Share

Pengakuan yang Mengejutkan

Usai mandi Arga bergegas untuk memakai pakaian yang telah Naima siapkan. Sementara wanita itu kini sudah menunggu di bawah, tentunya bersama dengan Alifah. Setelah penampilannya sempurna, Arga beranjak turun. Pandangannya kini tertuju ke arah Naima, istrinya itu terlihat begitu cantik memakai gamis dan jilbab yang warnanya senada.

"Masya Allah, Naima. Baru kali ini aku melihat Naima begitu cantik dengan penampilannya," gumam Arga dalam hati, matanya seperti tidak bisa berkedip melihat kecantikan istrinya.

"Papa lihatin, bunda terus. Bunda cantik banget ya, pa." Ucapan yang Alifah lontarkan mampu menyadarkan Arga dari lamunannya. Seketika Arga tersenyum, lalu melangkah mendekati mereka berdua.

"Bundamu selalu berpenampilan cantik, tapi untuk yang kali ini. Bundamu memang sangat cantik, seperti bidadari surga," puji Arga. Mendengar pujian dari suaminya, Naima hanya tersenyum.

"Apa sih, mending kita berangkat sekarang saja. Nanti keburu malam," ucap Naima.

"Ya sudah, ayok." Arga merangkul pundak istrinya. Mereka bertiga bergegas untuk pergi, namun baru saja hendak keluar dari rumah. Tiba-tiba ponsel Arga berdering, dengan terpaksa lelaki itu mengambil benda pipih miliknya. Lalu memeriksa, siapa yang telah menelponnya.

"Arin." Arga melirik ke arah istrinya, Naima hanya mengangguk. Lalu Arga menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut.

[Halo, ada apa Rin]

[Sayang, kamu jemput aku ya. Mobil aku mogok]

[Sekarang kamu ada di mana? Masih di rumah atau sudah ada di jalan]

[Udah di jalan, nanti aku share-lock]

[Ya sudah, nanti aku jemput]

"Kenapa, mas?" tanya Naima.

"Mobil Arin mogok, nanti kita sambil jemput dia ya. Kamu enggak keberatan kan," jawab Arga.

"Lebih baik sekarang kamu jemput Arin saja, aku sama Alifah bisa diantar sama mang Jono kok," putus Naima. Seketika Arga terdiam, kenapa ia merasa tidak tega jika dirinya pergi menjemput Arin. Sedangkan Naima yang jelas-jelas istrinya, justru diantar oleh supir.

"Tapi .... "

"Udah buruan sana, kasihan Arin kalau terlalu lama nunggunya." Naima memotong ucapan suaminya dengan tersenyum.

"Ya sudah, mang Jono. Tolong antar Naima dan Alifah ke rumah mama, ingat jangan ngebut." Arga pasrah. Lalu memerintahkan mang Jono untuk mengantarkan Naima serta Alifah.

Setelah mobil yang membawa istri serta putrinya menghilang dari pandangan matanya. Arga bergegas masuk ke dalam mobil, melajunya meninggalkan halaman rumah miliknya. Tujuannya adalah tempat di mana Arin sudah menunggu dirinya. Naima benar-benar wanita yang hatinya sangat mulia. Mengijinkan suaminya untuk menjemput calon istrinya, dan rela dirinya untuk pergi diantar oleh supir pribadi sang suami.

***

Hari telah berganti, sejak malam itu Naima benar-benar merubah penampilannya. Tubuhnya tertutup oleh gamis, sedangkan rambutnya ditutup oleh jilbab, bahkan tidur pun Naima masih memakai penutup kepala. Jujur, Arga merasa heran dengan perubahan istrinya yang menurutnya mendadak itu.

Ketika ditanya, Naima selalu menjawab ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Mendengar jawabannya, Arga tidak bisa berkutik lagi, bukankah seorang wanita akan lebih baik menutup auratnya. Terlebih wanita yang telah memiliki seorang suami, namun perubahan Naima benar-benar membuat Arga menaruh rasa curiga.

Pagi ini Arga tengah sibuk menyiapkan berkas yang harus ia bawa ke kantor. Namun tiba-tiba pandangan teralihkan ke arah Naima yang sedang mengobrak-abrik lemari pakaian miliknya. Karena penasaran akhirnya Arga bangkit dan melangkah mendekati istrinya, namun sebelumnya ia mengambil sesuatu yang mungkin sedang dicari oleh Naima.

"Kamu nyari ini." Arga berucap seraya menunjukkan sebuah buku. Seketika Naima menoleh, wanita berjilbab maroon itu sedikit terkejut.

"Mas kok .... "

"Ini buku milik kamu kan, soalnya ada data diri kamu juga." Arga memotong ucapan istrinya, lalu melangkah mendekati wanitanya itu.

"Mas tolong kembalikan, kenapa kamu ambil buku itu. Enggak bilang lagi." Naima hendak merebut buku tersebut, namun dengan cepat Arga mengangkat tangannya.

"Mas akan mengembalikan buku ini, tapi sebelumnya kamu harus jujur dulu. Tolong jelaskan maksud dari daftar ini." Arga menurunkan tangannya, lalu membuka buku tersebut. Menunjukkan sebuah daftar yang harus Naima jelaskan.

Naima cukup terkejut, tetapi ia berusaha untuk tetap bersikap tenang. Mungkin saatnya harus berkata jujur, Naima menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan. Naima mengambil buku tersebut, lalu menjatuhkan bobotnya di tepi ranjang.

"Ini adalah daftar uang yang akan aku kembalikan setelah kita resmi bercerai nanti," ucap Naima, seketika Arga terkejut. Ia benar-benar tidak mengerti akan maksud dari perkataan istrinya itu.

"Dikembalikan, maksud kamu." Arga menatap netra sendu milik istrinya.

"Iya dikembalikan, mama yang memintanya. Bukankah ini tradisi di keluarga kamu, mas. Mengembalikan uang yang pernah seorang suami berikan kepada istrinya setelah mereka bercerai. Dan ini adalah daftar uang yang akan aku kembalikan nanti," jelasnya. Seketika Arga terdiam, di keluarganya memang ada tradisi seperti itu. Tapi setahu Arga tradisi itu sudah lama tidak digunakan, tapi kenapa sekarang kembali digunakan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
kalau begitu minta di kembalikan KEPERAWANAN mu Naima asal saja Keluarga DAJJAL
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Naima jg kena kanker tuh kayak anaknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status