Share

Tinggal Seatap dengan Maduku
Tinggal Seatap dengan Maduku
Penulis: H. Putri Hadi

Bab 1

Penulis: H. Putri Hadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-01 20:26:17

Zia gadis cantik yang tengah menempuh pendidikan kebidanan pada tahun terakhir. Tak pernah terbayangkan jika ia akan secepat ini menikah dengan laki-laki asing. Pertemuannya dengan calon suaminya hanya sebanyak dua kali, yaitu saat nadhor dan saat acara kitbah. Selebihnya ia bahkan tak banyak tau tentang calonnya itu.

Ahmad namanya, pria berparas tampan khas timur tengah yang memikat hati Zia. Sejak pertemuan pertama dengan Ahmad, Zia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Laki-laki dengan rahang tegas dan jenggot rapi juga pemilik tatapan mata yang tajam.

kakak-kakak Zia dan banyak keluarga dekat Zia ikut mempersiapkan acara pagi itu dengan sebaik mungkin. Zia pun mulai didandani oleh kakak-kakaknya. Ia memakai gaun brukat panjang yang cantik dengan kerudung yang menjuntai. Mahkota kecil menghiasi kepalanya. wajahnya yang selalu polos kali itu terapoles makeup natural dan lembut. Zia menjadi pengantin yang sangat cantik untuk suaminya.

Acara akad akan diadakan di ruang tamu dengan para undangan pria. sedangkan Zia sendiri berada di ruang tengah bersama para undangan wanita. Acara hari itu sangat tersusun rapi berkat para kakak-kakak Zia yang penuh antusias mempersiapkan pernikahan adik bungsunya.

Setelah terdengar kalimat "Qabiltu nikahaha w* tazwijaha alal mahril madzkur w* radhiitu bihi, w*llahu w*liyu taufiq" terdengar para tamu bersorak "sah" dan Ziapun telah melepas masa lajangnya dan telah sah menjadi istri Ahmad.

"Alhamdulillah" Ucap Zia kemudian menghambur ke pelukan kakak-kakaknya.

"Barakallahu lakuma w* barak alaikuma w*jama'abainakuma fii khoir." Ucapan selamat silih berganti terucap dari para undangan.

Acara dilanjutkan dengan meriah di ruang jamuan masing-masing. Para undangan wanita menikmati hidangan dengan ditemani hiburan para anak gadis yang menyanyi-nyanyi dan bersyair merdu. Sedangkan diruang sebelah, para pria nampak menikmati hidangan dengan obrolan hangat dan beberapa tawa renyah.

"Enak sekali mbak Zia, hidangan begini baru pertama kali saya makan. Maklum orang kampung." Ujar tetangga Zia yang sengaja datang memenuhi undangan.

"Alhamdulillah kalau suka bu, silahkan dinikmati saya mau kesana dulu." Timpal Zia kemudian berlalu kearah teman-teman sejawatnya.

"MasyaAllah Zia udah laku nih, ciee." Goda salah satu temannya.

"Alhamdulillah, mohon doanya ya." Balas Zia dengan wajah tersipu.

"Ngomong-ngomong kenapa undangannya dipisah sih laki sendiri dan cewek sendiri." Tanya teman Zia yang lain.

"Iya kan kita nikah cari berkah bukan cari dosa, kalo undangan jadi satu berikhtilat dong namanya. Dosa bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Apalagi kalo saling lirik-lirik cari mangsa. Zina mata itu namanya. Dosa" Ucap Zia menjawab pertanyaan temannya yang kemudian ber"o"ria mendengar penjelasan Zia.

"Ya udah, yuk dinikmati makanannya. Makan yang banyak ya. kalau perlu bungkus juga nggak apa-apa. Aku paham kok hidup anak kos, hehehehe." Goda Zia pada teman-temannya dan diiringi tawa renyah mereka. Mereka pun menikmati hidangan yang didominasi menu ala timur tengah itu.

***

Jam menunjukkan pukul delapan malam ketika seluruh tamu undangan telah pulang dari acara pernikahan Zia dan Ahmad. Zia masih termangu di sofa kamar dekat jendela yang mengarah ke taman. Ia baru saja selesai bersiap untuk pulang kerumah suaminya. Pakaian dan barang-barangnya sedang diangkut ke mobil. Zia beralih memandangi seisi kamarnya dan berusaha tidak menangis.

"Sudah siap?" Tanya Ahmad membuyarkan lamunan Zia.

"Ah, iya barang-barang sudah diangkut juga." Jawab Zia tergugup sambil berusaha memalingkan pandangannya dari Ahmad. Wajar saja karena memandang yang laki-laki ketika berbicara bukanlah kebiasaannya. Ia selalu diajarkan untuk menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan seorang muslimah.

Setelah mencoba tegar dan tetap berusaha terlihat ceria, Zia mulai berpamitan dengan ayah dan seluruh keluarganya. Zia memeluk ayahnya dan tak terasa air matanya mengalir begitu saja. Ayahnya mendoakan yang terbaik untuk Zia dan menguatkan hati Zia untuk segera membangun rumahtangganya.

"Jadilah istri yang solehah nak, Allah akan selalu melindungimu. berbaktilah pada suamimu, dia adalah jalanmu meraih syurga Allah." Petuah Ayah Zia sambil memeluk anaknya erat.

Zia hanya mengangguk tak mampu bersuara karena tangisnya semakin pecah. Suasana menjadi sangat haru dan sakral. Ahmadpun tak kuasa untuk meminta Zia mengakhiri salam perpisahannya dengan keluarganya.

Tak lama setelah itu Zia dan suaminya pergi meninggalkan rumah nan asri itu.

Zia masih memandangi Ayahnya spion mobil Ahmad dan air matanya berlinang tak henti-hentinya. Hingga bayangan Ayahnya sudah tak nampak lagi karena mobil Ahmad menikung ke kanan, Zia masih tidak merubah pandangannya dari spion itu.

"Kenapa bengong terus, tidak perlu terlalu sedih, kalo kangen ayah aku akan antar Zia pulang kok." Suara lembut Ahmad menyadarkannya.

"Eh.. iya mmm.. Pak Ahmad." Balas Zia canggung

"Kok panggil pak?" Tanya Ahmad menggoda Zia. "Kan aku suamimu". Imbuhnya.

"Iya, suamiku.. maaf aku bingung harus panggil apa." Zia tersipu malu digoda suaminya.

"Panggil sayang, atau apa gitu yang lebih enak." Balas Ahmad sekenanya sambil memperhatikan jalan yang basah karena gerimis yang tiba-tiba turun.

Zia terdiam berpikir sejanak, "Aku panggil kak Ahmad aja boleh?" Celetuk Zia dengan malu-malu.

"Boleh aja, asal Zia nyaman dan kupingku sebagai suami ndak geli dipanggil pak sama istri sendiri, hehehe." Balas Ahmad sambil memandang Zia sekilas.

Zia merasa nyaman berada didekat suaminya yang beberapa jam lalu masih menjadi manusia asing baginya. Ahmad sangat mudah membuat suasana menjadi nyaman untuk Zia. Kini Zia merasa menjadi wanita yang paling bahagia di muka bumi.

"Kalau Zia lelah, Zia boleh tidur kok." Ucap Ahmad lagi berusaha mencairkan suasana yang canggung.

"Ah iya Kak, Zia memang ngantuk sebenarnya." Jawab Zia kemudian memalingkan pandangan ke jendela yang berhias titik-titik hujan.

Zia memandangi lampu-lampu jalanan sangat cantik dibalik bias kaca mobil Ahmad. Aroma wangi mobil Ahmad membuatnya semakin mengantuk. Ziapun tertidur karena lelah dengan seluruh kegiatan hari itu, terlebih lagi ia tidak bisa tidur malam sebelumnya. Ahmad beberapa kali menoleh pada Zia, memandanginya sambil terus melajukan mobilnya.

Akhirnya merekapun sampai di parkiran sebuah gedung apartemen. Ahmad membangunkan Zia dengan perlahan. Beberapa kali Ahmad berusaha membangunkan Zia namun Zia tetap tertidur pulas. Mungkin karena terlalu lelah Zia tidak sanggup membuka matanya. dengan terpaksa Ahmad menggendong tubuh Zia yang masih berpakaian pengantin dan membawanya masuk ke apartemennya.

"Enteng sekali Zia ini, padahal lagi pakai gaun pengantin begini." Gumam Ahmad dalam hati.

Setelah sampai di depan pintu apartemennya, Ahmad membunyikan bel dan seseorang datang untuk membukakan pintu. Seorang wanita yang cantik menggunakan abaya tipis dengan riasan wajah yang anggun. Cassandra namanya, sang pemilik manik mata berkilau dan senyum yang indah.

"Sayang, aku akan menidurkan Zia dulu dikamarnya. setelah itu aku akan menemanimu di balkon. tunggu ya.." Ucap Ahmad Cassandra.

"Iya sayang.." Jawab Cassandra datar.

Setelah memutar anak kunci Cassandra masuk kedalam kamarnya. Ia pindai kembali penampilannya sebelum beranjak ke balkon bertemu dengan Ahmad.

Ia menyentuh dadanya yang bergemuruh, menghirup udara dalam-dalam berusaha menenangkan hatinya. Setelahnya Cassandra menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangannya. Setelah merasa cukup ia melangkah ke balkon dengan melewati kamar tamu yang kini dihuni oleh madunya, Zia. Dadanya kembali bergetar dan rasa mual muncul akibat kegugupannya. Ia urungkan ke balkon dan duduk meminum segelas air putih terlebih dahulu. Barulah setelah itu iya benar-benar beranjak ke balkon menanti kedatangan Ahmad, Suaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status