Share

Bab 6

Author: Tirfa Ledina
last update Last Updated: 2021-10-15 17:30:08

"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius.

"Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna.

"Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya.

'Dia mengejekku, dasar aneh!'

"Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman.

Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna.

"Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz.

Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan itu.

"Kenapa dia marah? Aku cuma mau tidur di atas kasur bersamanya seperti tadi siang. Apa ada yang salah dengan itu?" Ujar Fairuz dengan wajah bingung yang tampak polos itu.

                                     ***

"Dasar laki-laki mesum!! Semua laki-laki di dunia selalu mesum!" Ujar Yuna setelah Fairuz menghilang dari hadapannya secara tiba-tiba.

Adelion bejalan masuk ke dalam kamar Yuna, pria itu sedang dalam suasana hati yang buruk karena para menteri yang menginginkannya untuk mencari Ratu dan selir untuk kerajaannya. Pria itu mengedarkan pandang untuk mencari seseorang dari dalam kamar itu. Adelion akhirnya duduk di sofa panjang setelah melihat Yuna yang duduk di dekat jendela sambil menatap kosong keluar jendela.

"Kenapa kau ada di sini?" Ujar Yuna dengan wajah kesalahannya saat menyadari seseorang yang masuk ke kamarnya.

"Itu terserah aku," Ujar Adelion dengan wajah datar memandang Yuna.

Yuna tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Adelion, gadis itu kesal dengan jawaban pria itu. Adelion hanya diam melihat Yuna yang sekarang sedang sibuk memandang keluar jendela. Pria itu masih tidak mengerti kenapa Yuna memasang wajah yang sangat aneh itu.

"Kenapa dia terlihat sangat sedih? aku membiarkan dia hidup, kenapa dia tidak senang?" Gumam Adelion.

Adelion akhirnya terus duduk di kursi itu selama tiga jam, memandang semua aktivitas Yuna yang terus diam tampa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut gadis itu. Pria itu akhirnya pergi setelah ada pelayan yang menginginkan dia tentang rapat penting.

Adelion lalu berdiri menghampiri Yuna kemudian mencium kening gadis itu sekilas. Yuna tak mengucapkan apapun dengan perlakuan pria itu.

"Dasar brengsek!" Ujar Yuna.

                                 ***

Setelah satu bulan berlalu Adelion akhirnya melepaskan sihir di kamar Yuna. Sekarang Yuna sedang asik menikmati pemandangan taman yang idah sambil duduk di atas ayunan dengan beberapa kucing pemberian Fairuz.

Beberapa kali Fairuz akan menemui Yuna secara tiba-tiba, pria itu sering kali melakukan teleportasi dari Kerajaan Peri ke kerajaan Emerlan. Mereka akan membicarakan banyak hal lucu dan gosip tentang para bangsawan yang selalu dapat membuat Yuna tertawa lepas. Adelion juga selalu menemui Yuna tapi selalu tidak ada pembicaraan di antara keduanya.

"Nona cepat kita harus bersiap-siap," Ujar Bella.

"Bersiap-siap untuk apa?" Tanya Yuna menghentikan langkah Bella yang menariknya.

"Nona, yang mulia menyuruh anda hadir di acara berburu besok pagi," Ujar Bella dengan wajah berbinar.

"Eh, tunggu!" Ujar Yuna namun Bella masih menariknya pergi.

Setelah beberapa jam menyiapkan segala hal untuk berburu besok, Yuna akhirnya bisa istirahat sejenak. Sejak siang tadi Bella selalu mengajaknya ke sana kemarin untuk memilih baju dan senjata. Gadis itu menghela nafas panjang, tubuhnya lelah hingga matanya perlahan tertutup.

Adelion tiba-tiba membuka pintu dengan kasar membuat Yuna yang tadinya hampir tertidur tersentak kaget. Adelion lagi-lagi duduk di sofa yang selalu ia duduki selama berkunjung ke kamar Yuna. Gadis itu hanya melirik sebentar lalu akhirnya kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Adelion lalu menatap tidak suka saat Yuna ingin tidur bahkan saat ia sedang ada di sini.

"Jangan tidur atau aku akan menghukummu!!" Tegas Adelion yang membuat Yuna langsung duduk.

"Ada apa?" Ujar Yuna dengan datar.

"Aku ingin tidur, kau tetap lihat aku seperti itu," Ujar Adelion lalu tidur di atas sofa.

Yuna menurut. Tubuhnya lelah tapi ia tidak ingin membantah perintah Adelion, ia harus tetap hidup jika ingin kembali ke bumi. Wajah Adelion terlihat lebih ramah di bandingkan ketika dia sadar. Yuna mulai mengingat cerita tentang Adelion yang dulunya tubuh tampa seorang ibu. Bella juga menceritakan bahwa Adelion tidak tinggal bersama ayahnya yang seorang raja melainkan tinggal di rumah panglima perang dan di didik layaknya tentara dewasa. Adelion juga pernah membunuh tunangannya saat pernikahannya berlangsung hingga ia hampir kehilangan haknya sebagai pewaris tahta.

"Apa ini alasannya dia sangat suka kasar dan tidak sopan," Ujar Yuna.

Yuna lalu menguap, tanda jika ia saat ini sudah sangat mengantuk. Mata gadis itu terasa berat hingga akhirnya ia menutup matanya seiring dengan tubuhnya yang jatuh. Adelion lalu membuka matanya secara tiba-tiba hingga memperlihatkan mata berwarna biru yang berubah menjadi merah. Bantal tiba-tiba tertarik memyeleamtkan kepala Yuna yang hampir terbentur dengan kayu.

Adelion lalu mendekat pada Yuna lalu mencium kening gadis yang terlelap itu. Pria itu lalu merapalkan sebuah mantra hingga muncul garis bercahaya di sekeliling Yuna. Pria itu sedang memasang banyak sekali sihir pelindung pada tubuh Yuna. Adelion lalu mengedarkan pandangnya, pria itu merasakan ada seseorang yang melihatnya.

"Cepat keluar! Sebelum aku membunuhmu!" Ujar Adelion.

Fairuz yang sudah sejak tadi menonton akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya. Pria itu tersenyum simpul melihat wajah kesal Adelion yang sedang menatapnya.

"Kau hebat juga bisa merasakan keberadaanku," Ujar Fairuz.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Ujar Adelion dengan mata merahnya.

"Aku hanya sedang lewat saja," Ujar Fairuz.

Sebuah panah yang terbuat dari kristal hampir saja menusuk kepala Fairuz. Pria itu lalu tersenyum simpul melihat Adelion yang kesal karena serangannya yang di hentikan oleh Fairuz. Adelion tau jika dia tidak bisa menyentuh atau bahkan memembunuh para peri karena kutukan itu.

"Ternyata kutukan darah itu benar," Ujar Fairuz sambil tersenyum tanda kemenangan.

Adelion tetap diam, saat ini dia sedang merasakan jantungnya yang tercabik-cabik karena menyerang peri. Tubuhnya memang akan merasakan rasa sakit seperti tercabik-cabik ketik berniat membunuh peri. Nafas Adelion kini sudah tidak beraturan seperti ia baru saja lari marathon. Panah es yang tadinya masih berada satu senti di kepala Fairuz tiba-tiba jatuh.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti gadis itu," Ujar Fairuz sambil menepuk pundak Adelion.

Fairuz lalu berjalan menuju Yuna yang masih tertidur lelap. Pria itu tersenyum kita melihat wajah Yuna yang sedang tertidur. Fairuz lalu mengelus rambut Yuna kemudian mencium kening gadis itu. Adelion yang melihat hanya bisa memberi tatap tajam pada Fairuz, ai sudah sangat lemah akibat menyerang Fairuz.Di tambah lagi dengan tubuhnya yang sedang menahan rasa tercabik-cabik.

"Selamat malam peri kecilku," Ujar Fairuz sambil tersenyum pada Yuna lalu mulai menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 21

    Sambil mengepakkan sayapnya yang besar ia melintasi ibu kota, beberapa penduduk yang menyadarinya ikut tercengang melihat seekor naga sedang terbang di atas langit di mana tanah peri berdiri. Naga terkenal dengan sifat sombong dan angkuhnya, mereka juga sulit di tundukkan karena sifat mereka. Warna naga menentukan kekuatan yang di milikinya, warna hijau adalah yang terlemah dan merahlah yang terkuat. "Itu naga hitam! Bagaimana dia bisa di sini?" "Tunggu! Ia raja naga! Dan pemiliknya adalah sang raja kerajaan Emerald!" "Apa terjadi sesuatu?" Itulah beberapa tanggapan penduduk ibu kota yang terkejut melihat keberadaan sang raja dari para naga. Azura muncul di secara tiba-tiba dengan wujud rubah puti kecilnya, ia mengomeli sang naga dengan kesal karena telah membawa Yuna sembarangan tanpa menunggunya. Sejak tadi Azura telah mengikuti sang naga dengan tergesa-gesa saat Adelion dengan entengnya mengikat tubuhnya di atas tiang menggunakan rantai mana. "Sebenarnya sejak kapan vampir s

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 20

    "Bella kau bisa pergi sekarang. Aku akan mengompres sendiri mataku," Ujar Yuna melepas handuk hangat dari matanya yang bengkak. "Kau juga tampak lelah Bella. Istirahatlah, aku baik-baik saja. Lagi pula aku akan sangat senang karena aku akhirnya bisa lepas dari kurungan ini," Ujar Yuna hingga Bella hanya mampu terdiam. "Aku akan sangat merindukanmu nona," Ujar Bella. Yuna cukup terkejut saat mendengar penuturan Bella. Ia menoleh melihat kearah Bella yang telah menutup pintu, Yuna pernah mendengar dari Sarfaras jika makhluk di dunia ini tidak bisa hidup tanpa adanya aliran mana. Mereka bisa mati dalam beberapa jam hanya jika mereka meninggalkan dunia ini, maka dari itulah gerbang dunia fana di segel rapat-rapat. "Nona?" Panggil Azura yang sedang dalam wujud rubah putihnya. "Ah, Azura. Sepertinya aku harus memberikan ucapan perpisahan denganmu," Ujar Yuna sambil bulu halus milik Azura. "Eh? Kenapa tiba-tiba." Azura tampak terkejut. "Aku akan kembali ke dunia fana besok. Kau tentu

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 19

    "Maafkan aku nona. Aku tidak bisa menceritakan hal itu. Alam akan menghukumku jika membocorkan masa lalu," Ujar Azura hingga Yuna terlihat kecewa. "Ah, begitu ya." Yuna terlihat cukup kecewa, ia merebahkan. Sambil menatap langit-langit, ia jadi teringat oleh buku kuno Rahasia dan rasa. Yuna kembali terduduk, "Deluciana. Apa kau tau tentang dia Azura?" Tanya Yuna penuh rasa penasaran. "Dari mana nona tau nama itu?" Azura cukup terkejut saat mendengar sebuah nama yang ia kenali keluar dari bibi Yuna. "Ah, aku sebenarnya mendapatkan sebuah buku." Yuna kemudian berdiri dan mengambil sebuah buku di atas meja. Melihat buku itu Azura langsung mengenalinya, ia berusaha menyentuh buku itu namun setruman listrik malah ia rasakan di jari-jarinya. Buku itu sudah lama hilang bersama sang Dewi Lucian, ia benar-benar curiga dengan munculnya buku yang telah lama hilang ini. Buku itu menyimpan sebuah rahasia tentang keberadaan sang Dewi yang hilang karena sebuah kejadian. "Bagaimana bisa buku it

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 18

    'Deluciana' adalah nama seorang gadis yang berkali-kali di sebutkan dalam buku kuno Rahasia dan Rasa.Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang seorang Dewi yang jatuh cinta dengan makhluk dunia fana. Kisah cinta mereka bahkan telah di buat berbagai versi mulai dengan ending yang manis, hingga ending yang menyedihkan. Namun tak ada yang tau bagaimana akhir dari kedua pasangan tersebut. Legenda hanya menceritakan setengah dari kisah keduanya tanpa ada akhir.Ada banyak nama yang sering orang-orang gunakan untuk menggambarkan sang Dewi. Mulai dari sebutan pemilik cahaya, kecantikan yang tidak pernah padam, hingga Dewi yang terkutuk. Setelah membaca satu halaman Yuna akhirnya sadar jika buku ini adalah diary seorang bernama Damian."Tunggu, apa aku boleh membaca buku diary orang lain? Bukannya ini tidak sopan?" Yuna menutup buku karena merasa bersalah telah membaca satu halaman dari diary orang lain.Yuna meletakkan buku di atas nakas kemudian memilih untuk segera tidur agar rasa pena

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 17

    Sang Demon kemudian menghilang meninggalkan kesunyian di tempat itu, Lucas akhirnya ambruk dan tak sadarkan diri. Ia sudah melewati batas penggunaan mana dan hal itu menyebabkan kesadaran menghilang untuk beberapa hari kedepan. Kesatria lainnya kemudian membopong tubuh Lucas untuk mendapatkan perawatan. Sarfaras memberi hormat pada Fairuz dan berterimakasih atas bantuannya. "Pemilik darah peri yang agung, mahkluk rendahan ini mengucapkan rasa terimakasih atas bantuannya," Ujar Sarfaras. "Berdirilah," Ujar Fairuz. "Kali ini mungkin kita berhasil selamat, tapi Demon sudah terlalu kuat untuk bangsa peri tangani. Aku bahkan heran kenapa dia menyembunyikan kekuatannya itu," Ujar Fairuz menatap keatas langit. "Itu benar, aku rasa tidak lama lagi sang Demon akan memulai perang," Ujar Sarfaras. Fairuz menatap ke arah bulan, ia mengernyitkan dahi atas ucapan Sarfaras. Perkataan Sarfaras tidak salah, perang pasti terjadi. Demon pemimpin bangsa kegelapan sudah sangat lama berselisih dengan

  • Time Travel: Rahasia dan Rasa!!   Bab 16

    "Ada apa denganku?" "Hei, berhenti mengikutiku!" Ujar Adelion. Setelah mengatakan hal tersebut, tubuh Adelion ambruk begitu saja. Yuna jadi kebingungan akan hal tersebut, tidak akan ada pelayan yang bisa masuk ke tempat ini. Jadi mungkin saja Adelion akan sepanjang malam tidur di atas lantai yang dingin. Yuna berbalik arah meninggalkan Adelion, rasa kebenciannya terhadap pria tersebut membuat dia di butakan amarah. "Untuk apa aku harus peduli? Aku membencinya. Sangat-sangat benci padanya," Ujar Yuna. Yuna pergi dari sana, tapi tiba-tiba saja mata Yuna berkaca-kaca. Tangannya meremas kuat gaunnya mencoba menahan perasaan aneh, setelah terbangun dari mimpi itu tubuhnya terus bereaksi terhadap pergerakan Adelion. Setiap reaksi tubuh nya terus saja tidak sejalan dengan keinginannya. Yuna berbalik dan menatap ke arah Adelion yang masih dengan wajah menahan sakit luar biasa. "Yang mulia, apa kau bisa mendengarku? Kemana aku harus membawamu?" Ujar Yu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status