Share

Bab 2

Seketika setelah Ahmad membaringkan Zia di tempat tidurnya, ia keluar dengan perlahan dari kamar agar tidak membangunkan Zia. Kemudian Ahmad berjalan menemui Cassandra yang tengah menunggunya. Ahmad sejenak menoleh ketika Zia menghela nafas panjang dalam tidurnya. Namun setelah dirasa Zia tak akan terbangun Ahmad segera beranjak keluar kamar menuju balkon.

Ahmad tertegun memandangi Cassandra yang sedang bersandar pada pagar balkon menampakkan kemolekan tubuh yang dibalut abaya tipisnya. Ahmad mendekati Cassandra dan memeluknya dari belakang.

"Apa kamu merasa sedih?" Tanya Ahmad dengan berbisik di telinga Cassandra.

Cassandra melepaskan pelukan Ahmad dan membalik tubuhnya menghadap Ahmad.

"Aku baik-baik saja sayang." Jawab Cassandra lirih sambil memaksakan senyumnya.

"Kamu tidak terlihat baik." Bantah Ahmad mencoba memastikan keadaan Cassandra.

"Tepat hari ini, aku baru saja melepaskan suamiku untuk menikah dengan wanita lain, tentu saja aku merasa gelisah. itu saja." Ungkap Cassandra sembari mengusap air matanya yang mendadak menetes kepipinya.

"Aku tidak ingin ini terjadi, tapi saat semua ini terlanjur terjadi, kamu harus tau aku tidak akan pernah lari dari tanggung jawabku. Jadi kita harus mulai berdamai dengan keadaan." Balas Ahmad sambil meraih Cassandra kedalam pelukannya.

"Kamu tau Ahmad, Hatiku ternyata tidak sekuat itu, ini semua terasa begitu menyakitkan setelah jadi kenyataan." Ujar Cassandra lagi.

Ahmad tidak sanggup membalas ungkapan Cassandra dan hanya mampu memeluknya dengan erat berharap kekalutan istrinya bisa mereda.

"Aku mencintaimu Sandra, aku harap kamu tau itu. tidak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku. Namun kini aku harus berlaku adil pada Zia yang sekarang juga menjadi istriku." Jelas Ahmad pada Cassandra dengan hati-hati, takut Cassandra menyalah artikan penjelasannya.

"Ayo kuantar ke kamarmu." Tambah Ahmad sembari menarik Cassandra ke kamarnya.

Ahmad mendudukkan Cassandra di ranjangnya lalu mencium keningnya. Cassandra masih merasa lemah karena kerapuhan hatinya saat itu tak mampu berkata apa-apa lagi. Ahmad pun berniat meninggalkan Cassandra dengan kekacauan hatinya malam itu.

"Bisakah kamu menemani aku sebentar disini." Pinta Cassandra

"Baiklah, tapi ini sudah malam. Berbaringlah aku akan menemanimu." Ucap Ahmad kemudian mengelus-elus rambut coklat Cassandra hingga sang empunya terlelap dibuai mimpi.

Setelah Cassandra tertidur, Ahmad menuju kamar Zia, membukanya perlahan dan berjalan kearah kamar mandi. Ia merasa gerah dan lengket karena kegiatan seharian yang melelahkan. Setelah mandi dan merasa segar ia mendekati Zia dan memperhatikan gadis itu lekat-lekat. nampak paras cantik Zia yang mungil. Zia memang jauh lebih kecil dibanding dirinya. ketika berdiri disebelah Ahmad, Zia hanya setinggi dadanya. Zia juga masih sangat muda, umurnya terpaut dua belas tahun dengannya.

Ahmad yang merasa kasihan pada Zia berusaha melepas hiasan dan kerudung Zia agar bisa tidur lebih nyaman. Nampaklah mahkota Zia yang hitam legam dan panjang. Zia tak kalah cantiknya dengan Cassandra. Menurut Ahmad Zia sangat manis saat tertidur seperti itu. rambut panjangnya tergerai bebas di kasur membuat Ahmad ingin menyentuh istri kecilnya itu. namun ia mengurungkan niatnya karena melihat Zia yang terlihat lelah. Ahmadpun menarik selimut dan segera tidur disamping istrinya.

***

Jam dinding sudah menunjukkan pukul

empat pagi, seperti biasa Zia sudah terbangun. Ia sedikit terkejut mendapati suaminya berada disampingnya masih terlelap dengan wajah yang lelah. Zia merasa ingin menyentuh wajah suaminya itu namun tangannya terasa berat. Zia tidak pernah menyentuh kulit laki-laki selain Ayahnya membuatnya ragu untuk membelai suaminya. Akhirnya Zia memutuskan bangun mandi dan bersiap shalat subuh.

Setelah mandi badannya terasa segar, pikirannyapun lebih tenang dan ia mulai menyadari ia kemarin tidur di mobil dan sekarang ia bisa berada di kamar yang nyaman di rumah suaminya.

"Apa kak Ahmad menggendongku kesini ya? aduh jadi malu. baru jadi istri sudah merepotkan. " Gumam Zia dalam hati.

Karena keasikan melamun membayangkan kejadian semalam Zia tidak sadar Ahmad sudah bangun dan memandanginya yang hanya memakai handuk dengan rambut panjangnya yang tergerai sampai paha. Seketika Ahmad mengagumi kecantikan istri kecilnya itu.

"Kamu cantik sekali, Zi." Ucap Ahmad tiba-tiba.

"Eh.. emh.. Kak Ahmad sudah bangun." Zia yang terkejut merasa malu dan tak nyaman berpenampilan seperti itu di hadapan laki-laki. Wajar saja Ayahnyapun tak pernah melihat rambutnya yang telah tumbuh sepanjang paha.

"Kenapa salting gitu sih, kan sama suami sendiri." Goda Ahmad yang sudah tak tahan melihat keimutan istrinya.

"Sini Zi dekat aku." Imbuhnya

"Zia mau shalat subuh kak." Zia mengalihkan pembicaraan untuk terhindar dari suaminya. Ia lalu mencari mukenahnya tapi tidak juga ketemu.

"Aduh mukenah aku dimana ya." Zia bertanya pada dirinya sendiri sambil celingak celinguk kesana kemari.

"Barang-barangmu masih di mobil semua belum dibawa kesini. Ambil aja mukenah di lemari itu." Jawab Ahmad sambil menunjuk lemari di samping ranjang.

"Adzannya belum berkumandang, Zia. Sholat itu harus setelah masuk waktunya" Imbuh Ahmad pada Zia sambil terkekeh melihat Zia salah tingkah, kemudian berjalan ke kamar mandi.

Zia yang gugup langsung mengambil mukenah di lemari dan segera memakainya tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Dengan khusyu Zia melaksanakan ibadah subuhnya sementara Ahmad pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah yang sama.

Setelah shalat subuh di masjid Ahmad melihat Zia yang belum juga melepaskan mukenahnya. Zia masih berkutat dengan mushaf ditangannya dan baru berhenti ketika Ahmad datang membuka pintu kamar mereka. Ahmad mendekati zia, meraih mushaf yg tengah dibaca Zia dan meletakkannya di meja. Kemudian Ahmad mengajak Zia duduk ditepi tempat tidur dan membuka mukenah Zia. Ia membelai rambut panjang Zia yang menurutnya sangat indah. Zia tak berani melakukan apapun hanya duduk diam dan memejamkan matanya. Ia malu karena belum berganti pakaian dan masih memakai handuknya itu.

"Ihh.. kenapa imut sekali anak ini." Gumam Ahmad dalam hati.

Ahmad berdiri dan berjalan keluar kamar. Zia yang masih merasa malu segera merapikan mukenah yang ia kenakan dan mengembalikannya ke dalam lemari. Zia celingukan lagi mencari pakaian yg mungkin dia bisa pakai. Namun panggilan Ahmad yg sudah duduk ditepi ranjangnya sambil memegang sebuah gelas, membuyarkan niatnya.

"Sini, minum susu ini dulu. Sepertinya kamu masih kelelahan." Perintah Ahmad pada Zia

"Emh.. iya.." Zia menurut dan meraih gelas dari Ahmad.

Zia segera meneguk susu itu dengan cepat berharap bisa segera menghindari Ahmad. Setelah menghabiskan susunya Zia berdiri hendak meletakkan gelas itu di dapur, namun Ahmad menghentikannya.

"Taruh sini saja dulu." Ahmad meletakkan gelas itu di nakas sebelah ranjangnya. Setelah itu Ahmad menarik Zia kepelukannya, ia melihat wajah mungil Zia dan mulai menciumi bibir Zia. Zia yang terkejut hanya mampu memejamkan mata dan merasakan segala perasaan berkecamuk didadanya.

Saat Ahmad berusaha menurunkan Handuk Zia, entah kenapa Zia menahan tangan Ahmad dan tiba-tiba saja menangis.

"Kenapa Zi?" Tanya Ahmad dengan lembut takut ia telah menyakiti istri kecilnya itu.

"Tidak kak.. hiks.." Zia masih sesenggukan juga heran kenapa dia menangis. Padahal Ahmad memperlakukannya dengan lembut hanya saja Zia merasa ketakutan.

Ahmad mengerti ia orang asing bagi istrinya. Ahmad ingin bersikap lembut dan tidak menakuti istrinya jadi dia mengajak istrinya ke meja riasnya. Zia hanya diam dan menuruti Suaminya. Ahmad mendudukan Zia di depan kaca dan mulai menyisir rambut panjangnya.

"Apa aku menakutimu?" Tanya Ahmad dengan lembut.

"Tidak kak hanya saja aku bingung harus bagaimana." Zia menjawab sambil berkaca-kaca.

Ahmad mencium pucuk kepala istrinya memandanginya dari pantulan cermin.

"Tak apa kalau belum siap, mari kita sarapan." ucap Ahmad menenangkan Zia.

***

Setelah selesai mandi Ahmadpun mengajak Zia keluar dari kamar dan menuju dapur. Disana nampak Cassandra yang telah rapi dan bersolek sangat cantik sedang menghidangkan makanan untuk Ahmad dan Zia.

"Selamat pagi, sayang." Cassandra mendekati Ahmad dan mengecup pipinya.

Zia yang terkejut dengan kejadian yang tengah terjadi didepannya spontan melepaskan genggaman tangan Ahmad. Seakan dunia berhenti dan petir menyambar kesegala arah. Senyum yang sedari tadi tak bisa redup dari wajahnya mendadak hilang entah kemana.

"Aaa paa ii ni?" tanya Zia terbata-bata

"Zia ini Cassandra, istri pertamaku." jawab Ahmad memperkenalkan Zia pada Cassandra.

"Iiis triiii?" tanya Zia lagi semakin tak paham. tak terasa matanya sudah perih dan berlinangan air mata karena semakin tidak memahami yg telah ia alami ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status