Share

Bab 4

Adelion masuk dalam ruangan yang sangat megah dengan sombongnya lalu duduk di singgasana yang terlihat indah itu. Semua yang ada dalam ruangan membungkuk hormat pada Adelion. Pria itu kini sedang fokus mendengarkan ucapan seorang utusan dari kerjaan peri.

Disisi lain Yuna sedang sibuk jalan-jalan di taman istana. Bella yang merupakan pelanyan pribadi Yuna terus saja memberikan nasehat untuk kembali ke kamar. Gadis itu tak peduli, taman ini indah dan sangat ajabi mana mungkin Yuna akan melewatkan hal ini. Tiba-tiba sesuatu yang kecil melompat ke arah Yuna.

"Wah, apa ini?" Ujar Yuna sambil melihat Seekor katak yang memiliki sayap.

Gadis itu langsung mengikuti katak itu. Yuna baru pertama kali melihat katak terbang, Sungguh katak yang bisa terbang sangat menarik untuknya. Yuna terus mengejarnya hingga tak sadar ada seseorang yang berjalan mendekat padanya.

Brakkk

Yuna jatuh terduduk, sekarang pantatnya terasa berdenyut. Yuna kemudian mendongak saat seseorang mengulurkan tangannya. Gadis itu tercengang melihat wajah mulus seorang pria di depannya.

"Apa kamu tidak apa-apa?" Ujarnya.

"Wah, wajahmu sangat mulus," Ujar Yuna masih dalam keadaan tercengang.

Pria itu kebingung melihat Yuna. Gadis itu lalu berdiri dan mendekat pada pria mulus di hadapannya.

"Apa yang kau gunakan hingga wajahmu bisa mulus seperti ini, kau sangat cantik." Yuna mulai mencubit pipi pria itu dengan gemas.

"Kau tidak punya ekor dan telinga?" Ujar Yuna mulai menelusuri wujud pria di hadapannya.

"Kau sangat cantik," Ujar Yuna.

"Nona, kita harus kembali!" Teriak Bella dari kejauhan.

Yuna mendengus kasar lalu mengambil katak terbang itu. Yuna menghentikan langkahnya ketika ia mengingat sesuatu, kemudian berbalik mentap pria yang masih mematung di sana.

"Sampai jumpa, orang cantik." Yuna lalu pergi setelah melemparkan senyuman pada pria itu.

Jantung pria itu tiba-tiba berdegup kencang sambil melihat punggung Yuna yang sudah menghilang dari balik pohon. Baru pertama kali pria itu di panggil cantik, padahal ia adalah pria.

"Menarik," Ujar pria itu lalu pergi.

***

Yuna berhasil sampai di kamarnya. Setelah tau jika Adelion akan pergi ke kamarnya, gadis itu tiba-tiba kaget. Dengan susah payah Yuna memanjat jendela kamarnya berusaha sampai lebih dulu dari Adelion.

"Apa yang kau lakukan di situ?" Ujar Adelion sambil duduk di kasur milik Yuna.

"Eh, aku hanya berolahraga saja," Ujar Yuna.

"Kau membantah perintahku?" Ujar Adelion.

"Mana mungkin aku keluar?" Ujar Yuna.

"Kau harus di hukum," Ujar Adelion.

"Hah?! Jangan kumohon, jangan penggal kepalaku. Aku masih ingin hidup," Ujar Yuna dengan wajah memohon.

Adelion lalu merapalkan matra, tiba-tiba tubuh Yuna bergerak berjalan menuju Adelion lalu memeluknya. Adelion tersenyum puas melihat wajah Yuna yang sudah memerah karena malu.

***

Selama seharian penuh Yuna selalu memeluk Adelion dari belakang karena sihir yang di berikan Adelion padanya. Pria itu tidak ingin melepas sihirnya bahkan ketika Yuna sudah memohon padanya. Yuna sekarang sedang duduk di dalam sebuah pertemuan, selama pertemuan Yuna hanya duduk sambil memegang lengan baju Adelion.

Setelah memohon cukup lama Adelion akhirnya memberikan keringanan ketika ia akan menghadiri sebuah pesta penyambutan untuk utusan dari kerajaan peri. Pria itu tidak melepaskan sihirnya, dia hanya membuat Yuna tidak lagi memeluknya tapi hanya memegang tangannya saja.

Dalam pesta Yuna menemukan sosok cantik yang di temuinya di taman. Ingin rasanya Yuna melambaikan tangannya untuk menyapa sosok cantik itu tapi dia tidak mampu karena masih dalam pengaruh sihir Adelion.

Dari tempat duduknya Fairuz menemukan Yuna yang duduk di sebelah Adelion. Fairuz lalu memberikan senyuman pada Yuna, gadis itu membalasnya sekilas lalu memasang wajah datar kembali. Beberapa wanita bangsawan menghampiri Fairuz dan mulai membicarakan banyak hal yang membuat pria itu muak, pria itu tau para wanita bangsawan ini hanya mengincar kekuasaannya saja.

Pesta hampir berakhir dan sihir Adelion akhirnya lepas dari Yuna. Gadis itu lalu membuang nafas panjang dan mulai merenggangkan tubuhnya yang sudah menjadi patung selama dua jam. Gadis itu tak peduli pada tamu yang menatapnya dengan aneh, tubuhnya lebih penting.

"Aduh tubuhku terasa remuk saja," Ujar Yuna.

Adelion meninggalkan Yuna, pria itu masih harus mendiskusikan beberapa masalah politik dengan para pejabat dan petinggi kerajaan. Fairuz akhirnya meninggalkan ruangan, pria itu sungguh muak dengan semua orang yang ada dalam pesta. Pria itu tau mereka hanya mencari muka padanya.

"Maaf aku harus keluar mencari angin segar," Ujar Fairuz dan meninggal para bangsawan itu.

Yuna mengambil beberapa makanan enak itu dengan rakus. Ada banyak orang yang menatapnya tapi gadis itu putuskan untuk makan di luar saja dan jauh dari pesta penyambutan ini.

"Aish... Makan di sini membuatku muak saja," Ujar Yuna lalu pergi dari ruangan itu.

Yuna duduk di bawah pohon dengan ada banyak kunang-kunang yang menjadi alat penerangannya saat makan. Yuna memberikan beberapa makannya pada kunang-kunang yang sudah mau menemaninya di sini. Seekor anak macam lucu tiba-tiba mendekat pada Yuna yang masih sibuk makan.

"Kau mau makan? Ini aku kasih daging yang besar ini, mau jadi teman Yuna nggak?" Ujar Yuna sambil memberikan satu potong daging yang besar.

Macan itu mendekat pada Yuna lalu memakan daging pemberian Yuna dengan lahap. Setelah selesai makan anak macan itu lalu berubah menjadi seorang anak kecil.

"Terima kasih sudah memberikan aku makan," Ujarnya lalu membungkuk hormat.

"Kenapa kamu bisa sampai di sini? Dimana orang tuamu?" Ujar Yuna.

"Sudah tidak ada," Ujar anak itu denga wajah yang tertunduk.

Anak itu terlihat akan menangis, Yuna yang melihat itu langsung membawa anak itu dalam pelukannya. Gadis itu tau perasaan kehilangan orang tua, ia juga pernah merasakan perasaan kehilangan seseorang yang di sayangi.

"Jangan sedih, nanti ayah dan ibumu juga akan sedih di sana," Ujar Yuna.

"Nama kamu siapa? Mau berteman dengan Kak Yuna?" Ujar Yuna sambi melemparkan senyuman.

"Nama aku Atlan," Ujar anak itu ragu.

"Jadi Atlan mau berteman dengan kak Yuna?" Ujar Yuna.

Atlan lalu mnyentuh dahi Yuna dengan telunjukknya. Tiba sebuah cahaya berwarna biru muncul di dahi Yuna seiringan dengan sebuah garis yang terukir di dahi Yuna. Atlan lalu berubah menjadi pria dewasa yang Yuna kenali adalah pria cantik yang di temuinya di taman.

"Kemana Atlan?" Ujar Yuna.

"Kenapa kau bisa di sini?" Ujar Yuna melihat Fairuz.

"Pria tidak cantik tapi tampan. Aku anak yang tadi," Ujar Fairuz.

"Apa? Kau bisa mengubah dirimu jadi anak kecil?" Ujar Yuna.

"Biar aku memperkenalkan diri, Aku adalah Atlan Fairuz dari kerajaan peri."

"Wah, kau bisa sihir ternyata. Apa kau bisa mengajariku? Aku harus pulang ke tempat asalku," Ujar Yuna.

"Kau bukan orang dari sini?" Ujar Fairuz dengan wajah bingung.

"Iya, aku berasal dari bumi," Ujar Yuna.

"Ah, tadi kupikir kau berasal dari bangsa yang sama denganku tadi," Ujar Fairuz.

Disisi lain Adelion sedang mencari keberadaan Yuna yang tiba-tiba menghilang. Pria itu akhirnya pergi keluar dari ruangan itu ketika ia merasakan sisa sihirnya pada Yuna dari luar ruangan. Pria itu lalu menarik Yuna yang sedang asik bebicara dengan seorang peri utusan dari kerajaan peri. Ia kesal melihat Yuna yang tertawa ceriah bersama pria itu.

"Adelion? Kenapa kau ada di sini?" Ujar Yuna.

"Ikut aku!" Ujar Adelion sambil menarik Yuna pergi.

"Eh, tunggu aku masih harus bicara dengan Fairuz," Ujar Yuna berusaha menghentikan langkah Adelion yang terus menariknya pergi.

"Tidak boleh! Kau tidak boleh berbicara dengannya lagi" Ujar Adelion.

Yuna kesal pada Adelion yang datang ketika Fairuz akan memberikan cara untuk kembali ke bumi, gadis itu kini rindu dengan rumahnya. Walau tak ada yang menunggnya di sana, tapi setidaknya masih ada kenangan orang tuanya di sana. Fairuz tertawa kecil ketika melihat Adelion dan Yuna menjauh.

"Sekarang aku tau rahasiamu," Ujar Fairuz.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status