Share

Bab 3

"Kemari!" Ahmad menarik Zia ke balkon.

Zia yang sangat syok hanya menurut saja pada perintah Ahmad dan mulai mengikuti suaminya ke balkon. Sesampainya di balkon, Ahmad dan Zia cukup lama teriam dengan perasaan masing-masing.

"Aku benar-benar butuh penjelasan atas semua ini, Kak." Zia akhirnya bersuara setelah menyeka air matanya.

"Apa benar, kamu tidak tau bahwa pinangan ini datang padamu untuk menjadi istri keduaku?" Tanya Ahmad perlahan agar tak menakuti Zia.

"Zia tidak tau, kak" Jawab Zia sambil terisak dan tak mampu mengangkat mukanya.

Ahmad memeluk dan membenamkan Zia didadanya yang lebar, berharap bisa menenangkan hati Zia.

"Apakah kau kecewa, Zia?" tanya Ahmad

"Aku kecewa karena tidak ada yang memberitahuku tentang hal ini, bahkan ayah sekalipun." Jawab Zia yang mulai tenang

"Istriku, Cassandra yang melamarkan kamu untukku." ungkap Ahmad

Zia mengangkat wajahnya dari dada suaminya dan memandang Ahmad baik-baik, seakan mencari sesuatu disana.

"Ada apa Zia?" Ahmad bertanya

"Tidak," Zia memotong kalimatnya sendiri kemudian membenamkan lagi wajahnya ke dada suaminya.

"Ya Allah mengapa engkau memberiku pernikahan seperti ini.

Aku sangat nyaman dengan suamiku, dia sangat lembut padaku.

Tapi mengapa aku menjadi duri dalam pernikahannya dengan istri pertamanya?

Aku bahkan tak sanggup melihat wajah Istri pertamanya itu.

Cassandra, Namanya sangat Indah. Begitu pula hatinya, bagaimana bisa dia mampu melamarkan seorang gadis untuk suami yang sangat dia cintai.

Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang?

Bagaimana aku harus bersikap?

La haula w* la kuata illa billah." Doa Zia dalam hati agar dikuatkan menghadapi pernikahannya.

Ahmad menyeka air mata Zia yang terus saja bercucuran. Matanya sudah mulai sembab karena terlalu banyak menangis dari kemarin.

"Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Ini takdir Allah untuk kita. Kita hanya harus bersyukur dan menjalaninya dengan lapang." Hibur Ahmad.

"Aku bersyukur kak, aku bersyukur menjadi istrimu. Aku juga bersyukur aku akan punya madu yang mungkin sangat baik padaku." Zia menguatkan hatinya dan mulai menyeka air matanya yg masih saja membasahi wajahnya.

"Mari masuk, Cassandra sudah menunggu." Ajak Ahmad

"Aku masih ingin disini sebentar, Kakak masuk saja dulu. Aku hanya sebentar, ingin menata hatiku." Tolak Zia sambil mencoba mengangkat ujung bibirnya untuk tersenyum pada Ahmad.

"Baiklah, aku masuk dulu." Ahmad berpamit sambil mencium kening Zia.

***

Cassandra cemas sekali takut terjadi apa-apa pada Zia dan Ahmad. Ia mondar-mandir namun tak berani mendekati Zia dan Ahmad. Setelah nampak Ahmad berjalan ke arahnya Cassandra merasa lega segera bisa bertanya.

"Bagaimana Zia?" Tanya Cassandra khawatir.

"Tak apa, dia hanya terkejut." Jawab Ahmad tenang.

"Kenapa dia belum kemari?" Tanya Cassandra lagi.

"Biarkan dia sejenak, dia sedang menata hatinya. dia masih syok dengan kejadian ini." Terang Ahmad sambil menggandeng istrinya ke meja makan.

"duduklah, minum ini." Ahmad mencoba menenangkan Cassandra.

"Ya Allah dia sangat muda, dan naif. Apa ini salahku menjodohkannya dengan suamiku? Apa aku sangat egois?" Ratap Cassandra dalam hati.

***

Setelah cukup lama akhirnya Zia memutuskan masuk. Cassandra mencoba bersikap sewajarnya dan tersenyum ramah.

"Duduk, makanlah. aku membuatkanmu nasi goreng ini. semoga kamu suka Zia." Sapa Cassandra

"Terimakasih Kak sandra." Balas Zia juga berusaha ramah.

suasana meja makan sangat hening hanya terdengar suara sendok garpu yang bertabrakan.

"Aku akan bersiap ke Resto baru kita, Cassandra tolong nanti kau temani Zia seharian ini. sepertinya aku akan pulang larut." Izin Ahmad pada para istrinya, memecah keheningan

"Tentu saja." jawab Cassandra singkat sambil tersenyum kaku.

setelah selesai makan Cassandra dan Zia membereskan meja makan masih dengan keheningan yang sama. Sedangkan Ahmad pergi kekamar untuk bersiap. Selang berapa lama Ahmad sudah keluar dengan pakaian rapi nampak tampan dan mempesona. Ia mengenakan kaos long line berwarna putih dengan outer berhoodie juga sirwal berwarna gelap. Ia berjalan sambil berinteraksi dengan ponselnya hingga tak sadar Zia memandanginya tak berkedip.

"Oh suamiku, sungguh tampan. Masyaa Allah." Gumam Zia dalam hati.

Cassandra mendekati Ahmad dan mencium punggung tangannya. Ziapun mendekat tak mau kalah. Zia mencium punggung tangan Ahmad dengan malu-malu. Ahmad berpamitan pada kedua istrinya dan segera pergi dari sana.

***

Zia sedang dikamarnya sendirian, mengutak-atik laptopnya dalam rangka mengerjakan tugas kampus. Selagi Zia tengah fokus pada tugasnya, bel rumah berbunyi. Beberapa kali berbunyi, akhirnya Zia menutup laptopnya dan beranjak menghampiri pintu. Sesaat setelah iya keluar dari kamarnya iapun baru sadar bahwa Cassandra sedang menyusun barang-barang Zia yang baru saja datang diantar oleh petugas dari bawah. setelah pintu ditutup Zia mendekati Cassandra.

"Ada tamu kak?" Tanya Zia ketika mendapati Cassandra tengah bercengkrama dengan orang diluar pintu.

"Oh, bukan.. itu cuma pak satpam. Tadi Ahmad minta pak satpam membawa semua barangmu kesini." Jawab Cassandra sambil menoleh pada Zia.

Ziapun ber"O"ria.

"Ayo kita masukkan dulu semua ke kamarmu." Ajak Cassandra, menunjuk semua barang-barang milik Zia.

Zia yang sudah berada disamping Cassandra hanya mengangguk dan mulai memasukkan barang-barangnya kedalam kamarnya.

Setelah acara angkut barang selesai Zia berada dikamar dan menutup pintunya. Sambil membereskan dan menata barang bawaannya Zia memperhatikan kamarnya. Kamar itu cukup luas, dua kali luas kamar lamanya. temboknya polos berwarna pastel dengan furnitur berwarna putih. suasananya sangat berbeda dengan kamarnya yang lama. Lebih luas, lebih tertata dan ada kamar mandi dalam. Ranjangnya juga lebih besar dari ranjang lamanya. dan juga ada nakas di kanan kirinya.

Zia berkeliling di kamarnya dan tak menjumpai satu fotopun tergantung didindingnya.

***

"Iya bu aku sudah menikahi gadis itu." Kata Ahmad dengan Ibunya di sambungan telepon.

".............................."

"Aku akan membawanya nanti, tidak bisa saat ini karena kita masih beradaptasi." jelas Ahmad lagi.

"............................"

"baiklah, w* alaikum salam." Ahmad menyudahi telepon dengan ibunya.

Ahmad Pov

Setelah kututup sambungan teleponku dengan Ibu, sejenak bayangan Cassandra terlintas.

"Maafkan aku Cassandra, kau harus melalui semua ini. Kita semua sedang beradaptasi disini. Tapi aku tau lukamu sangatlah dalam

kau wanitaku yang tegar, semoga kita bisa melewati semua ini.

Zia, oh manisnya istri kecilku. walau belum muncul cintaku untukmu tapi aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu, Semoga kau tak menolakku lagi, kau adalah wanita yang sangat spesial bagiku. Aku berjanji akan belajar mencintaimu. Aku tahu takdir Allah memanglah tak bisa kita prediksi. Bertemu denganmu dan menikahimu adalah anugrah yang indah, dan aku bersyukur atas hal itu. semoga Allah mentakdirkan yang lebih indah kedepannya." Gumamku dalam hati.

Flashback on

Aku sangat ingat hari itu, Cassandra sepulang dari rumah Lily adiknya, ia sangat sumringah. Malam itu saat hendak tidur ia menawarkan dirinya padaku, memelukku dan menciumiku bertubi-tubi. Aku Merasa ada kebahagiaan di matanya. Walau aku juga melihat kesedihan yang berusaha ditutupinya.

" Sayang aku sudah melihat gadis itu, dia cantik dan santun. aku menyukainya, kita harus melamarnya segera." Ungkap Cassandra sambil terus menyerangku dengan pelukan dan ciumannya.

"Sayang apa kamu yakin?" tanyaku serius menghentikan belaian Cassandra.

"Iya aku sudah melihatnya, dia cantik, santun, manis, dan berasal dari keturunan yang baik." ucap Cassandra dengan antusiasnya

"bukan itu, apa kamu yakin dengan keputusanmu?" aku memperjelas pertanyaanku pada Cassandra.

Cassandra mendadak diam terpaku dan merapikan piayamanya yang berantakan. Tatapannya kosong. Mata bulatnya itu mulai berkaca-kaca.

"Tak mungkin aku rela suamiku menikah lagi, tapi ini semua demi masa depan kita." Ungkap Cassandra Lirih

"Kalau kau tidak sanggup melihatku menikahi wanita lain, maka cegahlah. Akan aku cukupkan hanya kita saja. Aku tidak keberatan." Jelasku pada Cassandra.

"Akan kusiapkan hatiku untuk menerimamu dan maduku." kata Cassandra kemudian menarik selimut dan tidur.

Aku merasa bahwa Cassandra kesulitan tidur. Beberapa kali ia mengganti posisinya, namun saat kupanggil namanya, Cassandra hanya diam pura-pura sudah tertidur. Oh Cassandra cintaku mengapa kau menyiksa dirimu sendiri. Akupun berpura-pura menganggapnya telah tertidur dan ikut memejamkan mataku.

Flashback off.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status