Share

BAB 10

Penulis: H. Putri Hadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 08:00:22

Author pov

"Aku berangkat ke masjid ya," Ijin Ahmad pada Cassandra yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin.

"Iya sayang." Jawab Cassandra sambil merekahkan senyum bahagianya.

***

Usai melaksanakan shalat magrib Cassandra keluar kamar untuk memasak makan malam.

Didapur dilihatnya Zia sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya. Mereka nampak bahagia dan haru, sesekali Zia menyeka air matanya yang menetes ke pipinya.

"Sudah dulu ya Yah, nanti Zia kabar-kabar lagi." pamit Zia pada Ayahnya

"Assalammualaikum." Imbuhnya kemudian menutup panggilannya.

"Nelpon Ayah kamu Zi?" Tanya Cassandra mengagetkan Zia.

"Iya kak, kangen." Jawab Zia sambil mengusap kedua matanya dengan tishu.

"Pulang aja nggak apa-apa kok." Ucap Cassandra berusaha menenangkan Zia.

"Nggak deh kak, entar aja minggu depan sekalian ngambil buku-buku buat persiapan masuk kuliah lagi." Tolak Zia Lirih.

"Yaudah, aku masak dulu deh. Udah laper kan?" Tanya Cassandra mencairkan suasana.

"Hehehe, iya kak tadi ketiduran lama banget sampe magrib. Kalo ayah nggak nelpon, belum bangun kalik aku sekarang kak." Jawab Zia sambil terkekeh.

"Yaudah shalat dulu gih, tar abis shalat temenin aku masak." Perintah Cassandra sambil tersenyum tulus.

"Siap kak." Balas Zia singkat kemudian menuju kamarnya untuk shalat magrib.

***

Setelah mengerjakan shalat magrib, Zia menemani Cassandra yang sudah memulai memasak. Cassandra memotong Daun bawang dan jamur ketika Zia menghampirinya.

"Wah udah mulai kak?" Tanya Zia

"iya barusan bikin tamagoyaki, terus mau bikin ramen instan aja lah. Kamu bisa makan pedes kan?" Ucap Cassandra sambil menoleh pada Zia tanpa menghentikan aktivitas potong memotongnya.

"bisa kak, aku suka pedes kok." Jawab Zia.

"Oke bagus kalo gitu. kebetulan lagi pingin makan mie pedes soalnya. sambil nonton film kalik ya, seru." Ujar Cassandra tersenyum.

"Boleh juga, aku pingin juga makan ramen sambil nonton film, seru kayaknya." Balas Zia antusias.

"Nah pas banget aku ada kimchi di kulkas. Aku bikinin fire wings kamu siapin meja ruang tengah ya, kita makan depan tivi aja." Komando Cassandra pada Zia.

Zia mulai mengosongkan meja ruang tengah dari buku-buku yang berserakan dan menggantikannya dengan Aneka masakan yang telah dibuat oleh Cassandra. Cassandra dan Zia akhirnya menyelesaikan persiapan makan malam mereka saat adzan isya berkumandang. Merekapun Shalat isya berjamaah.

Tak lama setelah shalat isya, Ahmad datang dari masjid.

"Assalammualaikum.." Sapa Ahmad

"Waalaikum salam.." Balas Cassandra dan Zia serempak.

"Wah makanan udah siap nih.." Ucap Ahmad melihat meja ruang tengah yang penuh makan malam mereka.

Ada sepanci mie goreng pedas yang terlumur bumbu merah yang tebal dengan beberapa telur mata sapi merekah diatasnya. Dipiring-piring lain tersaji Tamagoyaki alias telur gulung, fire wings, dan kimchi. Tak ketinggalan es teh hijau tawar kesukaan Cassandra juga tersaji di atas meja.

"iya kita lagi pingin nonton film sambil makan malam, boleh ya sayang." Pinta Cassandra manja diiringi Zia yang tersenyum memohon.

"Iya deh iya, boleh lah sekali-kali." Jawab Ahmad menuruti istri-istrinya.

Para istri yang kegirangan mulai memilih-milih film yang akan di tonton.

"Ini aja kak Sandra, romantis." Usul Zia

"Idih menye-menye, yang action tapi ada dramanya gitu gong." Tolak Sandra sambil terus memencet-mencet remot ditangannya.

"Iiiihh masa nonton yang action sih, Gak seru ah." Zia merajuk merebut remot tivi itu.

"Ehh eh eh enak aja, balikin nggak." Sandra mulai menaikan suaranya.

"Sttt ssssttt.. Duh mau makan aja berisik." entak Ahmad, seketika kedua istri pun terdiam.

"Mana remote tivinya?" Pinta Ahmad mendesak

Zia menyerahkan remote itu dengan bibir manyun. Kemudian Ahmad mulai memilih-milih dan berhenti di satu film.

"Nah, ketimbang berantem udah nonton ini aja. yuk makan udah laper." Ahmad menengahi

Cassandra dan Zia terpaksa menurut dengan berat hati. Mereka mulai makan dan menonton film yang telah diputar Ahmad. Iya itu film animasi Bilal sahabat nabi. Entah apa yang terjadi akhirnya kedua istrinya itu serius dan memperhatikan filmnya dengan seksama sambil sedikit diskusi ringan.

"Eh, kasian banget ya jaman itu." Ucap Zia

"Iya kita harus bersyukur hidup jaman sekarang. Tapi ngomong-ngomong itu ilustrasi hamzahnya ganteng banget ya." Balas Sandra sambil menggigit fire wing yang ia buat tadi.

"Iya sih ganteng banget. Kayak kak Ahmad nggak sih?"Tanya Zia berbisik.

"Enggak ah, Ahmad kan ngeselin." Tolak Cassandra lirih takut Ahmad mendengar

"Iya juga sih.." Ucap Zia setuju.

"Hushh.. nih nonton film kok komentar terus, mau nonton apa jadi komentator?" Ledek Ahmad yang merasa dicuekin.

"Kak Ahmad galak banget sih dari tadi marah-marah mulu." Gerutu Zia sambil mengambil piring yang berisi fire wing

"Lho lho lho kok dibawa semua?" Tanya Ahmad tercengang

"Sssttt.. jangan berisik." Sela Sandra membela Zia.

Ahmad menghela nafas panjang melihat kelakuan istri-istrinya. Ia tersenyum senang melihat kedua istrinya kini mulai semakin dekat. Ahmad berjalan kedapur dan mencuci tangannya menyudahi makan malamnya.

"Kak Ahmad sudah?" Tanya Zia yang melihat Ahmad mencuci tangan

"Sudah kamu bawa kabur fire wingnya." Jawab Ahmad pura-pura ngambek.

"Ini deh kak nggak jadi aku ambil." Rayu Zia masih mengira Ahmad benar-benar marah.

"Kak Sandra, tuh kak Ahmad ngambek gimana dong." Lapor zia ke Sandra kemudian.

"Biarin aja, Abis ngeselin." Sandra memprovokasi.

Zia dan Sandrapun cekikikan dan melanjutkan Quality time mereka.

***

"Assalammualaikum." sapa Ahmad melalui sambungan telepon.

"....................."

"Jadi gini Fer, kapan hari kamu ngobrol sama sandra soal mau buka cabang di sebelah gedung apartemenku?" Tanya Ahmad pada Ferdi di sebrang.

"......................."

"Ya nggak apa-apa sih. Tar aku sampaikan ke Sandra deh."

"......................."

"Hahahahahahha, iya dong. Satu mana cukup. Hahahaha."

"................"

"Ya enggak gitu juga sih, ya adalah alasannya. InsyaaAllah kita juga lagi adaptasi juga."

"........................"

"Ya makanya nyari bos, gimana sih. Hahahaha." Goda Ahmad pada Ferdi

"..........................."

Oke besok aku mampir ke cafemu deh, kita lanjut ngobrol."

"............................."

"Waalaikum salam." Ahmad menutup sambungan teleponnya.

Setelah menutup telepon Ahmad yang sedang menyendiri di balkonpun masuk kembali kedalam rumah. Ahmad melihat kedua istrinya sedang berbincang-bincang sambil membereskan peralatan makan di dapur.

"Wah sekarang kalian berdua mengasingkan aku nih ya?" Goda Ahmad kepada kedua istrinya.

"Yeee, kamu yang ninggalin kita, kita yang disalahin." Gerutu Cassandra.

"Kak Ahmad kenapa sih, godain kita terus?" Tambah Zia.

"Waduh kompaknya." Ahmad pura-pura sedih.

"Udah ah jangan akting." Ucap Cassandra mengakhiri percakapan malam itu.

"Oke kak aku kekamar ya, mau tidur lagi. Rasanya punggungku sakit banget, mau dapet tamu bulanan kayaknya." ijin Zia kemudian masuk kekamarnya.

Ahmad dan Cassandra juga masuk kekamar Cassandra untuk istirahat. Seperti biasa Cassandra segera masuk kekamar mandi dan menggosok gigi juga mencuci muka. Setelah itu Cassandra memulai ritual malamnya, ia membuka satu per satu botol skin carenya dan dioleskannya ke wajah cantiknya.

Ritual malam selesai, Cassandrapun berganti pakaian tidur.

"Sayang, nggak usah pakai. Sini yuk." Ajak Ahmad sambil mengedipkan mata.

"Tadi siang kan udah." Goda Cassandra.

"Kan itu tadi siang." Gerutu Ahmad

Cassandrapun mendekati Ahmad dengan senyum manisnya. Ahmad yang sudah siap menyambut cinta Cassandra langsung mendekap Cassandra kedalam pelukannya. Akhirnya malam itu mereka habiskan dengan kehangatan dan kemesraan.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status