dengan pelan, dia mengerti jika investor dari Dubai tidak bisa di cancel ole
Anak buah dari klan Minamoto melihat ke arah dimana Luna jatuh, mereka saling memandang dan memberikan kode ke arah di mana Luna berada. "Kita lihat, siapa dia, kenapa bisa dia ada di sini. Ayo cepat, takutnya dia musuh bos," ujar anak buah klan Minamoto kepada rekannya. "Ya sudah, ayo kita lihat sekarang, sepertinya dia harus dikasih pelajaran jika benar dia musuh di bos," sahutnya kembali. Keduanya pergi melihat ke arah Luna sedangkan yang lainnya berjaga di sekeliling. Luna yang mendengar suara langkah kaki tersenyum penuh kemenangan, dia akan mulai akting. "I harus akting, agar desek percaya dengan i, kita lihat artis dari tanah air mulai beraksi," ucap Luna pelan dan mulai drama jika dia kesakitan. Sebenarnya sakit, tapi dia harus menambah lagi kesakitannya. Dua anak buah klan mafia memandang ke arah Luna yang duduk di pinggir jalan. Mereka memicingkan mata ke arah Luna yang menangis. "Hei, kenapa kau menangis, apa kau hantu atau manusia?" tanya pria bertubuh tegap. Mende
"Siapa kalian?" tanya anak buah dari Klan Minamoto kepada Arya. Luna yang latah segera buka mulut. "Mereka manusia, tidak mungkin mereka hantu, you aneh sekali," jawab Luna membuat anak buah dari Klan Minamoto menoleh ke arah Luna. Luna terdiam dan menutup mulutnya. Dia salah dan dia mundur ke belakang. "Jangan lupakan, emas batangan I ya? I, tunggu you di pojokan ya, " ucap Luna yang menggeser ke samping. Dia ingin menjauhi serangan kedua kubu. "Bahaya, I tidak bisa berpihak kepada musuh. I dibayar oleh mereka, aish, I mau mencari emas batangan saja. Biarkan mereka bertarung. Selamat, bertarung," jawab Luna yang berjalan ke samping sedangkan Cakra sudah berdiri di depan bersama sahabat, asisten dan anak buahnya. "Kenapa kalian ke gudang kami? Apa kalian tidak tahu jika gudang ini milik orang. Kalian mau mencuri ya? Dasar kurang ajar, berani sekali kalian mencuri, aku tidak akan biarkan kalian mengambil barang kami, serang mereka, habisi mereka jangan biarkan mereka lolos dan kab
Cakra sudah kabur dari gudang tersebut dan dia puas karena barangnya sudah kembali lagi padanya. Dia akan melihat kembang api yang akan sebentar lagi terlihat. Minahashiro klan Minamoto yang melihat gudangnya habis di jarah mengepalkan tangannya. Dia tidak percaya jika semuanya hilang termasuk emas batangannya. Rencananya dia mau ambil, tapi keburu raib. "Cari mereka sampai dapat, bunuh mereka semua!" pekik Minahashiro dengan kencang karena dirinya harus menerima kenyataan pahit. Anak buah Minahashiro segera masuk ke dalam gudang bagian belakang mengejar Cakra dan gengnya, tapi sayang tidak berhasil sama sekali. Cakra dan rombongan sudah lebih dulu pergi. "Apa kalian sudah pasang semuanya?" tanya Malik dengan napas naik turun. "Sudah, kami sudah pasang, ini remotnya," jawab anak buah Malik menyerahkan remot untuk meledakkan gudang tersebut. Malik mengambil remot tersebut dan menyerahkan ke Cakra. Dua remot di ambil satu oleh Cakra satu Malik yang pegang. Cakra tersenyum penuh a
Cakra mengeluarkan suara nakalnya, seiring dengan permainan nakal sang istri. Cakra membiarkan istrinya berfantasi seperti yang dia inginkan. Walaupun hanya bermain diluar, tapi Cakra senang istrinya mengerti dengan apa yang dia mau dan melayani dirinya. "Uehmm, kamu nakal. Istri nakalku sudah bisa memuaskan aku, lagi Sayang, iya seperti itu," ucap Cakra yang merinding karena tangan Alena mulai bermain dengan lincah di adik kecilnya yang sudah menegang dan jangan ditanya bagaimana dirinya saat ini. "Aku akan membuatmu melayang, Tuanku. Aku tidak akan mengabaikan kamu, karena aku tau kamu suka dengan permainan yang aku lakukan, uhmm, enak tidak, Tuan tampan?" tanya Alena dengan suara parau dan hembusan napas Alena menerpa dada Cakra. Lagi-lagi Cakra merinding dan sudah dipastikan jika tubuh Cakra makin bergairah, wajahnya merah padam dan tubuhnya menegang. "Lakukan sekarang, aku sudah tidak kuat," ucap Cakra merasakan gairahnya sudah di ubun-ubun dan ingin segera pelepasan. Alena
"Kalau dia tau tidak tau sahabat you mana mungkin dia kirim ini, you kadang aneh. Tapi, i rasa ini salah satu teror mereka. Karena you sudah diketahui oleh musuh you, jadi you harus hati-hati jangan sampai you masuk perangkap mereka. Paham you?" tanya Luna mengatakan kepada Cakra agar hati-hati. Cakra hanya bisa diam, dia mengepalkan tangannya karena kelakuan dari orang yang sudah menerornya. Arvin segera membuang kotak yang berisi boneka yang kepalanya sudah lepas dari hadapan bosnya. Mereka tidak mau kalau Alena dan yang lainnya mengetahui apa yang terjadi. "Sekarang, kalian tenang saja. Jangan takut, gue yakin ini hanya teror dari lawan bisnis Cakra, tidak mungkin yang punya gudang tadi malam. Jangan lo pikirin, Cakra. Kalau pun iya, kita pasti membalas dia. Sekarang, gue akan minta bantuan dari orang suruhan gue, kalian tenang saja jangan khawatir," ucap Pasha yang meminta kepada Cakra tenang. Pasha mulai menghubungi anak buahnya, Cakra segera berbalik dan dia ingin menemui Al
Luna masih menunggu jawaban dari Cakra apakah dia akan setuju dengan apa yang dia katakan atau tidak. Cakra menghela napas, dia tidak tau harus mengikuti kata Luna atau tidak. Bisa saja bukan dia, tapi keyakinan Luna cukup besar. "Bos, kalau bos belum yakin saya akan cari siapa pengantar paket tadi pagi. Saya akan retas semuanya. Apa bos mau?" tanya Arvin. "Selidiki dulu, bawa si pengantar tersebut. Buat mereka menyesal karena sudah melakukan itu padaku dan keluarga kecilku jangan sampai acara si kembar terganggu dan acara kamu dan yang lainnya juga," ucap Cakra. "Siap bos," jawab Arvin. Mobil terus melaju sampai di kantor, Arvin memarkirkan mobil diparkiran khusus. Dia bergegas turun dan membuka pintu mobil. Cakra segera keluar dan berjalan menuju lift khusus. Ketiganya masuk ke dalam lift, Arvin menekan angka menuju ruangan kerja bosnya. Kring! Kring! Cakra mendengar suara ponselnya, dia segera mengambil ponsel dari saku celana dan saat melihat id panggilan dari Alena membuat