Share

Bab 5

"Kau akan di kurung di sini!" Ujar Adelion sambil merapalkan sebuah mantra.

Adelion mendorongnya dengan kasar membuat gadis itu jatuh terduduk. Pergelangan tangan Yuna terlihat lebam kerena Adelion yang menariknya dengan kasar.

"Kau harus patuh padaku!" Ujar Adelion dengan tatapan dinginnya.

Yuna masih melihat pria itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mata Adelion berubah berwarna merah ketika melihat Yuna yang menatapnya dengan wajah kesal. Pria itu masih menatap gadis di hadapannya dengan dingin, tak ada raut kasihan melihat gadis di hadapannya yang sedang menagis.

"Kenapa aku harus patuh padamu? Aku bukan budakmu!!" Bentak Yuna memandang Adelion dengan air mata yang berhasil lolos.

Adelion lalu mencekik leher Yuna sambil menabrakkan tubuh gadis itu ke dinding. Pria itu kesal dengan Yuna yang memberontak padanya. Gadis itu sudah hampir kehabisan nafas tapi Adelion masih enggan melepas tangannya dari leher mulus Yuna. Matanya menyoroti wajah Yuna seolah-olah akan membunuh gadis itu saat ini juga.

Yuna tersenyum melihat wajah Adelion yang berniat membunuhnya. Gadis itu senang kerena akan bertemu dengan kedua orang tuanya lewat kematiannya ini. Perlahan kesadaran Yuna hilang seiring dengan lepasnya tangan pria itu di lehernya.

"Jangan berharap kau bisa mati dengan mudah!" Ujar Adelion sambil menatap tubuh Yuna yang terbaring lemah di lantai.

***

Perlahan Yuna membuka matanya. Gadis itu lalu mengedarkan pandangnya berusaha mencari tau di mana dia sekarang. Yuna berusaha duduk, kepalanya berdenyut membuat gadis itu meringis. Bella yang baru saja masuk melihat Yuna yang berusaha turun dari kasur dan buru-buru menghampiri Yuna.

"Apa yang anda lakukan, nona? Nona masih sangat lemah. Jangan banyak bergerak dulu," Ujar Bella menuntun Yuna kembali tidur.

Kepalanya masih sakit jadi ia putuskan untuk mengikuti arahan Bella untuk kembali tidur di atas kasur. Tubuhnya terasa remuk, seolah-olah baru saja di tabrak mobil. Perut gadis itu berbunyi menandakan sang pemilik perut sedang kelaparan.

"Apa nona lapar? Mau aku potongkan buah?" Tanya Bella yang di balas anggukan oleh Yuna.

Bella membantu Yuna untuk duduk kemudian mulai mengupas beberapa jenis buah. Yuna lalu menyambar buah yang belum dipotong dan memakannya. Bella sudah memberikan peringatan jika cara makannya tidak sopan dan tidak mencerminkan seorang wanita bangsawan. Yuna tak peduli karena dia memang bukan dari dunia ini jadi untuk apa mengikuti alur yang aneh ini.

"Apa aku bisa keluar?" Tanya Yuna.

"Maaf nona, ada sihir yang dipasang di ruangan ini. Semua jendela dan pintu tidak akan membiarkan anda keluar," Ujar Bella sambil tertunduk.

"Ternyata benar-benar mengurungku seperti binatang," Ujar Yuna dengan raut wajah sedih sekaligus marah.

"Yang mulia tidak menganggap nona bina-" Ujar Bella namun ia hentikan ketika Yuna terlihat murung.

Yuna menghela nafas. Gadis itu kemudian kembali tidur di atas kasur yang sangat luas itu, Bella segera pamit pada Yuna yang sudah terlihat lelah. Gadis itu tidak tidur, dia lalu menatap kosong langit-langit dengan banyak hiasan yang Yuna sendiri tidak mengerti.

Yuna lalu berdecak kesal mengigat kejadian saat ia hampir di bunuh oleh Adelion. Ia mulai bertanya pada dirinya, kenapa pria kejam itu masih membiarkan dia hidup? Kenapa dia membawanya kesini? Itu hanya beberapa pertanyaan yang terus terulang di kepala gadis itu.

"Aish... Ini semua membuat kepalaku tambah pusing saja," Ujar Yuna sambil menggelengkan kepalanya kesal.

Yuna menutup matanya berharap ia segera tidur dan tidak lagi memikirkan hal itu. setelah beberapa menit menutup matanya perlahan gadis itu mulai tertidur lelap.

Disisi lain Fairuz masih sibuk dengan para bangsawan yang berusaha mencari muka dengannya. Pria itu lagi-lagi kabur dari para bangsawan itu dengan berbagai macam alasan. Angin berhembus pelan memainkan rambut pria yang sedang duduk di bawah pohon itu. Saat ini Fairuz sedang menonton Yuna yang sedang tertidur lelap, pria itu lalu tersenyum puas melihat gadis yang terlihat polos saat tertidur.

"Untung kemarin malam aku sempat menanam sihir padanya," Ujar Fairuz sambil masih menonton Yuna yang tertidur.

Fairuz lalu menghentikan aktivitas menonton Yuna yang sedang tertidur itu ketika merasakan sesuatu sedang mendekat padanya.

"Salam yang mulia, ratu memerintahkan untuk anda pulang besok," Ujarnya.

"Huh, aku belum puas di sini dan dia menyuruhku pulang secepat ini? Apa tidak bisa membiarkan aku sedikit menikmati kebebasan ini?" Ujar Fairuz.

"Baiklah, aku akan pulang besok," Lanjut Fairuz dan orang itu perlahan menghilang dari hadapannya.

"Ini membuatku kesal saja, sepertinya aku harus menemui gadis itu lagi," Ujar Fairuz.

Pria itu lalu merapalkan mantra untuk berpindah dengan cepat ke kamar Yuna. Sebuah tulisan bersinar tiba-tiba terukir di dahi gadis itu menandakan Fairuz sedang berusaha melakukan teleportasi. Akibat posisi Yuna yang tidak bagus teleportasi Fairuz mengalami sedikit kendala hingga ia malah berteleport di sebelah Yuna yang sedang tidur.

Pria itu menghela nafas melihat punggung Yuna yang masih terlihat tertidur. Tiba-tiba Yuna berbalik untuk menyamankan posisi tidurnya, kini wajah keduanya hanya terpaut beberapa senti saja. Jantung pria itu berdegup kencang melihat wajah Yuna dari dekat.

Pria itu berniat turun dari kasur namun tiba-tiba tangan Yuna menarik baju pria itu. Akhirnya Fairuz memilih untuk tetap dalam posisi Yuna yang memegang tangannya sangat erat. Pria itu menatap wajah Yuna yang pucat dengan keringat.

"Jangan pergi! Yuna akan jadi anak baik," Ujar Yuna.

"Apa dia mimpi buruk?" Ujar Fairuz melihat Yuna yang baru saja mengigau.

Cairan bening berhasil lolos dari mata yang masih tertutup rapat itu. Fairuz lalu mengelus lembut kepala Yuna membuat gadis itu nyaman. Yuna sudah tidak menangis lagi, ia sekarang sedang tidur dalam pelukan Fairuz. Keduanya kini tertidur pulas bersama.

***

Yuna bagun dari tidurnya. Gadis itu berbalik dan mendapatkan sebuah kalung dengan permata berwarna biru. Yuna mengambilnya dan sebuah surat keluar dari permata biru itu. Gadis itu lalu membacanya dan akhirnya tau jika kalung ini adalah pemberian dari Fairuz.

"Ternyata dari dia," Ujar Yuna.

Yuna meletakkan kalung itu di dalam laci kemudian berjalan mendekat dengan jendela. Yuna memegang jendela berusaha membukanya, Yuna menarik tangannya kembali ketika tangannya terasa di perih.

"Benar-benar di kurung," Ujar Yuna sambil menghela nafas panjang.

Gadis itu lalu duduk di dekat jendela menatap keluar dengan jendela yang masih tertutup rapat. Yuna sekarang tau bagaimana rasanya di kurung seperti binatang. Rasa tidak bebas ini menyakiti hati juga batinnya, kini ia bertekat untuk mempelajari sihir seperti instruksi dari Fairuz untuk bisa kembali ke dunianya, yaitu bumi.

Yuna lalu mengambil kalung tadi dan memakainya, mengucapkan beberapa matra yang ada dalam surat hingga sebuah cahaya keluar dari kalung itu. Yuna menutup matanya kerena tak mampu untuk melihat cahaya yang menyilaukan itu. Perlahan Fairuz muncul di hadapannya.

"Kenapa memanggilku?" Ujar Fairuz.

"Aku ingin belajar sihir," Ujar Yuna dengan wajah seriusnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status