Share

14. Ayo Main Denganku

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-26 23:57:18

"Ayo berangkat, Cantik. Kamu pasti akan nyaman bersamaku."

Jaden membukakan pintu mobil sambil mengerling genit padaku, tatapannya yang terlalu tajam memandang tubuhku, terus menerus membuat aku tak nyaman.

"Kita langsung ke kampus, kan?" tanyaku untuk memastikan.

Jaden mengangguk, "Iya dong," jawabnya, membuat aku menghela napas, berdoa dalam hati semoga segera sampai, sehingga terbebas dari teman Arsion yang genit ini.

Namun kelegaanku tak bertahan lama, karena baru setengah jam perjalanan, mobil berhenti di sebuah tempat sepi di pinggir jalan.

"A-apa kita nyasar?" tanyaku canggung.

Jaden tertawa kecil, menatapku lewat kaca spion.

"Nyasar? Nggak kok. Aku cuma pengin ngobrol dulu, Sherry, ya kan?"

Aku menelan ludah. "Kita... udah telat, nanti aku dimarahin kakakku..."

Jaden menatapku lama, lalu berbalik ke arahku. Tatapan itu bukan tatapan teman. Ada sesuatu yang menjijikkan di matanya—keinginan.

"Udah, nggak usah sok polos. Arsion aja bilang kamu tipe cewek yang bisa diajak sant
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Desmi Maryamita
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   139. Dihukum!

    "K-Kai, sepertinya aku harus pulang sekarang," ujarku, terburu-buru berdiri dan mengemasi barangku. "Ada apa? Kenapa kamu terlihat gugup, Sherry?"Kaiser ikut berdiri, mengulurkan ponselku, yang segera kumasukkan ke tas. "Kak Aresh... menyuruh pulang.""Ayo, aku antar."Kaiser dengan sigap menawarkan diri, tapi aku segera menggeleng. "T-tidak! Jangan. Kak Aresh akan semakin marah kalau tahu aku keluar bersama kamu, aku pulang dulu!" tolakku, cepat. "Baiklah, baiklah. Tapi aku pesankan taksi, ini sudah malam, aku khawatir ada apa-apa," jawab Kaiser, mengikuti langkahku yang tergesa-gesa. Aku mengangguk dan segera mengucapkan terimakasih. Begitu aku sampai rumah, pintu langsung terbuka dan Aresh berdiri di sana, wajahnya sangat keras, bukan sekadar marah… tapi muak.“Beri aku penjelasan, Sherry,” ucapnya tanpa basa-basi. “Kenapa kamu dapat nilai D, tapi bukannya pulang dan belajar, kamu malah keluar sampai malam dengan Kaiser?”Tubuhku kaku, tak sanggup menjawab cecaran Aresh.

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   138. Pulang Sekarang!

    Tak sanggup berbohong di depan Kaiser, aku yang tengah menunduk menjawab dengan suara pelan. “Ya… semacam itu.”Kaiser mengeluarkan napas pelan, lalu mengusap bahuku sekilas dan lembut, rasanya seperti sentuhan penuh kasih sayang. “Sherry. Kadang kamu cuma perlu keluar dari tempat yang bikin kamu kehabisan napas. Kamu boleh istirahat dari semuanya sebentar. Itu tidak apa-apa, kok," ucapnya, dengan nada lembut. Hatiku seperti diremas saat mendengar Kaiser mengatakan itu, rasanya mataku panas, ingin menangis tapi aku segera aku menahannya dengan keras.“Ayo. Aku janji tidak akan tanya apa-apa kalau kamu belum siap cerita.”Kaiser mengulurkan tangan, tidak memaksa.“Tapi aku benci melihat kamu setengah mati menahan semuanya sendiri seperti ini, Sherry. Ada aku? Aku sahabat kamu, apa gunanya aku kalau tidak untuk kamu manfaatkan?" lanjutnya seraya menepuk lembut pipiku. "Tapi, Kai. Kalau kak Aresh marah.... ""Marah kenapa memangnya? Karena nilai kamu tidak sesuai harapan? Itu kan sud

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   137. Kamu Kenapa?

    “Aku tidak mau.... "Gemetar, aku membayangkan bagaimana harus benar-benar datang ke ruangan pak Samuel untuk memperbaiki nilai ini, agar tak dimarahi Aresh. Aku tidak mau ke ruangannya. Tidak mau. Tidak mau menyentuh tempat itu. Tidak mau melihat wajahnya lagi.Namun, suara Aresh menyusul di kepalaku."Kamu dapat nilau jelek karena tidak fokus belajar dan hanya main-main dengan pria! Aku akan melaporkan ini ke ibumu!"Mataku memanas mengingat semua kata-kata tajam kakak pertamaku itu. Kalau aku tidak menghadap, pak Samuel mungkin akan membuat nilai lebih buruk di tugas berikutnya, mungkin ia akan menjatuhkanku lebih dalam. Akhirnya kakiku melangkah pelan, langkah yang bahkan tidak terasa seperti milikku.Lorong fakultas terasa jauh lebih panjang dari biasanya. Cahaya lampu neon di atas kepala berkelip pelan seperti menjadi saksi bisu penderitaanku. Mahasiswa lain lewat sambil tertawa, bercanda, sibuk dengan hidupnya masing-masing, tidak ada yang tahu bahwa aku sedang berjalan menu

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   136. Merangkak Ke Dosen Mesum?

    "Apa maksudnya?" Aku bertanya, pura-pura tak tahu meski dadaku berdebar kencang. "Ah, tidak kok, Sherry. Tidak ada apa-apa," jawab salah satu mahasiswi sambil cepat-cepat membereskan laptopnya dan meninggalkan bangku, seakan-akan ada yang disembunyikan. "Aku benar-benar tak mengerti, apa maksud kamu bilang aku mahasiswi favorit pak Samuel?" tanyaku sekali lagi, tapi mahasiswi itu tetap tak menjawab. Beberapa mahasiswi yang tadi melirikku sambil terkikik-kikik, juga buru-buru bangkit dan pergi. "Hey... "Aku berusaha memanggil mereka dan bertanya apa maksud kata favorit yang mereka katakan, tapi tak ada satu pun yang berhenti. "Kenapa firasatku buruk?" gumamku saat melihat gelagat aneh mereka, tapi, tepat ketika aku berusaha menarik napas panjang dan mencoba tidak berpikir terlalu jauh, ponselku bergetar.Aresh, menelepon. Jantungku seketika terasa berhenti berdetak dan kulit tengkukku merinding."Tidak… jangan sekarang," ggumamku panik. Ponselku terus menyala dan telepon Aresh

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   135. Mahasiswi Plus Plus

    "Apa saking tak bisa menahan nafsunya sampai kondisi kamu seberantakan ini? Kamu ini benar-benar memalukan, Sherry!"Mendengar tuduhan tak berdasar Aresh, aku tentu saja langsung menggeleng keras dan menyangkal. "A-apa maksudnya, Kak? Siapa yang mampir hotel, hari ini aku bahkan tidak bertemu Kaiser dan—""Oh, lalu dengan pria mana kamu menghabiskan malam sampai kondisimu seberantakan itu, Sherry? Jangan menipuku, aku jelas bisa melihat kamu baru saja disentuh seorang pria!"Aku terdiam, tak mampu berkata-kata, hanya mataku yang berkaca-kaca lah yang menjawab semua tuduhannya. "Kak...."Rasanya sangat sakit, saat tak ada satupun yang mau mendengar aku bicara dan terus menuduh macam-macam. Mungkin karena tak tahan melihat aku yang hampir menangis, Aresh akhirnya hanya menghela napas dan mengacak pelan rambutnya. "Hah, pokoknya kamu harus fokus kuliah dan mendapatkan nilai tinggi, Sherry. Karena kalau nilaimu turun lagi, hukumannya bukan hanya magang saat liburan semester, tapi lebi

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   134. Pemuas Lelaki?

    Arsion tidak langsung menjawab pertanyaanku. Ia berdiri membelakangi, kedua tangannya mengepal seolah sedang menahan sesuatu. Ketika ia berbalik, sorot matanya tajam, dingin… bukan murka besar, tapi cukup menusukku hingga membuat napasku tertahan."Sion.... "Suaraku serak, menahan tangis. Entah kenapa tatapannya sekarang mengingatkan aku pada hari pertama memasuki rumah ini, di mana tak ada satu pun dari ketiga kakakku yang menerima kehadiranku. Arsion hanya mengangkat satu alis, menatapku seperti melihat sesuatu yang menjijikkan.“Kenapa kamu telepon aku berkali-kali?” tanyanya pelan, tapi nadanya seperti pisau. “Itu... itu karena aku membutuhkan kamu tadi, Sion. Aku… aku takut. Aku—”Belum selesai aku bicara, Arsion memotong. “Takut?” Dia tersenyum sinis, berjalan melewatiku seperti tidak peduli. “Kamu benar-benar takut, atau cuma sedang drama karena kamu terlalu sibuk ngurusin hidup orang lain?”Aku mengerutkan kening, bingung. “Apa maksudmu? Aku tadi benar-benar—”“Double d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status