Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya."Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas."Oh gitu." Balas Zia singkat"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal."Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.Ahmad menghela nafas."Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sa
Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar
Seperti biasa Ahmad selalu pulang setelah shalat isya karena diatara magrib dan isya sering kali ada kajian. Ahmad masuk kedalam rumah dan mendapati Zia telah menghidangkan cukup banyak makanan di meja makan."Wah, udah lama nih aku nggak makan gulai nangka sama telor balado. Enak nih kayaknya." Seloroh Ahmad senang"Makasih kak, semoga kak Ahmad suka deh." Balas Zia tersipu."Cassandra dimana?" Tanya Ahmad sambil celingak-celinguk."Dikamar sepertinya, tadi keluar cuman sebentar." Jawab Zia sekenanya."Oke aku panggil Cassandra dulu ya." Ucap Ahmad kemudian pergi kekamar Cassandra.setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari kamar Cassandra sendirian."Cassandra lagi nggak enak badan jadi males keluar kamar, aku bawain makanannya ke dalam aja ya, nggak apa-apa kan?" Tanya Ahmad"hemh." Jawab Zia singkat tak bernafsu dengan perdebatan."Aku akan segera kembali." Ucap AhmadAhmad membawa senampan makanan lengkap dengan segelas susu yang ia buat untuk Cassandra. Zia yang sedang tak
kling bunyi notifikasi di ponsel Raisha."Maaf baru balas nak, kondisi bapak kamu sudah membaik, beliau minta kamu tidak perlu pulang ke bali dulu. Fokus saja ke sekolah dulu, dan doakan bapak segera sembuh."Raisha membaca pesan bibinya yang sudah ditunggunya. Bapak Raisha tinggal bersama Bibinya setelah mulai sakit-sakitan. Sedangkan Ibu Raisha pergi keluar negeri untuk mengadu nasib di perantauan. Raisha sendiri sudah tinggal sendiri merantau di pulau jawa sejak lulus SMA. Walaupun ia lahir di jawa dan orang tuanya adalah orang jawa, namun keluarga besarnya pindah ke bali sejak Raisha masuk SD.Raisha sudah dekat dengan Zia sejak awal tahun kuliahnya. Ia sangat dekat bahkan sudah seperti saudara. Raisha juga sering kali menginap di rumah Zia, terutama jika Ayah Zia harus pergi beberapa hari mengurus pekerjaannya.Setelah Mendengar kabar bapaknya yang telah membaik, Raishapun merasa tenang dan bisa fokus kembali dengan kesibukan dinasnya esok hari. Ia membalas pesan bibinya dan berj
Author povIni adalah hari-hari awal Zia dan Raisa mulai dinas di sebuah klinik kecil di pelosok desa. klinik ini milik wanita paruh baya berparas teduh yang biasa dipanggil ibu Maryam. Klinik ini selalu ramai pasien, terutama dihari jum'at karena dihari itu ibu Maryam menggratiskan biaya kontrol kehamilan.Seperti jum'at-jum'at biasanya, Jum'at ini pun sangatlah sibuk. Di klinik ini ada satu bidan utama yaitu ibu Maryam, tiga bidan lainnya yaitu bidan Restu, bidan Ani, dan bidan Nur. Juga ada dua orang bidan magang yaitu Zia dan Raisa. Selain bidan juga ada Shofia gadis manis yang bertugas sebagai resepsionis pendaftaran pasien, merangkap sebagai kasir dan rekam medis. Semua sedang berkutat pada peran masing-masing.Hari itu sedang mendung, seolah mengikuti suasana hati Zia. Hujan tak kunjung turun seperti air mata yang seakan mengering. ditengah kesibukan mengurus para pasien tiba-tiba ponsel Zia berdering."Assalamualaikum,.." Sapa Zia terputus."...................................
Pov AhmadPagi ini pasti Zia sedang bertugas di klinik, beberapa hari tak bertemu membuat aku merindu. Aku yang merasa rindu ingin mengetahui kabar pujaan hati langsung berusaha menelponnya."Assalamualaikum Zia, kamu sedang sibuk?" tanyaku pada Zia di sebrang tepepon."...................................................................""Baiklah nanti aku akan telepon lagi, kabari ya. Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh." Ucapku menyudahi sesi telepon kami."..…................."Akupun kembali berkutat dengan kesibukan di restoran. Kali ini aku harus menyusun strategi yang bagus dalam menyambut bulan Ramadhan. karena pasti restoran akan jauh lebih banyak pelanggan. Aku harus memikirkan bagaimana agar kegiatan beribadah tidak terganggu dengan kesibukan di restoran.Sedih juga rasanya harus jauh dari istri kecilku Zia, Namun rasanya tak adil meninggalkan Cassandra yang aku cinta. Apalagi ia sedang mengandung anak kami yang sudah kami nanti selama 5 tahun ini. akhirnya impian k
Cemburu kembali menjalar nenusuk kerelung hati. Nafasku mulai tersengal menahan sakit didada yang semakin menjadi. Sungguh luka yang kubuat sendiri dan kini kurasakan perihnya seorang diri pula. Gemetaran aku menggenggam sendok yang sedari tadi aku gunakan menyuap makananku. Keringat dingin sudah membasahi bajuku entah sejak kapan.Tak kusangka mendengar Ahmad menyapa Zia dari telepon saja membuat hatiku terbakar. Aku yang menyulut api aku pula yang hangus oleh api cemburu.***Ahmad povAku sangat panik melihat Cassandra mendadak tergeletak dilantai. Wajah cantik Cassandra nampak pucat dan warna kulit putihnya membiru. Segera kugendong Cassandra kekamarnya dan kurebahkan diatas pembaringannya."Dokter Aisyah, tolong datang segera ke alamat saya. Cassandra mendadak pingsan dan sangat pucat." Ucapku pada dokter Aisyah hingga terlupa aku belum mengucap salam."...................................................................""Baik dok, saya tunggu. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa
Aku kembali ke rumah kos yang sudah sepi. Seluruh penghuninya sudah bertolak ke kampung halaman masing-masing. Hanya ada aku seorang diri dan pemilik kos yang tinggal di belakang bangunan kosan ini. Aku menenteng kantung berisi mie instan yang aku beli di warung sebelum pulang ke kosanku. Karena Lebaran sudah esok hari jadi warung-warung makan disekitar sudah tutup seluruhnya. Segera kuputar anak kunci dan masuk ke kamarku, kemudian menguncinya kembali. Kukeluarkan panci listrik yang sengaja aku bawa untuk kondisi darurat seperti saat ini. Kumasak mie kuah rasa ayam bawang ditambah telur dan sedikit bon cabe. Setelah matang segera kusajikan dengan sekotak susu strawberry dan segelas air putih.Adzan magrib dipenghujung Ramadhan berkumandang, setelah membaca doa segera kusantap menu berbukaku yang sederhana. Sembari makan kuarahkan pandangan ke layar handphone yang ramai dengan notifikasi dari grup dan juga pesan-pesan kerabat. Namun pesan atau dering panggilan dari seseorang yang din