"Cepat nona, kita harus memilih hewan pelindung kita," Ujar Bella menarik Yuna ke sebuah tempat.
"Iya, bukannya hewan itu yang memilihkan kita?" Ujar Yuna.
"Walau begitu kita harus cepat datang agar hewan itu memilih kita lebih dulu," Ujar Bella.
Yuna manatap kagum pada semua hewan yang ada di area paralel ini. Mereka masing-masing memiliki ukiran di tubuhnya yang memandang kekuatan yang di miliki hewan-hewan itu. Yuna masih belum menemukan hewan penjaga miliknya, setiap Yuna mendekati hewan-hewan itu maka mereka langsung bergetar dan berlari dari Yuna. Seolah-olah Yuna adalah predator mereka.
"Tidak ada yang memilih aku, sebagai tuan mereka," Ujar Yuna melihat Bella yang asik dengan hewan penjaga miliknya yaitu kelinci penjaga.
Hewan milik Bella terlihat imut dan bahkan lebih lucu dari kelinci di bumi. Yuna bahkan berfikir alasan para hewan menghindarinya adalah kerena dia tidak setengah hewan atau berasal dari bangsa manusi. Yuna membuang nafas p
Acara berburu kemarin di tunda, seorang gadis masih sibuk mendekati para hewan penjaga. Kini Yuna hanya diam saat lagi-lagi tak ada hewan yang ingin mendekat padanya. Besok adalah hari pelaksanaan berburu tapi gadis itu malah memilih untuk duduk sambil bermain dengan kelinci yang menyimpan jiwa Bella. "Kenapa tidak ada yang memilihku? Apa aku terlihat jelek?" Ujar Yuna. "Bella cepatlah sembuh, aku bosan tanpa kau," Ujar Yuna. Kelinci itu lalu mengelus tangan Yuna seolah mengerti maksud gadis itu.Yuna tiba-tiba mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencari suara itu saat rasa penasarannya mulai meresahkan hatinya. Suara itu semakin keras saat Yuna berada di sebuah taman yang sangat tua dan terlihat tidak pernah di datangi oleh siapapun.Yuna masuk dalam taman itu dan sampai di sebuah Vila yang di penuhi lumut seperti tak ada yang pernah mengurus villa itu.
Hari ini adalah hari berburu. Satu persatu para bangsawan masuk ke dalam sebuah portal dan sampai di hutan Azka yang merupakan hutan paling subur dan kaya di dataran ini. Semua orang mengendarai hewan penjaganya masing-masing dengan bangga.Yuna datang terlambat karena kesiangan, gadis itu datang bersama dengandengan Azura. Yuna masuk sambil duduk di atas sebuah rubah putih keren paksaan dari Azura sendiri. Perlahan semua orang melihat gadis itu dengan tercengang."Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu menunggangi hewan suci legenda?" Ujar seorang bangsawan."Dari yang aku dengar semua hewan suci sangat sombong dan tidak akan mau menurut pada tuan yang lemah.""Tapi aura gadis itu saja tidak ada, mana mungkin hewan suci itu mau melakukan kontrak?"Yuna turun dan merasa tidak enak dengan semua bangsawan yang melihatnya. Tiba-tiba Adelion tiba membuat semua perhatian tertuju padanya, pria itu sedang duduk di atas seekor Harimau putih yang cukup besar
Yuna duduk bersama dengan bangsa Atarel, mereka menyambut Yuna dengan sangat gembira dan berterimakasih atas pertolongannya itu. Api kini menjadi pencahayaan mereka malam ini, Yuna lalu melirik tubuh Adelion dengan luka di punggungnya yang sudah di balut kain bersih."Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Obat yang di buat tetua kami sangat membantu menyembuhkan luka" Ujar Star."Aku tidak mengkhawatirkan dia, huh" Ujar Yuna memalingkan kepalanya.Luka di lengan Yuna sudah di balut kain sama seperti Adelion. Kini gadis itu sedang sibuk memandang api dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Perlahan Adelion bangun lalu duduk di sebelah Yuna dengan santai dan tampa beban. Yuna akhirnya sadar dari lamunannya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.Yuna refleks menjauh dari Adelion, pria itu menatap bingung pada Yuna yang menjauh darinya. Adelion lalu melemparkan senyuman pada Yuna yang membuat
Yuna kini sudah kembali ke istana. Gadis itu kini sedang minun teh bersama Fairuz, pria itu tiba-tiba muncul dan mulai merengek pada Yuna untuk minum teh bersamanya di taman. Setelah kembali dari hutan Azka kini Adelion memiliki kesibukan yang Yuna tidak tau itu apa. Tebakan gadis itu hanya satu yaitu masalah kerajaan Emerlan. "Ada apa? Tumben kau datang secepat ini," Ujar Yuna. "Di istana peri akan di adakan pertarungan sihir, pertarungan sihir hanya di adakan sekali selama 100 tahun. Pemenangnya bisa meminta apa saja pada sang ratu" Ujar Azura dengan semangat. "Lalu?" Tanya Yuna. "Semua kerjaan akan hadir ke acara sihir itu. Akan ada yang mewakili setiap kerajaan dalam lomba itu, kau bisa ke sana dan menonton jika kau mau," Ujar Fairuz. "Aku tidak bisa, aku tidak terlalu suka berada di keramaian," Ujar Yuna. "Kau yakin? Semua orang tau kerjaan peri memiliki sejarah
"Bella, kapan kita akan sampai." Yuna telihat lesu."Kita baru naik kereta kuda dua puluh menit yang lalu, nona. Perjalanan kita mungkin menghabiskan waktu cukup lama, nona.""Bukan itu masalahnya, aku sangat mual naik kereta kuda ini," Ujar Yuna sambil menutup mulutnya karena hampir muntah."Ughkk... Beri aku air," Ujar Yuna sambil mengelap bibirnya."Ini airnya nona, apa nona baik-baik saja?" Ujar Bella dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, hanya mabuk darat saja. Sepertinya aku tidak terbiasa duduk dalam kereta kuda," Ujar Yuna."Apa kita istirahat di sini dulu, nona?" Ujar Bella."Tidak perlu aku sudah punya rencana, bantu aku mengikat rambutku ini." Yuna langsung memerintahkan sang kusir untuk menghentikan kereta kuda.Yuna turun dari kereta di ikuti Bella di belakangnya. Gadis itu menyentuh sebuah batu dan memikirkan sesuatu di otak hingga sebuah pakaian pria telah melekat di tubuhnya. Yuna menaiki kuda cadangan yang
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t
Yuna terbangun dengan keringat yang membanjir tubuhnya, deru nafasnya kini tak lagi beraturan. Rasanya tubuhnya lemas dan tak bertenaga, "Kau sudah bangun?" Suara itu membuat Yuna menoleh ke arah jendela. Pria dengan pakaian bangsawan sedang duduk di pinggir jendela dengan sebuah buku di tangannya. Mata merah darah itu menyoroti Yuna dengan menusuk. Adelion tampak sedang dalam suasana yang tidak baik. "Kau keluar tanpa seizinku," Ujar Adelion dengan suara berat yang terasa mendominasi. "Ehmm.. Itu, aku. Aku hanya ingin melihat kota peri," Ujar Yuna yang menciut melihat Adelion menatapnya begitu tajam. Adelion kemudian berjalan menuju Yuna yang memainkan jari-jarinya seraya duduk menunduk. Yuna kemudian mendongak saat merasa Adelion telah berdiri di samping kasur. "Yuna, dengarkan aku baik-baik. Aku bisa langsung membunuhmu jika tidak menuruti perintahku!" Bisik Adelion di telinga Yuna. Jantung Yuna seakan tak berdetak, ia takut dengan
"Siapa yang berani mengutuk tuan!!" Ujar Azura membuat rasa dingin di kulit Yuna semakin bertambah."Apa Vampir sialan itu?!!" Ujar Azura dengan wujudnya bertambah besar.Hawa dingin memenuhi tempat itu, belum sempat Yuna menghentikan Azura yang sepertinya akan mengamuk, Azura sudah lebih dulu pergi dengan kemarahannya. Yuna tau ke mana Azura pergi, maka dari itulah ia buru-buru berlari menuju pintu namun sayangnya pintu itu tidak bisa terbuka karena sihir Adelion yang masih mengurungnya. Yuna menggedor pintu berharap ada seseorang yang mendengarnya lalu membukakan pintu."Apa ada seseorang di luar! Kumohon biarkan aku keluar sebentar saja," Teriak Yuna.Sebuah suara terdengar di kepala Yuna, ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Rasanya asing namun anehnya ia terbiasa dengan aliran mana dari dalam tubuh. Yuna meletakkan telapak tangannya di pintu kemudian mengucapkan sebuah kalimat yang ada di kepalanya.Pintu terbuka, tanpa membuang waktu Yun