Share

BAB 11

Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.

Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya.

"Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia

"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas.

"Oh gitu." Balas Zia singkat

"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik

"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi

"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal.

"Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.

Ahmad menghela nafas.

"Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sambil membawa nampan sarapan Cassandra dan berjalan kearah kamar Cassandra.

***

Cassandra nampak pucat pagi itu. Ahmad yang khawatir dengan kondisi istrinya itu segera bersiap untuk membawa Cassandra berobat.

"Sayang, kamu minum susunya dulu ya. Telan rotinya kalo sanggup. sebanyak yang bisa kamu makan. tapi tidak usah dipaksakan." Pinta Ahmad sambil berganti pakaian.

"Iya sayang, maaf ya jadi ngerepotin kamu." Ujar Cassandra kemudian meminum susunya.

"Padahal kemaren masih bugar banget, kok bisa subuh-subuh kamu demam gini?" Tanya Ahmad sembari mengumbar senyum menggoda pada Cassandra.

"Iiiihh apaan sih. Sebenarnya beberapa hari terakhir aku udah nggak enak badan terus. makanya kmrenan pengen pijet lah, pengen berendem air hangat lah.. mungkin sekarang numpuk banget capeknya." Jelas Cassandra panjang lebar.

"Kamu mood swing juga. Serem lagi tiba-tiba sewot, tiba-tiba nangis histeris." Ucap Ahmad menambahkan.

"Nggak tau lah, kayaknya aku terlalu stress sama Rentetan kejadian seminggu ini. Tiba-tiba harus membiarkan kamu menikahi Zia, harus tinggal serumah dengan maduku. Mungkin stress aja karena semua ini hal baru." Jelas Cassandra lagi.

"Ya udah jangan terlalu dipikirin terus-terusan. Jalani aja dengan ikhlas, serahkan semua ke Allah." Ucap Ahmad sambil meraih Cassandra kepelukannya.

"Yuk siap-siap kita periksa." Tambah Ahmad.

"Kita? Kamu periksa juga?" Goda Cassandra.

"Iya lah, kamu kan sebagian dari aku, kamu yang diperiksa itu sama aja aku juga diperiksa." Gombal Ahmad sambil mencubit hidung Cassandra.

"Idiiihh gombal, Minggir ah mau ganti baju." Rajuk Cassandra.

***

Zia meneguk susu dan memakan roti yang telah disiapkan suaminya. Setelah itu ia langsung memesan ojek online dan berangkat ke kampusnya. Hari itu Kampusnya nampak sepi hanya ada satu dua orang mahasiswa berlalu-lalang.

Nampak di kejauhan gadis cantik dengan rok selutut dan kemeja rapi sedang membaca kumpulan kertas di salah satu bangku taman. Zia mendekatinya, Raisha namanya tapi lebih sering dipanggil Icha.

"Assalammualaikum Cha, Udah lama?" Sapa Zia.

"Waalaikum salam, eh datang juga akhirnya si pengantin baru ini." Goda Raisha.

"Apaan sih," Ucap Zia malu

"Ini laporan semua donatur dan jumlah donasi yang siap disalurkan untuk bayi-bayi kurang gizi udah selesai. Jadi tinggal dibahas aja dirapat terakhir sebelum kita sampaikan ke penerima bantuan. " Jelas Icha.

"Siap, yuk kita obrolin sambil ngebakso aja. Tadi aku cuman sarapan roti, masih laper deh jadinya." Ajak Zia.

Dikantin pagi itu hanya ada satu kios yang buka, karena sedang liburan dan hanya ada beberapa mahasiswa semester pendek yang masuk. Setelah mendapat mangkuk bakso masing-masing, Zia dan Icha duduk tepat di depan taman di dekat meja beberapa mahasiswa lain yang kurang dikenalnya.

"Jadi gimana rasanya nikah?" Tanya Icha menggoda.

"Ya gitu," Jawab Zia singkat.

"Gitu gimana?" Tanya Icha lagi

"Ya nggak tau deh, aku bahagia, aku bersyukur, tapi mungkin kalo aku adalah istri pertama dan terakhir suamiku pasti lebih indah." Ungkap Zia.

"Maksudnya gimana?" Tanya Icha heran.

"Iya aku menikahi laki-laki beristri, istrinya yang melamarku untuk suaminya." Jawab Zia dengan wajah murung.

"Gimana sih, Zi? aku beneran gak paham deh. kok bisa kamu nikah sama laki orang tuh gimana ceritanya? perasaan pas acara nikahan kemaren ya baik-baik aja gitu. nggak ada cerita beginian." Tanya Icha masih terkejut dengan pengakuan Zia.

"Iya aku taunya pas udah sampe rumah suamiku. Taunya disana aku juga harus tinggal serumah sama kakak maduku. Aaaaahhh tau deh ngapain dipikirin, udah ah ngomongin yang lain." Curhat Zia pada sahabatnya.

"Ayah kamu tau?" tanya Icha lagi

"Iya tau kok, kmren aku sempet video call sama ayah. Dan ayah emang nyembunyiin kenyataan kalau aku bakal jadi istri kedua, karena takut aku nolak katanya." Jelas Zia sendu.

"Kok gitu sih?" Tanya Icha lagi

"Iya Ahmad itu anaknya teman ayahku, dulu waktu ayah masih ngurus travelannya di yaman. Terus mereka setuju buat jodohin salah satu anak ayah sama Ahmad. Tapi sebelum kejadian Ahmad udah nikah, dijodohin sama anak temen Uminya. Karena Qodarullah Abinya Ahmad udah meninggal." Jelas Zia

"Terus?" Icha penasaran.

"Terus karena Ahmad belum juga dikasih momongan, disuruhlah si Ahmad nikah lagi. Uminya Ahmad minta Cassandra maduku itu untuk nyari Ayahku dan melamar aku buat Ahmad." Tambah Zia.

"Jadi tuh orang nikahin kamu biar punya anak?" Tanya Icha geram.

"Mungkin gitu, cuman Kak Ahmad baik banget sama aku, aku jadi serba salah. Mau marah sama ayah, nggak bisa juga karena walaupun Ayah agak jahat juga sih nutupin semua ini aku juga bersyukur suamiku orang yang baik. Ayah juga nggak mungkin asal aja milih menantu sembarangan." Jawab Zia

"Hemh, kok bisa sih. Beneran deh aku nggak nyangka kalau bakal rumit kayak begini." Ujar Icha.

"Jujur aku juga syok awalnya. Tapi aku banyakin berdoa dan berusaha bersyukur sama keadaanku. Ya gitu deh, huft." Kata Zia.

"Semoga kamu bisa sabar ya ngejalanin semua ini." Balas Icha prihatin.

"Aku juga pingin ketemuan sama kamu biar ada temen curhat polemikku ini hehehe." Kata Zia lagi sambil mulai menyendok bakso didepannya.

Zia dan Icha menyantap bakso mereka masing-masing, sambil berbincang kesana-kemari tentang masalah mereka dan juga tentang dinas terakhir mereka bulan depan. Terlarutlah mereka dalam obrolan hingga tak terasa adzan Duhur berkumandang. Saatnya Zia kembali menghadapi kenyataan, sebelum pulang kerumah ia dan Icha menyempatkan untuk Shalat sebentar di masjid kampus mereka.

................

Cassandra dan Ahmad tengah mengantri di pendaftaran pasien di klinik biasa mereka berobat. Klinik itu milik sepupu Ahmad dan juga Ahmad menjadi salah satu investornya. Letak klinik itu ada di daerah pinggiran kota, dekat dengan rumah Zia dan rumah Lily adik Cassandra.

Setelah cukup lama mengantri, kini giliran Cassandra masuk keruang periksa umum. Pagi itu Rifki sepupu Ahmad yang praktik. Rifki seorang dokter spesialis anak, tapi masih sering praktik umum di kliniknya.

"Assalammualaikum, Eh mbak Sandra sama mas Ahmad. kok nggak telpon aja biar diduluin." Sapa Dokter Rifki pada Ahmad dan Cassandra.

"Waalaikum salam, Nggak apa-apalah ngantri dikit." Jawab Ahmad sambil berpelukan dengan Rifki.

"Jadi siapa nih yang mau periksa?" Tanya Dokter Rifki.

"Ini nih Cassandra kesehatannya lagi ngedrop, suka lemes, begah, kecapean, tadi pagi juga demam." Jelas Ahmad.

"oke yuk naik, saya periksa dulu." Pinta Dokter Rifki

Cassandra mengangguk tak banyak bicara karena sudah merasa sangat lemah. Iapun naik ke ranjang yang ada di ruangan itu untuk diperiksa. Seorang perawat membantu Dokter Rifki untuk mengukur tekanan darah dan suhu badan Cassandra, kemudian menyerahkannya pada Dokter Rifki.

"Ini tekanan darahnya rendah, dan demamnya lumayan tinggi." Ucap Dokter Rifki sambil melihat laporan dari perawat itu.

kemudian Dokter Rifki memeriksa perut dan dada Cassandra dengan stetoskopnya.

"Ada mual, atau muntah?" Tanya Dokter Rifki pada Cassandra

"Ada mual tapi ndak muntah." Jawab Cassandra.

"Nggak terlambat menstruasinya?" Tanya Dokter Rifki lagi.

"Aku punya jadwal menstruasi yang berantakan jadi kurang paham dok." Jawab Cassandra bingung.

"Udah coba test pack?" Tanya Dokter Rifki

Cassandra menggeleng pelan, karena merasa lemah dan sebenarnya Cassandra merasa kesal ia sering berharap untuk punya momongan dan sering mencoba test pack namun hasilnya selalu negatif.

"Oke, yuk balik duduk sama mas Ahmad." Ajak Dokter Rifki.

mereka kembali duduk dan Dokter Rifki menuliskan sesuatu kemudian menyerahkannya pada perawat yang membantunya disana.

"Jadi gimana Ki? Kenapa nih Cassandra?" Tanya Ahmad tak sabar.

"Jujur aku belum tau, perlu test lanjutan. Aku rujuk ke bagian Kandungan mungkin aja ini rejekimu mas. Tapi belum pasti juga ya. Jangan terlalu berharap dulu." Jelas Dokter Rifki.

"Oke-oke, jadi ini langsung ke bagian Kandungan ya?" Tanya Ahmad berusaha tenang menutupi kebahagiaannya.

"Iya langsung aja." Jawab Dokter Rifki.

"Jazakallah khoir ya ki, aku pamit langsung ya." Ucap Ahmad sambil menyalami Dokter Rifki.

"Barakallahufik, Waalaikum salam." Jawab Dokter Rifki.

Ahmad dan Cassandrapun melangkah dengan keraguan dan harapan menuju bagian kandungan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status